Home / Romansa / The Jerk / Chapter 3 : wake up

Share

Chapter 3 : wake up

Author: Chocolatte
last update Last Updated: 2021-05-03 23:39:33

   Operasi telah selesai dilakukan. Kini, Dallas  sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VIP. Hana sebelumnya sudah menduga hal ini. Dallas memang terlihat bukan seperti orang biasa. Hal ini semakin menguatkan keyakinannya dengan kehadiran Louis yang mengaku sahabat pria itu.

   Saat ini, Hana tengah memasang beberapa peralatan rumah sakit untuk Dallas dibantu seorang perawat wanita. Pria itu masih tertidur dengan pulas. Mungkin efek bius masih belum hilang darinya. 

   Pintu tiba-tiba terbuka mengalihkan perhatian seisi ruangan kecuali Dallas, tentunya. Dari ambang pintu tampak Louis yang tengah berjalan mendekat. Ia menyapa Hana dan perawat di samping wanita itu kemudian berdiri di sebelah ranjang Dallas.

   "Bagaimana keadaannya, dok?"

  "Syukurlah, operasinya berjalan lancar. Dia hanya perlu menjalani perawatan intensif beberapa waktu sebelum akhirnya diperbolehkan pulang."jelas Hana.

   Louis tersenyum lega. "Baiklah, terimakasih dok."ucapnya tulus.

   Melihat Louis yang tersenyum, entah mengapa membuat Hana ikut tersenyum. "Ini semua adalah tugasku. Jadi, tidak perlu berterimakasih."

   Percakapan mereka terhentikan oleh Dallas yang ternyata telah siuman. Erangan khas bangun tidur dari pria itu mengalihkan perhatian seisi ruangan.

   "Loulou? Sudah berapa lama pangeran tampan ini tertidur?"tanya Dallas.

   Louis memutar bola matanya. "Aku pikir kecelakaan dapat membuatmu berubah. Ternyata sama sekali tidak."

   Dallas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hingga tatapannya terhenti saat melihat Hana. Ia menatapnya lama kemudian tersenyum penuh arti.

   "Ah, apa aku sudah meninggal? Dan sekarang berada di surga bersama bidadari yang cantik jelita."

   Louis mencebikkan bibirnya. Ia menatap Dallas kesal. Sahabatnya yang satu itu mulai bertingkah lagi. "Bajingan sepertimu tidak akan mungkin masuk surga. Itu bukanlah tempat untuk pria brengsek sepertimu."

   Dallas mengerutkan keningnya. "Lalu ... Apa aku berada saat ini? Bagaimana denganmu? Kesalahan apa yang kau lakukan hingga berada di tempat yang sama denganku?"

   Louis sudah tidak tahan lagi. Rasanya pria itu ingin memukul kepala Dallas keras-keras hingga membuat pria itu kembali pingsan. Namun, ia mengurungkan niatnya. Semenyebalkan apapun Dallas, pria itu adalah sahabatnya dan juga bosnya. Louis masih sayang dengan pekerjaannya. Karena itulah lebih baik ia membatalkan niatnya.

   "Dengar, Dallas. Kau baru saja selesai dioperasi beberapa jam yang lalu karena kau mengalami kecelakaan tadi pagi. Kau belum mati, ya ... walaupun aku berharap demikian. Tapi, kau belum mati. Jadi singkirkan jauh-jauh pemikiran tentang surga-neraka itu."oceh Louis.

   "Sepertinya kau sangat tertekan dengan kejadian ini, bung. Kau mungkin takut kehilanganku karena itulah kau tampak sedikit emosional."ucap Dallas. Pria itu menatap Louis prihatin.

   Louis menghela napasnya kasar. "Kurasa kepalamu terbentur terlalu keras. Dokter Hana, apa kau bisa memeriksa pria ini lagi?"

   Hana yang tadinya diam saja dan sibuk mengamati kedua pria itu sontak terkejut. Wanita itu gelagapan terlebih lagi saat atensi kedua pria itu mengarah kearahnya.

   "Dokter Hana? Jadi, namamu dokter Hana? Manis sekali."celetuk Dallas.

   Louis menatap Dallas tajam. Seolah memberikan pria itu peringatan agar jangan mulai bertingkah. Namun, sepertinya Dallas tidak mengindahkan peringatan tersebut.

   "Ah jadi kau dokter yang akan mengurusku? Wah Loulou, sepertinya aku akan betah di tempat ini."ucap Dallas sembari menatap ke arah Hana penuh arti.

   Hana yang melihat Dallas bertingkah demikian menjadi jengah. Tingkah pria itu membuatnya tak ingin berlama-lama di dalam ruangan ini. Karena itulah, Hana memutuskan untuk pergi. 

   "Maaf, ada beberapa pasien yang masih harus kutangani. Aku permisi."pamit Hana sebelum akhirnya wanita itu menghilang di balik pintu bersama perawat yang tadi bersamanya.

   "Lihat! Kau membuatnya pergi. Cobalah jangan bertingkah macam-macam, dude."ujar Louis sesaat setelah Hana meninggalkan ruangan.

   "Melihatnya, membuatku tidak bisa tidak bertingkah macam-macam, Loulou."

***

   Hana menghembuskan napasnya kasar. Entah mengapa firasatnya buruk soal pasien barunya itu. Sepertinya pria itu adalah tipe pasien yang akan menyusahkan dirinya. Baik secara fisik maupun mental.

   Hana masih ingat bagaimana pria itu dengan nakal menatapnya secara terang-terangan. Seketika, semua pujian yang sempat Hana lontarkan untuknya sirna. Jika tahu perangainya seperti itu, seharusnya ia tidak pernah memujinya.

   Wanita itu melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju kafetaria rumah sakit. Sejujurnya, Hana belum memakan apapun sejak pagi tadi. Dan sekarang, ia harus mengisi perutnya.

   Sepotong sandwich dan segelas jus jeruk menjadi pilihan wanita itu kali ini. Usai memesan makanannya, Hana mengambil tempat duduk di salah satu meja dan menikmati makan siangnya.

   "Hay, Hana. Boleh aku duduk di sini?"tanya seorang pria yang mengenakan jas dokter yang sama seperti Hana. Dia mengenakan name tag yang bertuliskan Eric Smith.

   Hana melihatnya sekilas. Lalu wanita itu menjawab, "Kau sudah duduk. Jadi, tidak perlu menanyakannya lagi."

   Pria itu hanya menyengir sehingga tampak gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi. Hal itu membuatnya terlihat manis. "Kau sudah dengar?"

   "Apa?"tanya Hana yang sebenarnya tidak terlalu penasaran.

   "Pemilik rumah sakit ini dikabarkan mengalami kecelakaan. Dan kudengar sekarang dia sedang dirawat di sini."jawab Eric.

   Hana tidak membalas. Wanita itu sibuk menikmati sandwich yang hanya tersisa setengah lagi. Ia terlihat tidak tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh Eric.

   "Hay, apa kau mendengarkan?"tanya Eric sedikit kesal karena Hana mengacuhkannya.

   Hana menganggukkan kepalanya malas. "Hm, aku dengar, lalu? Apa ada hubungannya denganku?"

   "Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tapi ini bisa berpengaruh sangat besar jika dia menjadi pasienmu. Pekerjaanmu akan dipertaruhkan berdasarkan bagaimana pelayananmu terhadapnya nanti."jelas Eric. Pria itu menyuap sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

   Hana mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Wanita itu sama sekali tidak terlihat tertarik dengan semua yang dikatakan oleh Eric.

   "Aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu selama dia tidak menjadi pasienku. Lagian pula, pelayanan ku tetap akan sama kepada semua orang baik dia seorang president sekalipun."ucap Hana sembari memakan gigitan terakhir sandwich nya.

   "Tapi, dia adalah pemilik rumah sakit ini. Bagaimana bisa kau bersikap demikian?"

   Hana memutar bola matanya malas. "Dia tidak menjadi pasien ku, bukan? Atau belum? Entahlah, aku berharap tidak. Tapi satu hal yang pasti, sekarang aku sudah mendapat pasien yang cukup meresahkan. Dan aku yakin, dia akan menjadi pasienku yang paling menyusahkan selama aku bekerja."

   Mendengar penjelasan Hana, membuat Eric tertarik. Pria itu merasa penasaran dengan sosok yang tengah dibicarakan oleh rekan kerjanya tersebut. "Oh ya? Siapa dia?"

   "Dallas, Dallas Wheeler? Entah aku sudah lupa nama pria itu."jawab Hana acuh tak acuh.

   Eric mengerutkan keningnya. Entah mengapa ia merasa nama itu tidak asing baginya. Seperti pernah mendengar nama tersebut di suatu tempat. Tapi, kapan dan di mana itu, dia masih tidak tahu.

   "Dallas Wheeler?"

   "Ya, kau mengenalnya?"

   Eric menggelengkan kepalanya. "Entahlah, rasanya nama itu terdengar begitu familiar untukku. Tapi ... Ah! Aku tidak bisa mengingatnya jika sedang lapar."

   Hana memutar bola matanya. Wanita itu meminum tegukan terakhir jus jeruknya. "Sebaiknya kau makan saja. Tentang siapa itu Dallas Wheeler, kau bisa memikirkannya nanti. Baiklah, aku pergi dulu. Masih banyak yang harus kukerjakan."

   Hana meninggalkan Eric begitu saja. Pria itu masih berkutat dengan pikirannya. Ia bahkan menjadi tidak fokus dengan makan siangnya. Nama Dallas Wheeler selalu berputar-putar di pikiran pria itu. Memaksanya berpikir keras tentang siapa sebenarnya pemilik nama itu.

   Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia mengingat siapa pemilik nama yang terdengar begitu familiar baginya. Dan hal itu sontak membuat kedua mata Eric membulat sempurna. Pria itu bahkan bangkit dari duduknya sehingga membuat beberapa orang yang ada di kafetaria menatap ke arahnya.

   "Dallas Wheeler ... Dia itu ..."

   

   

   

   

   

   

   

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Jerk   Chapter 33 : love? Or curious?

    Louis memandang ke arah Dallas. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Ekspresi yang terganbar di wajahnya seolah-olah menunjukkan bahwa ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. "Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Dallas sensi. Louis masih saja diam. Pria itu tampak berpikir keras. Dilihatnya dengan teliti wajah pria yang sedang setengah berbaring di atas ranjang rumah sakit itu. Louis mencoba mencari jejak kebohongan maupun lelucon di wajah tampan Dallas. Namun, yang ia temukan hanyalah tatapan serius yang sangat jarang sekali ia lihat di wajah Dallas. Ekspresi yang benar-benar langka. Louis mencoba mencerna satu persatu kata yang diucapkan oleh Dallas. Ia mencoba menghubungkan semuanya dengan keadaan sahabatnya itu saat ini. Dan, semua hal tersebut terlihat masuk akal. Dokter Hana bukanlah sosok wanita biasa yang bisa didapatkan Dallas dengan cara yang mudah. Jika biasa

  • The Jerk   Chapter 32 : Dr. Hana made me do it

    Louis baru saja terlepas dari pekerjaannya yang melelahkan di kantor. Begitu banyak hal yang harus ia lakukan selagi Dallas tengah dirawat di rumah sakit. Pria itu berniat pulang ke rumahnya. Ia membayangkan bagaimana secangkir coklat panas akan menemani dirinya nanti. Belum lagi ranjang empuk yang selalu siap sedia menampung tubuh tingginya. Namun, semua khayalannya sirna seketika saat ia mendapat panggilan telepon dari Dallas. Sebenarnya, Louis bisa saja mengabaikan panggilan masuk dari pria itu. Dia juga sudah biasa melakukannya. Hanya saja, kali ini berbeda. Suara panik Dallas dari seberang telepon memaksa mata Louis terbuka lebar dan membuat pria itu segera tancap gas menuju rumah sakit. Ia benar-benar panik. Khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya yang sedikit kurang ajar itu. Tidak biasanya seorang Dallas Wheeler yang selalu terlihat santai dalam segala keadaan akan bersikap panik sep

  • The Jerk   Chapter 31 : difficult to understand

    "Bagaimana bisa kau terus saja mengacuhkanku? Apa aku tidak semenarik itu di matamu, dokter Hana?"tanya Dallas. Tatapan pria itu terlihat semakin dalam dan berbeda. "Apa kau tidak pernah sedikitpun merasa tertarik padaku, dokter Hana?"tanya Dallas sekali lagi bahkan sebelum Hana sempat menjawab pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya. Hana tertegun. Wanita itu memalingkan wajahnya. Entah mengapa, ia tiba-tiba tidak betah melihat ke arah mata Dallas yang tengah menatapnya. Ia meremas ujung jasnya yang bewarna putih. Mencoba meredam kegelisahan yang mulai menguasai sebagian dirinya. Hana tidak ingin terlihat bodoh di depan Dallas hanya karena kata-kata yang sialnya, berhasil memberi dampak yang cukup besar bagi dirinya. Dallas terus saja memandang ke arah Hana yang bahkan telah memalingkan wajah darinya. Sikap Hana yang seperti itu, menciptakan sebuah perasaan aneh di dadanya. Perasaan asing

  • The Jerk   Chapter 30 : story in the garden

    Hana baru saja selesai memeriksa seorang pasien beberapa menit yang lalu. Saat ini, dokter muda itu tengah berjalan menuju ruang kerjanya untuk mempersiapkan operasi yang akan ia lakukan 1 jam mendatang. Wanita itu sesekali tersenyum saat berpapasan dengan staff maupun pasien di DW hospital. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.25 sore. Banyak pasien yang memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar koridor maupun taman rumah sakit untuk sekedar menghilangkan rasa bosan, tentu setelah masing-masing pasien tersebut telah mendapat izin dari dokter yang merawat mereka. Langkah Hana terhenti saat matanya menangkap sosok familiar yang tengah duduk di atas sebuah bangku panjang di taman DW hospital. Wanita itu melihat sosok pria tersebut dari arah samping. Namun, ia langsung bisa mengenalinya bahkan dari jarak tempat ia berdiri saat ini. Hana memutuskan untuk mendekat ke arah pria tersebut yang terlihat tengah termenung

  • The Jerk   Chapter 29 : interested

    "Aku tidak perduli!" Itu adalah kalimat terakhir yang Hana ucapkan sebelum keluar dari kamar Dallas. Wanita itu dengan terang-terangan menunjukkan penolakannya terhadap usulan yang diajukan pasien tampannya itu. Namun, di sinilah ia sekarang. Duduk serius dengan sebuah laptop di hadapannya. Kedua mata bulatnya menatap serius ke pada layar laptop tersebut. Ia tampak mencari beberapa informasi dari sana. Hana tengah sibuk mencari informasi seputar Hawai. Tentang apa saja hal menarik yang berada di negara bagian Amerika serikat tersebut. "Ini lumayan," komentar Hana seraya menatap fokus ke layar laptop. "Pantai di sana juga sangat terkenal. Sepertinya akan menyenangkan jika aku berkunjung ke sana," sambungnya. Tiba-tiba Hana terdiam. Hawai adalah saran dari Dallas. Bukankah tadi ia mengatakan bahwa ia tidak perduli dengan tempat yang dikatakan pria itu? Lalu, mengapa se

  • The Jerk   Chapter 28 : the man from the toilet

    "Selamat pagi, dokter Hana." Hana tersenyum menanggapi sapaan para staff rumah sakit saat ia tiba di sana. Sesekali ia juga membalas sapaan mereka. Sesekali juga, ia hanya membalasnya dengan senyuman. "Pagi, Hana," sapa Erick saat ia tidak sengaja bertemu dengan wanita itu di koridor rumah sakit. Pria itu membawa segelas kopi hangat di tangannya. Hana menghentikan langkahnya. Ia tersenyum tipis seraya membalas sapaan Erick. "Pagi, Erick," jawab Hana singkat. "Kau sudah sarapan? Mau sarapan bersama sebelum bekerja?"tawar Erick pada Hana. Namun, wanita itu menolak ajakannya halus. "Aku sudah sarapan tadi. Mungkin lain kali," papar Hana. Erick menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah, jika begitu. Aku ingin pergi ke cafeteria, membeli sepotong sandwich. Sampai jumpa," ucap pria itu sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Hana. &nbs

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status