Share

6. TRIK KUNO

Author: Noviares
last update Last Updated: 2022-04-10 16:41:17

Putri Sekar Ayu sedang berlatih pedang bersama beberapa prajurit pilihan di halaman belakang istananya. Semakin hari kemampuan bela diri dan ilmu pedang yang ia kuasai semakin mumpuni. Gerak tangan dan kaki lincahnya membuat para prajurit kuwalahan menghadapinya. Gemulai indah gerakannya saat mengayunkan pedang membuat lawan-lawannya kehilangan fokus. Saat mereka lengah, saat itulah putri langsung melumpuhkan mereka dengan mudah. 

Putri Sekar Ayu memang berbeda. Jika para putri kerajaan biasanya lebih suka menghabisakan waktu di keputren, melakukan aktifitas sebagaimana seorang putri pada umumnya, maka Putri Sekar Ayu lebih tertarik dengan pedang, berkuda atau memanah. Itu bukan berarti ia tak bisa melakukan tugas-tugas sebagai seorang putri, ia tetap melakukannya namun ia menginginkan sesuatu yang lebih dan ingin terlihat berbeda dari putri-putri lain di istana. 

"Prajurit pilihan ? kemampuan kalian tak ada seujung jariku," kata Putri Sekar Ayu pada salah satu prajurit setelah berhasil ia kalahkan.

"Hebat ... hebat," kata seseorang datang sambil bertepuk tangan setelah diam-diam menyaksikan proses latihan putri bersama para prajurit.

"Terimakasih, Senopati," kata putri dengan raut bahagia setelah mendapatkan pujian itu.

"Tapi, haruskah Gusti memakai trik kuno itu ?" gurau Senopati Ageng.

"Itulah senjata paling ampuh yang kumiliki, Senopati," jawab putri membalas gurauan Senopati Ageng.

Trik kuno yang senopati maksud adalah mengalahkan lawan dengan kecantikan yang putri miliki. Memang benar, siapa yang tak terpukau dengan kecantikan putri. Bahkan kecantikannya itu akan bertambah berkali-kali lipat saat ia memegang sebilah pedang di tangannya. Putri pun paham betul akan hal itu, maka tak ada salahnya menjadikan kecantikannya sebagai salah satu senjata andalan yang ia miliki.

"Kalau begitu segeralah kembali ke keputren, Gusti. Jangan biarkan kecantikan Gusti itu luntur karena terik matahari."

"Haha ... Oh ya Senopati, aku sangat menyukai pedang ini."

"Mpu Geger memang tidak pernah mengecewakan, Gusti."

"Aku berniat mengirimkan hadiah untuknya." 

"Kebetulan sekali Gusti, besok Mpu Geger mantu putri keempatnya." 

"Oh ya ?" tanya putri antusias. "Galuh, kemarilah." Putri memanggil kepala dayang di istananya.

"Hamba, Gusti," kata Galuh menghadap. 

"Siapkan sutera terbaik sebagai hadiah pernikahan untuk putri Mpu Geger. Mungkin aku juga akan datang besok."

"Sendiko, Gusti."

"Kau bermain pedang lagi, Putri ?" kata Ibu Suri Suhini, nenek Putri Sekar Ayu tiba-tiba datang berkunjung ke istananya.

Putri terlihat gugup, ia tahu setelah ini neneknya pasti akan memarahinya habis-habisan karena lagi-lagi ia ketahuan berlatih pedang. Menurut ibu suri, seorang putri harus selalu tampil menawan dan terhormat. Memegang pedang bagi seorang putri dianggap menyalahi kodrat. Berkali-kali ibu suri melarangnya namun putri tetap tak mau menurut. Putri malah melakukan kegemarannya itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu suri. Kali ini ibu suri benar-benar telah kehilangan kesabarannya. 

"Aku sedang merenggangkan otot saja, Eyang," kilah Putri Sekar Ayu sambil memanja pada neneknya.

"Entahlah apa dosaku hingga kau lebih sayang pada pedang dan kudamu."

"Jangan bicara seperti itu Eyang, aku sangat menyayangi Eyang."

"Kali ini aku tak bisa tinggal diam. Kau harus dihukum, Putri. Kau dilarang meninggalkan keputren sebelum mendapatkan ijin dariku."

"Tapi, Eyang ..."

"Galuh awasi putri," kata ibu suri tanpa bisa dibantah lagi. 

"Ampun Gusti, hamba ..." sela Senopati Ageng, namun segera dipotong oleh ibu suri.

"Besok temui aku di kediamanku, Senopati," kata ibu suri sebelum pergi. Ia sudah mengetahui bahwa Senopati Ageng lah yang selama ini melatih putri bermain pedang.

"Apa yang harus kulakukan, Senopati ?" keluh putri.

"Untuk saat ini turuti saja, Gusti. Nanti hamba pikirkan cara lain."

"Baiklah."

Putri nampak kesal, namun tak ada pilihan lain selain menuruti perintah eyangnya itu. Ia dapat membantah semua orang di dalam istana tapi tidak dengan eyangnya, ia sangat menghormatinya. Bukan hanya putri, semua anggota keluarga kerajaan juga sangat menghormatinya. Ketegasannya serta tatapan dingin yang ia miliki menjadikannya orang yang sangat disegani di istana. Semua kebijakan kerajaan tak akan terlaksana tanpa persetujuannya. Kekuasaan ibu suri bahkan melebihi raja yang seharusnya memiliki peran utama dalam sebuah kerajaan. Sebesar itulah kekuasaan ibu suri, usia sama sekali tak menghalangi sepak terjangnya di kerajaan.

Ibu Suri dulunya adalah selir dari kakek Putri Sekar Ayu. Dari Ibu Suri Suhini lahirlah Raja Widharma dan tiga saudaranya. Sedangkan Putri Sekar Ayu adalah keturunan dari neneknya yang seorang permaisuri, mendiang Ratu Sawitri. Ratu Sawitri hanya memiliki seorang putra, yakni ayah Putri Sekar Ayu. Ratu Sawitri telah lama tiada jauh sebelum putri lahir, jadi Putri Sekar Ayu hanya dapat merasakan kasih sayang seorang nenek dari ibu suri saja. Setelah kematian Ratu Sawitri, ibu suri lalu menggantikannya sebagai permaisuri. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Last Queen   100. AKHIR

    "Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda

  • The Last Queen   99. PERTARUNGAN TERAKHIR

    Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc

  • The Last Queen   98. PEPERANGAN

    Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal

  • The Last Queen   97. STRATEGI

    Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p

  • The Last Queen   96. BUNGA GENIRI

    Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.

  • The Last Queen   95. AMBISI UTARI

    Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status