Saat dia menyerahkan coat coklat baru aku paham, cepat-cepat kuganti bajuku dengan coat, dia pun membuka bajunya dan menggantinya dengan mantel marun, lalu membuang baju kami ke tempat pembuangan baju bekas, kulihat dia memoleskan lipstik merah di bibirnya.
“Kapten, kau membawa lipstick saat misi seperti ini?” Racauku.
Entahlah mungkin aku sedikit mabuk, sehingga menanyakan hal tidak penting kepada Alcie.
Alcie membuka bagian bawah lipstick tersebut, terdapat suatu alat, sepertinya bisa dijadikan alat kejut, aku mengangguk-angguk paham.
Beberapa bodyguard menghampiri kami, mereka melangkah memasuki gang. Alcie menjadi pucat, walaupun mereka telah mengganti baju, namun bisa saja mereka mengenalku, karena wajahku pasti terekam CCTV , sedangkan Alcie telah berubah menjadi perempuan, kecil kemungkinan mereka dapat mengenal Alcie.
Alcie menoleh ke arahku, dengan tatapan tidak terbaca, dia mendekatiku, mendorongku ke dinding lalu membuka wignya, rambutnya yang hanya sebahu tergerai indah. Lalu secara tidak terduga dia menempelkan bibirnya dengan bibirku.
Aku menjadi beku, aku merasakan tersengat listrik, padahal Alcie hanya menempelkan bibirnya pada bibirku, aku melihat dia memejamkan matanya, cantik sekali. Selama 3 detik kami berciuman, ah bukan, 3 detik kami menempelkan bibir, sang bodyguard tidak menyerah semakin mendekat, mendengar derap langkah kaki sekitar 5 bodyguard menghampiri kami, Alcie membuka matanya, masih dengan bibirnya menempel di bibirku, tersirat kekhawatiran dimatanya.
Kutarik tubuh Alcie, hingga sekarang posisi kami terbalik, Punggung Alcie yang menempel di dinding, Alcie terkejut dan sedikit membuka bibirnya. Langsung saja kuterkam bibir manisnya, aku lumat bibirnya dengan kasar sembari menelusupkan lidahku untuk menjelajahi mulutnya yang mungil.
Mungkin pengaruh alkohol atau memang aku menginginkan ciuman panas ini, entahlah. Melihat Bodyguard semakin mendekat, Alcie membalas ciumanku, kami berciuman dengan sangat panas ditonton oleh 5 bodyguard.
Setelah berciuman, aku melumat leher jenjang milik Alcie, tanganku dengan kurang ajarnya meremas bokong Alcie. Kurasakan Alcie memegang tanganku, ya, dia menghentikan gerilya tangan kurang ajarku.
“Tidak pernah melihat orang berciuman?” Hardik Alcie kepada 5 orang bodyguard
Melihat dandanan Alcie yang berantakan dengan lipstik yang belepotan, kelima bodyguard meminta maaf dan urung menanyakan apakah Alcie dan kekasihnya itu melihat 2 orang pria yang mencurigakan.
Untung saja posisi Adrius membelakangi kelima bodyguard tersebut, karena Alcie melihat bodyguard tersebut membawa selembar kertas berisi wajah Adrius.
Bodyguard itu pun pergi, Adrius diam seribu kata, merasa bahwa mungkin ini adalah akhir hidupnya. Dia berani menyentuh Alcie dengan sangat tidak sopan.
“Kapten..” Ucap Adrius ragu
“Adrius, aku tidak ingin bicara denganmu” ucap Alcie dingin
Nyali Adrius ciut mendengar kata-kata Alcie, 5 menit kemudian Varro menjemput mereka dan pulang ke markas dengan selamat.
Misi dijalankan dengan sukses, tim Obsidian merayakan hal tersebut dengan minum-minum dan makan malam dengan daging panggang ala-ala BBQ.Alcie mengacuhkanku, setelah insiden ciuman kami, dia tidak berbicara padaku satu patah kata pun, sedangkan dengan yang lainnya, dia bergurau seperti biasanya, memuji pekerjaan mereka, karena bekerja dengan sangat bagus. Namun Adrius tidak mendapatkan itu.Alcie mohon izin untuk tidur terlebih dahulu, tinggal Aku, Brian, Varro dan Gerrald yang ada di atap menyelesaikan BBQ kami sambil mengobrol ringan.“Kulihat Kapten mendiamkanmu Ardius.” Selidik Brian.Brian memang sangat peka.“Apa kau membuat kesalahan yang besar?” Tanyanya lagi.
Kediaman keluarga AlexJenny POVAku tertelungkup di kasur yang nyaman, tanganku memegang sebuah balpoin, kutuliskan memori-memori asing yang bermunculan di kepalaku. Kutuliskan semua itu dalam buku berwarna biru, diary pink yang kumiliki sebelum hilang ingatan, tak pernah kusentuh, entahlah aku merasa tidak berhak menambahkan sesuatu di buku itu.Pistol, darah, pisau, lautan, gunung es, penyekapan, bergelantungan di atas gedung dan Adrius. Adalah kata-kata yang kutulis di buku diaryku.Aku bangun lalu menatap pantulan diriku di cermin.“Siapa kau? Apakah benar kau adalah Jenny? Kalau bukan Jenny, lantas siapa dirimu? Apakah kau siap menerima kenyataan jika kau memang bukan Jenny? Apa kau siap kehilangan Mom, Dad, sahabat dan kehidu
Keesokan harinya.“Hei Jenny, tumben sekali kau tidak terlambat. Apakah matahari terbit dari barat?” Sindir Anastasia.Stefany hanya diam tidak ikut menimpali, karena dia pun sering terlambat bila ada kuliah pagi.Kami sedang duduk di lorong, menunggu kelas dimulai.“Mata kuliah kebangsaan akan diajar oleh Profesor dari luar kampus, aku berharap dia tampan dan rupawan” aku tersenyum sambil membayangkan bila mendapatkan Profesor yang tampan rupawan.“Jangan berharap terlalu tinggi, setahuku seorang Profesor pasti sudah tua” Ucap Stefany.“Masih ada harapan pada asistennya” ucapku penuh k
Kantin Kampus“Dosen kita sangat tampan!” Ujarku bersemangat.“Setuju” Anastasia menyetujui.“Ya, dia memang tampan” Aku Stefany.“Wow, biasanya kalian akan menghinaku apabila aku menyebut seorang laki-laki tampan” Ejekku.“Sepertinya hanya orang dengan gangguan penglihatan yang menyebut Profesor Adrius jelek” kekeh Anastasia.“Saat pertama bertemu dengannya, aku yakin dia adalah jodohku” Ucapku sambil tersenyum.Anastasia dan Stefany menatapku jengah, setiap melihat laki laki tampan Jenny selalu bersemangat mengejarnya, namun bila laki-laki itu sudah meny
Keesokan harinya di kampus“Hari ini jadwal aku mengajar di kelas Jenny, awas saja kalau gadis itu tidak mirip dengan Alcie” Ancam Varro untuk Gerrald.“Buktikan saja sendiri, kalau gadis itu mirip dengan Alcie, kau harus membeli sarapan selama sebulan kedepan” Tantang Gerrald.“Baik” Ucap Varro menyetujui taruhan.“Kau tidak membeli sarapan untuk kita?” Tanya Brian.“ID Card-ku tertinggal di ruang dosen, bila membeli tanpa kartu itu, kau tidak akan mendapatkan diskon” Gerrald beralasan.“Lihatlah ke depan saat berjalan,
Satu bulan telah berlalu semenjak penolakan dari Adrius, namun aku masih saja terus mengejarnya tanpa rasa lelah.Bukankah pribahasa mengatakan sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga, para pujangga juga berkata cinta bisa datang karena terbiasa. Dua kalimat itulah yang menjadi penyemangatku masih mengejar Adrius.*Kediaman Keluarga AlexBesok adalah hari senin, ada kuis untuk mata kuliah Kebangsaan, dan sialnya weekend kemarin Mom mengajakku glamping, aku tak sempat belajar untuk kuisku, saat di kelas pun aku hanya sibuk memandang wajah sempurna milik Adrius.Adrius, dia seperti candu untukku, dalam sehari bila tidak melihatnya aku akan sakau. Berlebihan seka
Aku tak tahu alasan Emelly membenciku, seingatku aku tak pernah merebut apapun miliknya. Sepertinya Emelly adalah salah satu gadis yang cemburu padaku, selain kalah cantik dan kaya, semua laki laki yang menjadi incarannya malah mendekatiku. Namun sama seperti yang lainya dia tidak pernah berani menggangguku, mungkin dia pikir, ini saat yang tepat untuk menindasku. Emelly adalah murid penerima beasiswa seperti Anastasia, seharusnya dia termasuk mahasiswa kurang mampu, namun kulihat pakaian dan aksesoris yang dipakainya selalu merek terkenal. Aku tidak pernah memikirkannya, selama dia tidak meminta uang padaku untuk membeli baju, untuk apa aku peduli. “Aku sungguh tidak sengaja Emelly” Aku meyakinkan Emelly. “Emelly, kulihat kau tidak terluka, cepatlah ganti bajumu” Stefany membelaku.
Ruangan Dosen tim Obsidian “Gadis itu memang luar biasa” Puji Gerrald. “Kau menuduhnya mencuri lembar jawaban?” Selidik Varro. Adrius melemparkan lembar jawaban yang diisi oleh Jenny, semua pertanyaan dijawab sempurna oleh gadis itu, soal berbentuk esai, namun gadis itu dapat menjawab poin inti di setiap pertanyaan. “Ini tidak dapat dijadikan barang bukti” Sanggah Varro. “Lihat saja, aku akan membuktikan apakah ucapan gadis itu benar bahwa dia sangat mencintai mata kuliah ini” Adrius tersenyum secara misterius. “Jenny sungguh luar biasa, kata-katanya bisa mematahkan semua tuduhan yang ditujukan padanya, lalu membalikan keadaan. Menghina lawannya dengan cara yang ele