Share

Bertemu Leon

Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana.

"Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup.

"Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!"

"Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk."

"Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."

Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika.

"Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."

Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu hal buruk telah terjadi pada sahabatnya itu, tapi ia harus memastikannya sebelum bertindak lebih jauh.

Setelah dengan kelasnya, Diki langsung saja menghampiri Lula yang sedang duduk sendirian dikursi meja kantin bersama siomay kesukaannya diatas meja. Tak ada jabat tangan atau cipika cipiki untuk melepas rindu, karena Lula tak menyukai itu.

Melihat wajah pucat Diki dan beberapa lebam diwajahnya, membuat Lula mengepalkan tangannya.

"Jangan sekarang, La. Please." Lula hanya menghela nafasnya menahan emosi yang sulit untuk dijinakkan.

Tak lama, Lula meninggalkan kampus karena Diki masih ada satu mata kuliah disore hari. Dan kepergian Lula membuat semua orang dikantin itu bisa bernafas lega, terlebih bagi mereka yang merasa telah mengganggu si cupu Diki.

Semenjak kedatangan Lula siang itu, semenjak itu juga Diki bisa bernafas lega karena orang-orang yang biasa membulinya tak berani lagi untuk menyentuhnya. Hanya beberapa saja yang suka meledek Diki dari kejauhan, tapi itu tak masalah baginya.

.......

Dua hari berlalu.

Malam hari disebuah rumah mewah milik keluarga Alison. Seorang wanita cantik -Jane Alison- terlihat sedang bersandar pada bahu Kakak pertamanya, Leonard Alison.

Jane sangat antusias menceritakan semua kegiatannya kepada Leon yang baru saja pulang dari luar negeri kemarin sore. Bahkan Jane menceritakan tentang kejadian memilukan beberapa bulan belakang ini pada Kakaknya, kejadian tentang bulliying yang terjadi pada Diki si pria cupu dan lugu.

"Kenapa gak kamu tolongin?" Tangan Leon membelai kepala sang adiknya sayang.

Pria yang tak banyak dikenal orang akan karakternya itu sangat family man.

"Aku cuma bisa menjauhkan dia dari mereka yang jahat saja, Kak. Atau aku lapor dosen. Aku gak berani kalo harus kasih pelajaran sama anak-anak itu, kan aku gak bisa bela diri." Mulut manyunnya itu membuat siapa saja yang melihat akan gemas dan ingin mencubitnya.

Diantara ketiga anak dari keluarga Alison itu, Jane termasuk yang paling manja. Terlebih ia selalu manja kepada Kakaknya, Leon. Jane memiliki satu Kakak perempuan bernama Joana Alison. Joana atau Jo, wanita berusia 23 tahun itu sedikit memiliki ilmu bela diri yang dipelajari dari Leon.

Berhubung sudah tiga tahun Leon tinggal diluar negeri-negara kelahiran Kakeknya- untuk mengurus perusahaan peninggalan Kakeknya, Jo tak pernah lagi berlatih beladiri.

Hari ini Jane datang kekampus diantar oleh Kakaknya. Tak sedikit pasang mata yang menatal kagum akan makhluk ciptaan Tuhan satu itu. Leon terlihat sempurna dari segi manapun saat dipandang.

Merasa menjadi pusat perhatian, Jane mendorong Leon untuk memasuki mobil dan menyuruhnya untuk segera pulang.

Dari dalam mobil, Leon menangkap sosok wanita cantik yang dengan ketajaman mata memandang membuat auranya sangat terlihat sexy.

Dengan cepat, Leon berlalu dari Universitas A tanpa memperhatikan lebih jauh tentang wanita itu, yang tak lain ialah Lula.

......

Lula yang baru saja memarkirkan mobil sportnya dicafe samping Universitas A, kini memasuki gerbang dengan berjalan kaki.

Ya, Lula selalu memarkirkan mobilnya diluar kampus karena cafe itu milik teman Papanya yang telah mengenalnya.

Pandangan Lula mengarah pada apa yang sedang dipandang anak-anak kampus, yaitu seorang pria dan wanita yang sedang berdiri disamping mobil sport yang sama persis dengan miliknya.

Lula membuang pandangannya, ia berjalan santai menelusuri setiap koridor menuju kelas Diki. Diki tak terlihat disana karena memang pria itu tidak ada kelas hari ini.

Lula sengaja datang kekampus tanpa Diki karena ia ingin mengetahui lebih detail apa yang terjadi pada sahabatnya itu melalui teman-teman kelasnya. Sebenarnya Lula sudah meretas cctv disana selama apa yang terjadi pada Diki, namun ia tak mendapat dengar perkataan semua orang. Itulah kenapa ia berada di kelas management saat ini.

Tak ada satupun yang mau membuka suara meski Lula sudah memberi pelajaran padasalah satu mahasiswa dikelas itu yang ia ketahui dari cctv bahwa pria itu ternyata ikut andil dalam aksi bulliying yang terjadi pada Diki.

Saat Lula membuat keributan dioutdor kantin, seorang wanita muda cantik mendekatinya dengan raut wajah ragu. Ia menelan ludah saat ditatap tajam oleh Lula.

Lula mengamati wanita dihadapannya itu, wajahnya tak asing. Setelah difikir beberapa menit, Lula mengingat bahwa wanita ini adalah wanita yang ada dihalaman kampus tadi bersama seorang pria yang menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswi.

"Aku yang akan menjelaskannya," ucap wanita itu ragu.

"Tunggu aku dicafe Senorita."

Pandangan Lula kembali pada pria yang masih dalam cengkramannya. Setelah ia menyelesaikan aksinya, Lula mendatangi ruang rektor karena ia hadang oleh beberapa dosen yang sangat membuatnya muak.

Setelah memberi penjelasan dan akhirnya Lula tidak diperbolehkan kembali datang kekampus sampai wanita itu memasuki jadwal kuliah S2 nya disana satu bulan lagi, Lula meninggalkan kampus menuju Cafe Senorita untuk menemui satu-satunya orang yang akan menjelaskan kejadian yang menimpa Diki selama dua bulan belakangan.

Setiba disana, Lula langsung meminta Jane untuk mwnceritakan semuanya tanpa dikurang atau dilebihkan. Ya, wanita itu Jane.

Semua dijelaskan oleh Jane secara berbelit karena wanita itu takut akan tatapan Lula. Namun Lula cukup mengerti meski sedikit pusing akan kata yang terus diulang oleh Jane.

Setelah menceritakan semuanya, tiba-tiba seorang pria menghampiri meja mereka.

"Kakak!" ucap Jane terkejut melihat Leon telah berada disana.

Lula mendongak menatap pria yang kini telah berada tepat disamping mereka berdua.

"Hai," sapa Leon pada Lula.

Lula berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan cafe, beruntung ia tak memesan apapun hingga ia tak perlu mampir ke meja kasir untuk membayar.

Leon hanya memandang aneh wanita yang baru saja disapanya itu. Pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan terlebih dahulu meski hanya kepada Jane yang duduk bersamanya sedari tadi.

"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."

Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status