Share

Bab. 6

Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.

 

 

 

Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya.

 

 

 

"Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.

 

 

 

"Sudah, La. Kami sudah lapor polisi tadi siang. Kami pikir dia sama kamu, tapi kemarin saat kami kesini, pembantu kamu bilang kalau Diki tidak ada disini." 

 

 

"Iya, Mi. Inah bilang kalian kesini nanyain Diki. Aku pikir Diki kuliah, soalnya dia kemarin kirim pesan ke aku ada jam tambahan, Mi," jelas Lula.

 

 

 

"Diki nggak bilang apa-apa sama kami, La. Hikkss ... Diki nggak ada teman selain kamu, La. Kemana dia, ya Tuhan kemana anakku." Mami Diki menangis hingga sesegukkan, sedangkan Papi Diki hanya meneteskan air matanya sembari menenangkan istrinya.

 

 

 

Sepertinya ada yang tidak beres. Tidak mungkin Diki kabur dari rumah dan tidak memberitahunya.

 

 

 

Setelah orang tua Diki pulang, Lula bergegas menuju ruang rahasia yang ada didalam kamarnya. Dengan kemampuan retasnya, jari lentik Lula mulai bermain diatas keyboard komputer kesayangannya.

 

Lula meretas semua cctv yang sekiranya Diki lalui dua hari belakangan ini. Lima belas menit Lula sudah berhasil meretas hampir seluruh cctv disepanjang jalan rumah Diki menuju kampus. Yang pertama Lula lihat saat Diki keluar dari rumahnya dua hari lalu, saat itu waktu menunjukkan pukul 07:40.

 

 

 

Lula memantau setiap langkah kaki Diki. Saat cctv pertama yang berada didekat rumah Diki tak sampai kemana Diki melangkah lebih jauh, Lula menuju cctv selanjutnya. Sudah lebih lima kali Lula mengulang cctv itu namun ia tak mendapatkan apapun.

 

Ada yang aneh disini. Lula bergegas mengecek semua cctv yang berhasil ia retas, semuanya aneh. Semua cctv itu terlihat seperti video yang sudah diedit.

 

 

 

Tunggu!

 

 

 

Astaga, video cctv itu terlangkah satu hari penuh! Lula terus mengulangi videk cctv itu untuk melihat keganjalan diarea sekitar, namun tak ada satupun yang membuatnya curiga. Ini pasti sebuah kesengajaan dari seorang yang cukup ahli dibidang teknologi.

 

 

 

Tidak mungkin jika hanya penculik biasa yang melakukannya, karena semuanya dilakukan dengan sebersih mungkin. Tidak ada jejak rekaman apapun disepanjang jalan. Hanya ada satu cctv yang menyala dihari itu, tapi itu tidak berarti apapun karena disana Diki hanya terlihat berjalan menuju halte untuk mencari bis atau taxi, Lula pun tak tahu pasti akan hal itu.

 

 

 

Kampus!

 

 

 

Ya, Lula belum mencari dikampus! Dengan gesit, Lula mulai masuk kedalam sistem keamanan kampus melalui komputer canggihnya. Namun semuanya sama, tak ada satupun bukti yang menunjukkan keberadaan Diki disana dihari itu. Itu tandanya Diki tidak datang ke kampus dua hari lalu.

 

 

 

Tunggu! Sepertinya ada yang Lula lewatkan. Jika Diki tidak datang ke kampus, lalu siapa yang mengirim pesan singkat padanya melalui ponsel Diki? Sepertinya ini bukan hanua tentang Diki. Diki tidak punya teman selain dirinya, dan Diki tidak mungkin mencari masalah dengan orang yang berbahaya. Apakah ini ada hubungannya dengan dia? Apakah ada orang yang membenci Lula hingga mereka melukai Diki sebagai tumbal akan kemarahannya pada Lula?

 

 

 

"Aaaaarrghhh ... Sial!"

 

 

 

Lula keluar dari ruang rahasianya dan mencari ponselnya diatas nakas samping tempat tidur. Ia mencari pesan masuk dua hari lalu yang dikirim dari nomor ponsel Diki.

 

 

 

Lula kembali ke ruang rahasianya dan mulai mengecek lokasi dari nomor ponsel Diki. Sial! Lokasi terakhir ada di— di depan rumahnya?

 

 

 

Lula semakin yakin bahwa ini ada hubungannya dengan dirinya. Tidak mungkin semua ini hanya kebetulan, sepertinya ini benar-benar sudah direncanakan.

 

 

 

Lula mondar mandi didepan komputernya, ia sekarang bingung harus bagaimana. Lula tidak punya teman lain selain Diki, ia sekarang butuh orang yang bisa membantunya, tapi siapa?

 

 

 

Malam itu juga, pukul 22:00 Lula keluar rumah dengan pakaian serba hitam dan kain penutup kepala agar tidak ada yang mengenalinya. Lula keluar dari jendela kamarnya, ia mengendap-endap menuju halaman belakang rumahnya.

 

 

 

Hanya ada beberapa penjaga didepan dan seharusnya itu tidak akan masalah untuknya. Setelah tiba dihalaman belakang, Lula mengeluarkan sebuah alat berbentuk pena. Lula mengarahkan ujung pena keatas tembok pagar lalu ia menekan tombol merah yang ada dipena itu. Dalam hitungan detik, sebuah tali tipis berlapis emas keluar dari ujung pena dan menancap tepat diatas tembok pagar.

 

 

Setelah memastikan bahwa alat itu telah tertancap sempurna, Lula menekan tombol lainnya yang ada disebelah tombol merah hingga tali itu membawanya menuju atas tembok.

 

 

 

Lula berhasil keluar dari area rumahnya, Lula mengeluarkan sebuah buku yang ada didalam baju bagian perutnya. Ia meletakkan buku itu secara miring dan meletakkan sebuah alat kecil seperti koin disamping buku. Boom! Buku itu berubah menjadi alat canggih layaknya komputer. Ya, Lula membuat semacam alat canggih dari sebuah barang yang ada disekitarnya agar tidak mudab diketahui orang lain.

 

 

 

Jika ada yang bertanya dari mana Lula berlajar merangkai dan memikirkan hal semacam itu? Lula pecinta film sci-fi, ia selalu berkeinginan untuk memiliki alat canggih seperti yang ada didalam film-film yang pernah ia tonton. Meski itu mustahil namun Lula berhasil melakukannya. Tak ada yang tahu bakat Lula satu ini, Lula bagai diberi kekuatan oleh Tuhan karena bisa menciptakan alat yang bahkan orang lain tak akan percaya jika alat itu benar ada didunia nyata.

 

 

 

Karena dadakan, Lula saat ini tidak memiliki kendaraan untuk menuju tempat yang akan ia datangi sebagai lokasi yang ia curigai. Akhirnya Lula berlari dikegelapan.

 

 

 

Karena lokasi yang lumayan jauh, Lula akhirnya membuka semua kain hitam ditubuhnya. Lula terlihat sexy dengan hotpant dan tangtop ditubuh langsingnya. Lula hanya memakai pakaian kurang bahan itu karena kain hitan yang akan ia gunakan untuk beraksi sangatlah tipis, tidak mukin ia memakai pakaian lengkap dibalik kain hitam itu. Lagi pula, Lula tidak akan bergerak bebas jika terlalu banyak pakaian ditubuhnya. Lula orang yang tidak suka ribet dalam berpenampilan?

 

 

 

Lula berdiri dipinggir jalan menunggu kendaraan yang lewat. Belum sepuluh menit, terlihat sebuah sedan hitam dari kejauhan. Lula berdiri ditengah jalan sembari melambaikan tangannya, berharap pengemudi mobil itu berhenti.

 

 

 

Setelah mobil itu berhenti lima langkah didepan Lula, Lula berlari mendekati pintu kaca kemudi lalu mengetuknya.

 

 

 

"Maaf tuan, apa kau mau memberiku tumpangan?" tanya Lula dengan suara lembutnya setelah pengemudi itu menurunkan kaca pintunya.

 

 

 

Pria yang ada didalam sana menatap Lula dari atas hingga bawah. Lula bisa melihat tatapan nakal pria itu, namun Lula tak perduli karena ia sangat butuh tumpangan untuk saat ini.

 

 

 

Dua pria lainnya yang ada dalam mobil pun ikut menatap Lula. "Sikat, Bro."

 

 

 

"Mau kemana nona cantik?" tanya si pengemudi.

 

 

 

"Jalan xxx," jawab Lula singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status