Share

Kembalinya Lula

"Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?" 

"Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"

Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih.

"Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!" 

"Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.

Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta orang tuanya. Jika Diki bisa membela diri saja mungkin ia tak akan ambil pusing, tapi sahabatnya ini sungguh tipikal manusia bodoh dalam bertindak, berbanding terbalik dengan otaknya yang sangat mudah menjawab semua soal pelajaran disekolah.

"Aku akan urus S2ku di Universitas A." Diki tercengang mendengarnya, apakah Lula sesayang itu dengannya? Untuk apa wanita itu kuliah tinggi-tinggi jika setelah lulus saja ia tidak berminat untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha?

"Baiklah, aku akan laporkan ap ..."

"Aku akan tetap melanjutkan S2ku disana." Diki tidak bisa berkata lagi saat Lula sudah bersikeras untuk kembali kuliah.

S1 nya saja hanya dua tahun, mungkin saat Diki lulus nanti, Lula juga akan lulus bersama.

Lula akan berkuliah enam bulan lagi karena saat ini masih pertengahan semester. Selama itu, Lula kerap sering mendatangi Diki ke kampus untuk menemaninya atau mengurus persiapan S2 nya, agar nanti ia tidak akan terlalu repot lagi.

Dua bulan pertama semuanya aman terkendali, namun dibulan ketiga saat Lula absen mengunjungi Diki dikampus karena ia harus menemani Mamanya pergi keluar negeri untuk mengurus sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan, Diki kembali di bulli.

Meski bukan Mama kandung, wanita yang kerap dipanggil Mama Ica itu mempercayakan semua hartanya pada anak sambungnya ini. Ia percaya Lula bisa mengolah perusahaan dengan baik.

Lula tak merasa bangga sedikitpun akan apa yang diberikan Mamanya, yang ia mau selama ini hanyalah waktu dan perhatian orang tua, bukan harta. Terkadang ia iri dengan keharmonisan keluarga Diki, meski tak sekaya keluarganya tapi keluarga Diki sangat hangat dalam berkeluarga.

"Mana perisai lo? Heh, cupu kayak lo gini lebih baik tidur dibawah ketiak Mami lo," teriak seorang wanita yang beberapa bulan lalu sudah merasakan bogem dari Lula. Ia tidak terima telah dipermalukan dihadapan semua orang saat itu. Dan saat mengetahui bahwa Lula tidak pernah datang kekampus beberapa hari lalu, kesempatan ini segera ia manfaatkan dengan baik.

Wanita bernama Monik itu membawa Diki kegudang belakang kampus yang tidak pernah dipakai lagi. Ia dengan puas menendang tubuh Diki dengan kemarahannya pada sosok Lula. Diki hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan sepatah kata, defenisi bodoh dari seorang pria dewasa!

Setelah puas dengan pelampiasannya, Monik meninggalkan Diki seorang diri didalam gudang. Tak ada yang berani ikut campur lagi setelah mereka menyaksikan langsung kemarahan Lula beberapa bulan lalu. Namun ketakutan mereka akan Lula ternyata tak berlaku juga untuk menolong pria malang tengah menahan sakit didalam gudang itu.

Seorang wanita cantik bernama Jane Alison yang diketahui seorang mahasiswa semester empat jurusan akuntansi menghampiri Diki. Diki yang awalnya menolak karena takut kini mengikuti wanita itu.

"Its oke, kamu aman."

Jane membawa Diki keruang UKS, ia meminta petugas untuk mengobati luka Diki karena ia tidak bisa melakukannya.

"Kamu ada masalah sama dia?" tanya Jane saat Diki telah selesai diobati.

Diki hanya menggelengkan kepalanya. Jane mengenal Diki karena pria ini sering terlihat bersama Lula, wanita populer dengan segala kelebihannya.

Setahu Jane, selama ia berkuliah disini tak pernah ada kejadian bulliying atau semacamnya. Semuanya terlihat aman layaknya sekolah pada umumnya, perkelahian yang sering terjadi juga tak separah ini.

"Kamu sudah lama diperlakukan seperti tadi?"

Ya, Jane tak tahu kejadian beberapa bulan lalu dioutdor kantin. Saat itu ia sedang cuti kuliah dan baru masuk beberapa hari ini.

Diki kembali menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara. Jane menghela nafas, ia menepuk punggung Diki lalu keluar dari ruang UKS setelah berucap. "Cepet sembuh, aku pergi dulu."

Saat ruang UKS tak menyisakan satu manusiapun selain dirinya, Diki menangis meratapi hidupnya. Apakah dia hanya bisa berdiri disisi Lula saja? Kenapa semua orang bersikap tak adil saat ia jauh dari Lula?

Selama dua bulan Lula tak terlihat batang hidungnya dan hanya memberi kabar via phone kepada Diki. Selama itu juga Diki sering mendapatkan bullian dikampus.

Mahasiswa yang awalnya tak berani mendekati Diki kini ikut membulli Diki saat mereka menyadari bahwa Lula sudah hampir dua bulan tak pernah datang ke kampus. Namun sampai sekarang, masih tak ada yang berkeinginan untuk menolong pria malang itu. Satu! Ya, ada satu wanita yang sesekali menolong Diki dari bullian, yaitu Jane. Berhubung Fakultas mereka berbeda gedung, jadi Jane tak bisa setiap saat menolong Diki. Bukan menolong seperti apa yang pernah Lula lakukan, Jane yang tak bisa beladiri hanya bisa menjauhkan Diki dari orang-orang tak punya hati itu atau melaporkan kejadian itu pada dosen.

Setelah dua bulan setengah Lula menghilang, kini wanita cantik itu berlihat berada didepan gerbang Universitas A. Siang ini ia mendatangi kampus untuk melihat sahabatnya, Diki. Sebelumnya Lula sudah datang kerumah Diki untuk memberikan beberapa bingkisan oleh-oleh dari luar negeri untuk keluarga Diki. Namun saat mengetahui bahwa Diki ada kuliah pagi hingga sore, langsung saja Lula melesatkan mobilnya menuju Universitas A.

Semua mata memandang sosok cantik yang melewati koridor menuju gedung Management. Hampir tiga bulan menghilang, Lula terlihat lebih menarik dari segi mana saja saat dipandang.

Lula berhenti tepat didepan jendela kelas Diki. Ia bisa melihat sahabatnya itu tengah melakukan presentasi didepan kelas. Namun ada yang aneh. Wajah pucat Diki membuat insting Lula bekerja cepat. Pasti sesuatu yang buruk telah terjadi, fikirnya!

Diki menangkap sosok yang ia rindukan didepan jendela kelasnya sedang memperhatikannya. Diki tersenyum dan bersemangat melanjutkan sisa presentasinya yang tinggal sedikit lagi selesai.

Lula meningalkan kelas Diki, ia berjalan menuju outdor kantin untuk mencari cemilan selama menunggu Diki keluar. Tak lupa pesan singkat ia kirimkan padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status