Selvia hanya terdiam melihat kejadian yang menyiksa jiwa dan pikirannya. Ia tak sanggup berkata apapun lagi saat Yulius dengan amarah keluar dari rumah. Ia menatap kosong dan menahan air matanya, saat ia Kenzo anaknya dibawah oleh Yulius . Tubuhnya bergetar saat Kenzo terus menangis memanggil namanya.
"Aku yang berhak dengan hak asuh, Kenzo," ujar Yulius. "Aku mohon, biarkan Kenzo bersamaku. Umurnya baru lima tahun, Ius." Selvia memohon pada Yulius suaminya. "Kamu bisa apa! Kamu tidak berkerja dan selama ini aku lah yang membiayai semua kebutuhanmu." "Walau aku tidak berkerja, tapi aku inginkan hak asuh Kenzo bersamaku." "Seharusnya kamu pikirkan perbuatanmu! Jika kamu tidak berselingkuh dengan pria keparat itu, mungkin hak asuh Kenzo jatuh ditanganmu." "Kamu duluan yang berselingkuh Ius, bukan aku." "Lalu kamu mau apa? Aku memang terlebih dahulu yang berselingkuh, kamu pikir dengan kamu membalas berselingkuh akan mengubah segala hal! Kamu salah wanita bodoh!" Selvia sangat kecewa pada Yulius, ia memang salah sudah berselingkuh dengan pria lain. Ia hanya membalas perbuatan Yulius yang telah menyakitinya, menghinanya, bahkan Yulius melakukan kekerasan dalam rumah tangga. "Aku mohon Ius. Aku mohon, jangan ambil anakku," ujar Selvia. Selvia terus memohon pada Yulius, tapi Yulius tidak memperdulikannya. Yulius terus membawa Kenzo semakin menjauh dari dirinya. Selvia melangkahkan kaki dengan perlahan masuk ke dalam rumah, badannya bagai tak bertenaga, hatinya terasa hampa, dan pikirannya seakan kosong. Anak yang telah dilahirkan, dibesarkan sekarang dirampas begitu saja oleh suaminya, Yulius. "Aku harus bagaimana?" ujarnya menangis. "Aku harus menghubungi Daniel, laki-laki itu harus membantuku." Berkali - kali dia menghubungi Daniel, tapi tidak ada jawaban. Ia melakukan perselingkuhan dengan Daniel untuk membalaskan sakit hatinya atas perbuatan Yulius. Yulius bukan suami yang setia dan sering berganti-ganti pasangan. Saat ia marah pada Yulius hanya tamparan dan caci maki yang ia dapatkan. "Aku besok harus ke apartemen Daniel, aku harus menagih janjinya yang dulu akan membantuku jika aku akan bercerai dengan Yulius." ********* ******** ******** Keesokan harinya Selvia dengan cepat melangkahkan kakinya menuju gedung apartemen Daniel, ia ingin bertemu dengan lelaki tersebut, tapi semua hanya harapan palsu. Berkali-kali ia menekan tombol bel di sana tak ada jawaban dari dalam apartemen. "Sial! Ke mana si Daniel?" ujar Selvia dengan emosi. Selvia menahan mengepalkan tangannya menahan emosinya sendiri, lelaki yang pernah menjadi selingkuhannya malah tidak ada di dalam apartemen dan menghindarinya. "Dasar laki - laki kurang ajar! Setelah ia menikmati tubuhku sekarang malah pergi. Dasar berengsek!" umpat Selvia dengan amarah. Berbagai macam perasaan di rasakannya, ia merasa marah, kecewa, dan putus asa, ia sendirian sekarang tanpa ada satupun yang menemaninya. Ia langkah gontai berjalan kembali ke menuju mobilnya. Selvia menangis sendirian di dalam mobil, ia sama sekali tak menyangka pria yang dikiranya dapat membantu malah sekarang menghilang tanpa jejak. Pria menjanjikan kebahagian untuknya sekarang malah menghindarinya, tidak menepati janjinya yang akan melindungi dirinya. Betapa bodohnya ia begitu saja mempercayai semua yang dikatakan oleh Daniel yang ternyata sama saja seperti Yulius. "Kenapa jadi begini yaa Allah ... kenapa harus jadi begini," ujar Selvia dengan menyesal, ia memegang dadanya yang terasa sakit. Selvia melajukan mobilnya, ia sudah tak memiliki orang tua lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggal dan adik laki - lakinya tak memperdulikan dirinya semenjak kasus perselingkuhannya dengan Daniel. Kemana ia tempatnya mengadu tentang keluh kesah yang dirasakannya. Sesampainya Selvia di rumah ada sebuah mobil Hammer H3 terparkir di halaman rumahnya. Ia menghela napasnya dengan berat, mobil mewah itu milik suaminya. Ia sedang tak ingin bertemu dengan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. "Kamu sudah kembali," ujar Yulius dengan dingin. "Iya. Kamu ada urusan apa ke sini?" "Banyak urusanku, salah satunya rumah ini." "Apa maksudmu?" "Aku mau kamu pergi dari rumahku. Sebentar lagi kita bercerai dan kamu tidak berhak tinggal di rumahku lagi." "Ini rumahku!" "Haha, sejak kapan ini menjadi rumahmu. Orang tua ku memberikan rumah ini dan segala isi di dalamnya, bahkan mobil yang kamu pakai milik orang tua ku." "Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini Ius?" "Inilah yang pantas di dapatkan untuk wanita penghianat seperti kamu. Perempuan rendah dan jalang sepertimu pantas di perlakukan seperti ini." "Kamu yang memulai segalanya Ius. Jika kamu tidak berkali-kali berselingkuh aku tidak akan mungkin melakukan itu juga." "Jika aku berselingkuh, apakah bisa dibenarkan kamu juga berselingkuh Sel?" Selvia tak bisa menjawab perkataan Yulius, ia merutuki kebodohannya. "Jika alat kelaminmu tidak gatal untuk di masukin lelaki lain tentu kamu masih berstatus istriku dan tak akan kamu berpisah dengan Kenzo." "Kamu keterlaluan Ius! Kamu tidak pernah menyentuhku sama sekali. Kamu tidak pernah memberikan nafkah batin padaku selama 1 tahun pernikahan kita." "Ooh jadi kamu menyalahkan aku yang tidak mau menyentuhmu lagi! Dasar perempuan jalang! Aku sangat menyesal menikah dengan perempuan sepertimu. Ga di masukin selama setahun saja kamu jadi liar begitu bagaimana kalau bertahun-tahun lebih lama pasti kamu akan menjadi seorang wanita malam." "Hentikan Yulius. Aku mohon jangan hina aku lagi, aku mohon." Selvia menutup telinganya, perkataan Yulius sangat menyakitkan. Ia tak sanggup mendengarkan semua yang di ucapkan lelaki yang telah menikah dengannya selama 5 tahun. "Tutup terus saja telingamu! Apa kamu pikir dengan kamu menutup telinganmu fakta kamu seorang jalang akan di tertutupi. Kamu bodoh Selvi." "Cukup!" "Iya memang sudah cukup aku membuang-buang waktu yang penting dengan wanita sepertimu. Aku kasih kamu kesempatan tinggal di sini selama seminggu, kamu bereskan semua barang-barangmu dan pergi dari rumahku. Mobil Innova yang kamu pakai untuk kamu saja, aku ga sudi memakai mobil bekas jalang sepertimu walau aku yang membelinya. Anggap saja aku sedekah padamu. Orang miskin!" Yulius meninggalkan Selvia yang menangis menahan rasa sesak di dalam dadanya. Ingin sekali ia berteriak dan membalas semua perkataan pria tersebut, tapi apalah dayanya. Jika ia melakukan itu hanya akan memperkeruh semua masalah yang ada.Hidup tak seindah impian, keputusan yang salah membuat segalanya berubah. Kehilangan pasangan bukan menjadi salah satu alasan untuknya tidak bisa melanjutkan hidup, tapi kehilangan anak yang membuatnya hancur. Berbagai pikirian berkecamuk di dalam benaknya, ia harus bagaimana? Ia bingung harus melakukan apa? Selvia tidak memikirkan dampak dari perselingkuhannya dulu dengan Daniel. Ia bukan anak orang kaya dan tidak bekerja. Ia tak memiliki uang untuk membiayai hidupnya sendiri. "Tabunganku mulai menipis membayar sewa apartemen selama 6 bulan, aku harus bekerja, tapi kerja apa?" "Cream wajahku, make up ku, dan parfume hampir habis semua." "Yulius, kamu sangat kejam padaku. Kenapa setelah semua perlakukanmu yang kasar padaku sekarang kamu malah membuangku hanya karena aku sekali saja berselingkuh," ujarnya menyesal. "Aku harus bagaimana sekaran
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, kesalahan yang dilakukan menimbulkan penyesalan. Membalas perbuatan orang lain dengan perbuatan yang sama hanya membuat masalah menjadi semakin pelik. Itulah yanh di rasakan Selvia, ia terlalu gegabah mengambil keputusan yang akhirnya ia sesali. Selvia berada di salah satu restoran sedang bertemu dengan Rika salah satu temannya. Walau dulu ia tak terlalu dekat dengan Rika, tapi Rika mau membantunya untuk mencarikan ia pekerjaan. Ia menjadi agen asuransi jiwa. "Terima kasih Rika," ucap Selvia. "Tidak perlu seperti itu, Sel. Aku hanya membantu sebisaku, ini hanya tinggal bagaimana caranya kamu mencari nasabah dan mau asuransi di perusahaan kita." "Aku akan berusaha, Rik." "Well, kalau begitu aku pamit dulu. Semoga kamu berhasil yaa Sel." "Terima kaeih Rika." Selvia melihat kepergian Rika dengan mata berkaca-kaca
Pengadilan agama merupakan salah satu tempat untuk mengakhiri sebuah ikatan resmi pasangan suami istri. Ada yang melihat pengadilan agama tempat menakutkan tetapi ada pula yang melihatnya sebagai awal bahagia untuk memulai hidup yang baru. Selvia duduk di luar ruang tunggu sidang pengadilan didampingi Benny pengacaranya, ia menunggu panggilan untuk masuk ke dalam ruang sidang. Ada perasaan takut dan kecewa di dalam hatinya. Pernikahan yang terjalin selama 5 tahun harus pupus di pengadilan agama. Tak semua orang menginginkan perceraian dengan orang yang pernah di sayanginya. Perasaan yang dulu saling mencinta bisa berganti jadi benci, saling menjelek-jelekkan, saling menyalahkan. "Bu Selvia seperti Pak Yulius tidak datang ke pengadilan, dia hanya di wakilkan oleh pihak kuasa hukumnya saja," ujar Benny. "Ga apa-ap
Selvia sangat kaget di peluk oleh seorang pria, apakah ini suami Diandra? Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba tangan lelaki masuk ke dalam belahan bagiam sensitifnya, meremas dengan perlahan membuatnya merasa bergairah. Ia juga sudah agak lama tidak dipelakukan seperti ini oleh seorang pria. Lelaki tersebut membuka tali handuk kimono yang mengikat handuk agar tidak lepas. "Aku menginginkanmu, sayang," ujar Andre dengan nafsu yang tak tertahankan. Selvia tak sanggup menolak, biarlah ia dikatakan murahan, tapi suara pria ini sungguh sangat menggoda imannya. Lelaki itu membuka handuk kimono Selvia dari belakang lalu menjilati lehernya. "Aaaah..." Su
Datangnya pihak ketiga dalam rumah tangga bukan hanya kesalahan dari orang lain. Tanpa di sadari kesalahan sendiri yang membuat itu terjadi, inilah yang terjadi dalam rumah tangga Diandra dan Andre. Diandra dengan santainya memperkenalkan Selvia pada suaminya saat mereka makan malam bersama. Menganggap suaminya akan selalu setia tak tergoyahkan dengan wanita lain. Selvia mencuri pandang pada Andre, ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Andre saat melihat dirinya yang berada satu meja dengannya. "Mas ini Selvia, teman aku waktu kuliah dulu," ujar Diandra. "Iya," jawab Andre dingin. Diandra menjadi tak enak sendiri, ia merasa khawatir dengan reaksi suaminya yang dingin.
Kehidupan memang tak selalu indah terkadang juga pahit. Ada kalanya dalam hidup bisa menghadapi kejadian yang tidak mengenakan, bisa membuat suasana hati menjadi buruk. Ini lah yang dirasakan Selvia. Ia menghubungi Yulius, memohon pada sang mantan suami untuk diijinkan bertemu dengan putra semata wayangnya, tapi hanya kekecewaan yang ia rasakan. "Kamu pikir aku akan dengan mudah mempertemukan anakku dengan wanita seperti kamu?" ujar Yulius. "Aku mohon padamu Ius, tolonglah aku. Sudah 2 bulan aku tidak bertemu dengan Kenzo, sekali saja pertemukan aku," ujar Selvia. "Tidak!" "Yulius...." Selvia hanya bisa menghela napas saat Yulius memutuskan sambungan komunikasi mereka. Ia heran kenapa Yulius begitu membencinya? Mereka sudah bercerai dan Yulius saja telah memiliki kekasih.  
Mungkin takdir memang tidak bisa selalu seperti keinginan kita. Setiap jodoh, maut, karir berbeda - beda tiap orang. Ada yang hidup memiliki segalanya, tapi ada juga yang tak beruntung. Kerja keras dan berdoa salah satu cara untuk merubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selvia tersenyum tipis melihat cermin. Apakah salah jika ia ingin hidup seperti orang yang memiliki segalanya? Atau ia hanya bisa menatap iri pada orang yang memiliki segalanya. Ia ingin mendapatkan semua yang diinginkannya walau harus dengan cara yang kurang baik. Yang penting baginya bisa mendapatkan semuanya dan tujuannya tercapai. Ia pun menghela napasnya dengan berat, ia memoleskan lipstik berwarna merah di bibirnya, memberikan bedak dan perona pipi di wajahnya, menyemprotkan parfum di lengan dan lehernya. Ia harus bisa berpenampilan menarik agar bisa memikat hati Bobby, rekan kerja Andre. &nbs
Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Seorang wanita tidak bisa tidur menunggu pria yang di cintai pulang. Diandra melihat jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya. "Kenapa ponsel Mas Andre ga bisa di hubungi yaa." Diandra sibuk menelepon Andre, tapi tidak ada jawaban. "Aduh Mas, kamu di mana sih. Aku jadi khawatir sendiri." Diandra turun ke bawah menuju ruang tamu, ka berharap suaminya segera kembali. Sambil menunggu sang suami pulang ia melihat ponselnya membaca novel Miss L yang Selena story of my life. "Sialan si Devan itu, kalau aku jadi Selena udah ku kasih racun dia," ujarnya dengan emosi. "Semoga Mas Andre ga kaya si Devan. Kalau sampai kaya gitu awas aja!" Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 2, Diandra makin gelisah suaminya tak kunjung pulang. Ia pun tertid