Share

Catatan Kedua: Harga Kepala Seorang Putri Kematian

Kertas pengumuman terbaru mengenai uang-hadiah atas kepala seorang Putri Kematian baru selesai ditempel di papan pengumuman kamp Aliansi Pemburu Hadiah. Jumlah fantastis yang ditawarkan oleh pemerintah pusat kontinen barat Beta Urora, Alice Nebula, berhasil menarik minat para pemburu yang selalu haus akan harta. 

Jumlah ini tentu saja belum termasuk hadiah menggiurkan yang ditawarkan oleh pihak lain di penjuru kontinen barat. Seperti misalnya provinsi Rami menawarkan material langka pembuat pedang; baja Damascus. Lalu Kota Pelabuhan Bargescrow akan memberi sisik milik monster laut; Leviathan, dan beberapa saudagar kaya di Olprone menawarkan sejumlah uang yang tidak kalah besarnya dengan uang hadiah yang ditawarkan Alice Nebula.

Dengan jumlah hadiah yang begitu fantastis, lantas bagaimana cara mengalahkan sang Putri Kematian dan membawa pulang kepalanya dengan penuh kebanggaan? Pembahasan itu tak pernah menemukan titik terang hingga suatu hari, seseorang menyebut North Compass.

“Jika ingin menang melawan Putri Kematian, carilah North Compass. Pusaka primitif itu menyimpan kekuatan besar yang jauh melebihi kekuatan kematian Alvi Veenessa Endley.” Begitulah ucapan sosok laki-laki misterius yang menyembunyikan wajahnya di balik tudung jubah coklat.

Kala itu, dia duduk seorang diri di tengah-tengah aula kamp yang pengap dan pekat akan aroma alkohol. Ia tampak sangat tenang meski dikerubungi puluhan tatapan tak bersahabat. Memang mereka berada dalam satu kamp aliansi, namun tidak ada yang namanya teman atau rekan. Semua adalah pesaing yang saling berebut target dan uang hadiah. 

“Jika benar ada pusaka primitif sehebat itu, kenapa kau sendiri tidak pergi mencarinya? Kenapa kau memberitahu pada kami semua?” Moris Rome, seorang pemburu hadiah kelas hiu bersuara. Rambut merah gelap dan mata sipit adalah ciri khasnya. Ia memiliki pembawaan adem dan lembut. Sama sekali tak terlihat seperti seorang pemburu hadiah. Tapi kiprahnya di aliansi pemburu hadiah tidaklah setenang pembawaannya. Orang-orang secara otomatis bergerak menyingkir setiap kali ia kembali ke kamp. Tak seorang pun yang mau berurusan dengan si Hiu Putih. Sebutan untuknya.

“Bukankah kalian mengincar uang hadiah atas kepala Putri Kematian?” Sosok bertudung itu membalas dengan intonasi yang tetap tenang walau orang-orang sekeliling telah menghindar sejauh mungkin.

Moris mendekat. Ia ingin tahu siapa pria misterius yang berani bicara lancang di kamp ini. “Uang hadiah adalah alasan kita semua ada di sini. Maka tempat ini disebut Aliansi Pemburu Hadiah. Tak terkecuali kau.” 

Dengusan kecil terdengar dari sang pria bertudung. Ia meletakkan kembali cangkir di tangannya. “Aku tidak tertarik dengan uang hadiah yang ditawarkan untuk kepala Putri Kematian. Risiko kehilangan nyawa tidak sebanding dengan bayaran yang ditawarkan.”

“Setelah menarik perhatian kami dengan semua omong besarmu, rupanya kau hanya seorang pengecut,” celetuk salah seorang pemburu hadiah dari meja lain. Jaket denim tanpa lengan yang ia kenakan tampak memamerkan otot-otot lengan yang terbentuk sempurna. 

“Aku memang pengecut dan terlalu takut untuk membalas kematian kedua orang tuaku. Karena itulah aku memberitahu kalian cara menghadapi Putri Kematian,” balas pria bertudung.

“Aku tidak butuh pusaka atau apa pun untuk mengalahkan Putri Kematian. Lihat saja, aku akan  pulang membawa serta kepala wanita itu untuk kalian!” Pria berotot kekar bangkit berdiri dan berjalan keluar. Kelompok pemburunya menyusul ikut di belakang.

Setelah gangguan singkat berlalu, Moris Rome kembali pada pria bertudung yang masih duduk tenang di tempat. “Kau berasal dari kontinen timur?” tanyanya berusaha bersikap ramah demi menggali informasi lebih.

Sejak kontinen timur runtuh dan menjadi Tanah Penghakiman, banyak pengungsi datang ke kontinen barat. Sebagian besar mencari perlindungan ke Alice Nebula, Rami dan Kota Pelabuhan Bargescrow, namun tak sedikit yang datang ke desa Caarcara ini untuk menjadi pemburu hadiah untuk sekedar menyambung hidup.

Moris sudah banyak menjumpai pemburu yang berasal dari kontinen timur. Tapi ia tidak pernah bertemu dengan yang satu ini. Misterius dan memberi aura kuat yang tak bisa dideskripsikan.

“Untuk apa kau bertanya? Sudah tidak ada yang tersisa di sana kecuali Putri Kematian dan pasukan mayat hidupnya.” Pria bertudung menjawab.

“Aku ingin mengajakmu bergabung ke kelompok pemburuku,” ajak Moris cukup tiba-tiba. Tawaran itu seketika mengheningkan suasana aula kamp yang beberapa detik lalu mulai ramai. Jarang-jarang seorang Hiu Putih mengajak seseorang untuk bergabung.

“Kalau kau mengajakku bergabung demi menggali informasi lebih mengenai North Compass, kau sudah salah langkah, Hiu Putih.” Pria bertudung itu meneguk habis sisa minuman di cangkir lalu bangkit berdiri. 

“Aku sendiri tidak tahu banyak kecuali potongan informasi di kertas ini.” Pria itu menyerahkan selembar kertas kecil yang terlipat dua. “Mungkin kontinen tenggara bisa memberi petunjuk lebih karena di sana ada Kerajaan Ishlindisz yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya.”

Moris menerima kertas itu dengan ekspresi curiga. “Kau tahu banyak tapi juga menyembunyikan sangat banyak, teman asing,” balasnya dengan suara setengah berbisik sehingga hanya dirinya dan sang pria bertudung saja yang bisa dengar.

“Perburuan lebih asyik jika kau pergi dan mencari tahu sendiri, sobat.” Pria bertudung melewati Moris dan melangkah pergi meninggalkan aula kamp yang mulai sibuk dengan diskusi masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status