The North Compass

The North Compass

By:  Boo Tao  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
47Chapters
738views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ketika segalanya menjadi sangat gelap, aku cukup memegang teguh pada apa yang selama ini aku percaya. Masa bodoh dengan pendapat orang-orang atas betapa kejamnya diriku! Aku hanya ingin melindungi. Permainan masih berlanjut. Seolah takdir tengah memperdaya hati seorang wanita lugu. Jalan penuh kegelapan yang dipilih oleh Alvi Veenessa Endley setelah kejadian di Batas Dimensi mengubahnya menjadi seorang berhati dingin. Seorang Putri Kematian yang sangat ditakuti.

View More
The North Compass Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ayu Jarian Se
This is good story... ditunggu kelanjutannya semangat kakak ......
2022-06-10 19:02:04
0
47 Chapters
Catatan Pertama: Wanita yang Dijuluki Putri Kematian
“Itu dia!!! Di atas sana! Serang! Serang sekarang juga!!!” Jeritan bernada memerintah terdengar nyaris bercampur aduk dengan letupan meriam beserta bunyi senjata api yang ditembak secara bertubi-tubi.Timah panas secara serentak meluncur bagai kilat menuju hanya kepada satu sasaran di atas bangunan berlantai lima. Namun sebelum peluru-peluru itu menembus, mencabik daging segar sasarannya, api berwarna hitam telah lebih dulu membara, menyambar, sekaligus melumpuhkan serangan tersebut. Tak satu pun peluru yang lolos. Semua habis disantap oleh api kematian yang identik akan warna hitam pekat. “Percuma saja! Serangan kita tidak mempan!” Seorang prajurit menyahut dengan suara putus asa. Bagaimana pun usaha mereka, tidak ada satu pun yang berhasil melukai sosok yang berdiri di atap bangunan di depan sana.“Kalau kau punya waktu meratapi kegagalan, lebih baik kau pakai waktumu itu buat terus menembak!” Komandan batalion yang sebelumnya memberi perintah merespons. Meski hanya ada secercah ke
Read more
Catatan Kedua: Harga Kepala Seorang Putri Kematian
Kertas pengumuman terbaru mengenai uang-hadiah atas kepala seorang Putri Kematian baru selesai ditempel di papan pengumuman kamp Aliansi Pemburu Hadiah. Jumlah fantastis yang ditawarkan oleh pemerintah pusat kontinen barat Beta Urora, Alice Nebula, berhasil menarik minat para pemburu yang selalu haus akan harta. Jumlah ini tentu saja belum termasuk hadiah menggiurkan yang ditawarkan oleh pihak lain di penjuru kontinen barat. Seperti misalnya provinsi Rami menawarkan material langka pembuat pedang; baja Damascus. Lalu Kota Pelabuhan Bargescrow akan memberi sisik milik monster laut; Leviathan, dan beberapa saudagar kaya di Olprone menawarkan sejumlah uang yang tidak kalah besarnya dengan uang hadiah yang ditawarkan Alice Nebula.Dengan jumlah hadiah yang begitu fantastis, lantas bagaimana cara mengalahkan sang Putri Kematian dan membawa pulang kepalanya dengan penuh kebanggaan? Pembahasan itu tak pernah menemukan titik terang hingga suatu hari, seseorang menyebut North Compass.“Jika i
Read more
Catatan Ketiga: Sebuah Pesan Misterius
Siang itu angin bertiup cukup kencang dan membawa serta debu juga butiran pasir kering. Tanah di sekitar tampak tandus tanpa satu pun tumbuhan hijau yang tumbuh mewarnai. Sementara aroma berbau busuk masih tercium menyengat indra penciuman meski pertempuran di tempat ini sudah lama usai. Kira-kira seperti inilah pemandangan menyedihkan yang menghiasi seluruh kontinen timur Beta Urora. Tidak ada manusia, tidak ada hewan yang berkeliaran, tidak ada tanda-tanda kehidupan.Semenjak pertempuran berakhir dengan kemenangan telak Putri Kematian, mayat-mayat hidup tampak menguasai Pollaris Imperial yang merupakan pemerintah pusat kontinen timur. Sang Putri Kematian menjadi penghuni baru atas bangunan pencakar langit yang sebelumnya menjadi kantor para dewan dan senat. Sudah hampir sebulan wanita berhati dingin itu berdiam di sana tanpa melakukan pergerakan apa-apa.“Putri Endley.” Sesosok mayat hidup berpenampilan layaknya petani miskin dengan pakaian compang-camping dan syal merah kumuh melin
Read more
Catatan Keempat: Negosiasi
Alvi bergantian mencermati Vania En Laluna Ishlindisz dan Kim Hana. Aneh sekali! Di saat seluruh Beta Urora berusaha mati-matian mempertahankan wilayah masing-masing, seseorang justru datang kepadanya dan meminta bantuan membinasakan seluruh kontinen tenggara. Terlebih lagi, yang datang adalah putri sulung dari raja Kerajaan Ishlindisz! “Musnahkan semua yang ada di kontinen tenggara dan sebagai gantinya, aku akan menjadi senjata kematianmu.” Vania En Laluna Ishlindisz menunjukkan sebuah hologram senjata berjenis sabit besar ala dewa kematian di atas telapak tangannya. Seluruh permukaan senjata dilapisi material hitam mengilap termasuk mata sabit. Retakan halus yang hanya sebatas ornamen tampak memendarkan cahaya semerah bara api di sekujur gagang senjata, menambah kesan ganas dan mematikan.Vania tampak bersungguh-sungguh akan ucapannya. Namun sosok di depannya bukanlah seseorang yang bisa percaya dengan mudah. Apalagi segalanya terlihat sangat tidak masuk akal dan penuh tanda tanya.
Read more
Catatan Kelima: Interupsi dari Pemburu Hadiah
Entah sudah berapa banyak senjata hebat yang ditempa dengan material terbaik yang berakhir hancur akibat keganasan api kematian. Api yang identik dengan warna hitam pekat itu tidak pernah lelah menunjukkan taringnya setiap kali ada senjata baru yang hendak berbagi ruang dengan baranya. Alvi tahu, api kematian tidak pernah bersahabat. Namun ia tidak menyangka mencari senjata yang cocok dengan api kematian sangatlah sulit.Lapangan olahraga yang terletak di antara asrama dan gedung sekolah merupakan tempat yang cocok. Alvi membawa kedua tamu asing ke tengah lapangan yang cukup terik akan sinar matahari di jam dua siang itu.“Pegang ini.” Alvi menyerahkan sebuah mutiara kecil berwarna jingga kepada Vania. “Kau boleh langsung berhenti jika merasa api kematian mulai memakanmu,” lanjutnya dengan intonasi bicara dingin yang tidak selaras dengan niat baiknya.Setelah persiapan selesai, Vania mulai merapal sesuatu. “Sambutlah aku wahai Putri Kematian. Terimalah kekuatanku dan jadikan aku sebag
Read more
Catatan Keenam: Tenggara - Anak Perempuan yang Melarikan Diri (1)
Napas yang tersengal-sengal akibat kelelahan berseling dengan langkah kaki gontai yang menginjak genangan air lumpur tanpa memerdulikan cipratannya mengotori kaki telanjang. Seorang anak perempuan berbusana gaun tidur putih selutut tampak melangkah tergesa-gesa menerobos hujan lebat di antara pepohonan hutan. Pakaiannya telah basah kuyup, sementara warnanya telah berubah menjadi coklat lumpur. Tak terhitung sudah berapa kali ia terjatuh akibat tersandung akar pohon yang menonjol keluar, dan sebanyak itu pulalah ia bangkit berdiri dan terus berlari. “Ke mana anak itu lari? Cepat berpencar dan temukan dia! Jangan biarkan dia lolos!” teriak seseorang di tengah amukan petir yang menemani derasnya hujan di siang itu.Sekelompok pengejar yang terdiri atas tiga puluh orang segera berpencar dalam jarak yang tidak saling berjauhan. Senapan di masing-masing tangan tampak terancung siaga siap menembaki target yang sedang mereka cari.“Di sini! Dia ada di sini!” Seorang anggota berteriak seraya
Read more
Catatan Ketujuh: Tenggara - Anak Perempuan yang Melarikan Diri (2)
Sinar matahari yang menyilaukan mata disertai kicauan burung-burung yang merdu di pagi hari membuat Claudia bergelut manja di bawah balutan selimut tebal yang hangat. Semula ia pikir dirinya hanya mengalami mimpi buruk yang amat panjang dan melelahkan. Lalu ketika fajar menyingsing dan matahari mulai menampakkan sinarnya, maka semua akan kembali seperti normal. Kerajaan Ishlindisz yang damai, penduduk yang penuh semangat memulai aktivitas, dan tentu saja di meja makan sudah ada ayah serta kakak yang menantinya untuk sarapan bersama.Gambaran-gambaran indah akan kehidupan tenteram itu seketika buyar sewaktu bunyi dentingan besi yang ditempa berulang kali menusuk telinga Claudia. Udara hangat pelan-pelan berubah menjadi hawa panas yang menciptakan rasa gerah. Claudia En Lacia Ishlindisz terpaksa membuka mata yang masih mengantuk dan berusaha mencari sumber suara yang sangat mengganggu tidurnya itu. Pemandangan pertama yang tertangkap oleh mata dengan iris berwarna hijau miliknya langsun
Read more
Catatan Kedelapan: Tenggara - Anak Perempuan yang Melarikan Diri (3)
Claudia mencermati secara saksama setiap ruangan hingga sudut koridor yang ia lewati. Setelah menjelajah singkat ke setiap kamar di lantai dua, ia pun menuruni tangga. Mata dengan iris hijau indahnya sempat melirik sepintas ke arah bengkel sebelum akhirnya pergi menuju dapur di bagian paling belakang. Sesuai ucapan Vice, penginapan ini benar-benar kosong tanpa satu orang pun tak terkecuali karyawan!“Sudah berapa lama tempat ini tidak mendapat tamu?” Claudia bertanya-tanya dalam hati. Telunjuknya mengusap kuat permukaan meja kayu untuk mengukur ketebalan debu.“Kenapa dia tidak pergi saja dari tempat ini dan mencari kehidupan yang lebih menjanjikan?” Anak perempuan itu terus menerka-nerka sambil mulai mencari sosok Vice Kyle yang sedari tadi tidak terlihat. Aneh dan juga sulit dijelaska
Read more
Catatan Kesembilan: Misteri Kota Mati (1)
Alvi Veenessa Endley mengamati sekeliling dengan rasa penasaran yang berhasil disamarkan oleh mimik kaku di wajah. “Ishlindisz, inikah yang mau kau tunjukkan setelah membawaku berputar jauh ke arah barat daya kontinen tenggara?” tanyanya pada Vania En Laluna Ishlindisz.Tidak ada hal menarik yang bisa diceritakan selain bangunan-bangunan kosong dengan seluruh kaca jendela pecah total di mana serpihannya tampak berserakan di jalanan. Debu tebal juga menyamarkan warna aspal jalan menjadi coklat pasir. Lalu ada banyak sampah kertas yang entah sudah berapa tahun tergeletak di sana sampai-sampai tulisannya telah memudar. Kota mati Osteria dan Gharian merupakan dua kota bertetangga yang menjadi perbatasan langsung antara wilayah barat daya kontinen tenggara dengan kontinen barat. Sayangnya, akses keluar-masuk perbatasan dan kota telah disegel rapat-
Read more
Catatan Kesepuluh: Misteri Kota Mati (2)
Kerangka makhluk raksasa yang dahulu kala sempat dipuja-puja akan keagungan dan napas api seakan terbangun dari tidur abadinya. Makhluk yang hanya terdiri atas susunan tulang belulang itu meraung ganas seraya mengayun kasar tungkai kanan depan ke sisi kiri. Mengempas subjek-subjek gagal buangan Eins Stewart yang lebih dulu maju menyerang. Dengan segala keunggulan yang dimiliki, sang makhluk raksasa mengembuskan napas berat, sementara mata dengan iris semerah bara magma mengawasi makhluk-makhluk kerdil lainnya yang mulai merapat.Subjek-subjek buangan yang terempas berakhir dengan menubruk dinding bangunan dan memekik sakit. Meski demikian, mereka tetap berusaha bangkit walau struktur anatomi tubuh tampak semakin tak karuan. Dislokasi parah terlihat jelas pada sendi dan tulang mereka. Misalnya ada yang membungkuk permanen akibat tonjolan-tonjolan tak wajar pada tulang punggung seperti hendak mencuatkan sesu
Read more
DMCA.com Protection Status