Home / Fantasi / The Peacemaker / Bab 39. Persiapan Balatentara

Share

Bab 39. Persiapan Balatentara

Author: riwidy
last update Last Updated: 2025-09-13 01:42:32

"Pergerakan makin maju, sejalan dengan hati yang makin menderu."

Arga, yang tadinya merasa wajahnya panas karena perdebatan soal perasaannya dengan Ryan, kini merasakan semangat lain yang membara di dada.

Bukan hanya energi untuk perjuangan balas dendam, tetapi juga energi yang berbau sesuatu yang lebih pribadi, lebih hangat.

"Jadi, apa yang mau kau beritahukan padaku, Bro?" tanya Ryan, senyum usil masih menghiasi wajahnya. Ia menyandarkan punggung ke kursi putar di ruang kerja Arga. "Jangan bilang kau tiba-tiba mau melamarnya sungguhan."

Arga mendengus, mencoba menyembunyikan rona merah samar di pipinya. "Bukan itu, Ryan! Aku serius, jangan mengalihkan pembicaraan."

"Oke, oke, aku serius," Ryan mengangkat kedua tangannya menyerah, tetapi matanya masih memancarkan geli. "Maya mau apa?"

"Ia mau bergabung dengan kita," Arga berkata, nadanya lebih rendah dari biasanya, seolah sebuah rahasia besar baru saja ia pecahkan.

"Serius? Maya putri Mr. Albert musuh paling number one itu?" Mata Ry
riwidy

Aku up lebih cepat gaiss, semoga kalian suka.....

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • The Peacemaker   Bab 40. Rapat Pergerakan Arga dan Teman-teman

    "Terkadang mempercayai musuh yang jujur lebih baik daripada menaruh harapan pada teman yang suka berbohong."Maya membuka matanya, menatap Arga dengan ekspresi serius yang belum pernah Arga lihat sebelumnya. "Selain itu... aku punya firasat, Mr. Gerry, si penguasa ke-1, akan segera melakukan sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan mengubah segalanya. Kita harus siap untuk hal tersebut."Ryan dan Arga saling pandang. Peringatan Maya terasa begitu nyata, begitu mendesak."Sesuatu yang besar? Apa maksudmu, Maya?" Arga menuntut penjelasan, nada suaranya berubah menjadi tegang. Situasi mendadak menjadi lebih genting dari yang mereka duga. Perasaan Arga bercampur aduk, antara semangat yang membara dan ketegangan yang mendadak mencengkeram."Akan kujelaskan nanti, sabar ya?" Maya tersenyum. Arga dan Ryan hanya bisa berpandangan dan saling mengangkat bahu.***Gema percakapan terakhir mereka masih bergaung di benak Arga, memantik api semangat yang selama ini sudah membara, kini semakin menyala

  • The Peacemaker   Bab 39. Persiapan Balatentara

    "Pergerakan makin maju, sejalan dengan hati yang makin menderu."Arga, yang tadinya merasa wajahnya panas karena perdebatan soal perasaannya dengan Ryan, kini merasakan semangat lain yang membara di dada. Bukan hanya energi untuk perjuangan balas dendam, tetapi juga energi yang berbau sesuatu yang lebih pribadi, lebih hangat."Jadi, apa yang mau kau beritahukan padaku, Bro?" tanya Ryan, senyum usil masih menghiasi wajahnya. Ia menyandarkan punggung ke kursi putar di ruang kerja Arga. "Jangan bilang kau tiba-tiba mau melamarnya sungguhan."Arga mendengus, mencoba menyembunyikan rona merah samar di pipinya. "Bukan itu, Ryan! Aku serius, jangan mengalihkan pembicaraan.""Oke, oke, aku serius," Ryan mengangkat kedua tangannya menyerah, tetapi matanya masih memancarkan geli. "Maya mau apa?""Ia mau bergabung dengan kita," Arga berkata, nadanya lebih rendah dari biasanya, seolah sebuah rahasia besar baru saja ia pecahkan."Serius? Maya putri Mr. Albert musuh paling number one itu?" Mata Ry

  • The Peacemaker   Bab 38. Penjelasan Maya

    "Seperti menunggu waktu untuk membuka misteri yang sebenarnya sudah terbuka perlahan. Hanya butuh penegasan kecil semata." Maya mengisyaratkan agar Arga bisa lebih bersabar.Arga memaklumi dan kemudian mereka berperan kembali sebagai murid dan guru untuk beberapa lama, mungkin sekitar 2 -3 jam. Waktu tak terasa sudah berlalu. Saat usai pelajaran di pembelajaran soal teori IT nya, kembali Arga menajamkan pandangannya kepada guru cantik tersebut. Arga kini tak merasa gentar lagi. Toh Maya sudah berjanji sebelumnya kan? Kini saatnya dia menagih janji guru cantik itu.Maya yang tahu pria di depannya itu menuntut penjelasannya hanya bisa tersenyum kecil sambil merapikan alat-alat mengajarnya, dimasukkannya secara perlahan ke dalam tas selempang berbahan kulit sederhana berwarna abu-abu dengan aksen hiasan putih di tepinya.Arga mendesah dengan tak sabar sambil terus memandangi Maya yang memang sangat layak pandang terutama sepasang mata lelaki alias tak membosankan sama sekali untuk di

  • The Peacemaker   Bab 37. Maya Bergabung

    "Terkadang lawan jadi teman adalah tindakan yang terbaik karena konon ada terdapat lebih nilai kejujuran di sana."Maya melihat Arga dengan tatapan aneh."Tuan kenal dengan papaku?" "Aku tentu tahu Bu Guru, Mr Albert kan? Siapa sih yang tidak kenal seorang dari 7 penguasa nan mulia dan kaya raya itu?" Wajah Arga sangat masam dengan pandangan mata tajam. Rupanya Maya bisa merasakannya juga, terdengar dari suara Arga yang sedikit tergetar."Sepertinya nada suara Tuan Arga terdengar sangat sinis. Itu sangat kentara dari getaran suara Tuan. Apa ... hmm ... maaf, apa Tuan sangat membenci papaku?"Maya menebak tepat isi hati Arga yang memang sangat membenci Mr Albert itu. "Beliau itu, papamu itu ... maaf ya kalau perkataanku ini tidak terdengar sopan dan menyakiti hatimu, kurasa Mr Albert tipe penguasa yang paling bermuka dua dari ketujuh penguasa. Dan jujur saja aku memang paling benci tipe manusia seperti itu. Lebih baik orang jahat itu bermuka jahat bukannya berlawanan, bermuka gan

  • The Peacemaker   Bab 36. Ketahuan

    "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya sekali waktu akan terjun bebas ke bawah juga."Arga melirik ibu guru cantik itu dengan sungkan. Dia tahu wanita itu paling tidak suka diganggu saat ada pelajarannya. Tentu saja ini bisa berefek pada pelajarannya yang diperkirakan akan makin ketat. "Aaargh!"Arga mendengus dengan kesal sambil mengacak rambutnya. Dia bisa memastikan itu pasti Ryan. Sahabat sekaligus asistennya itulah yang paling mungkin memiliki kenekadan juga nyali untuk mengganggunya dengan sejuta alasan.Pak Tony si kepala ART tidak mungkin berani mengetuk pintu sekarang, apalagi pembantu lainnya. Mereka memiliki aturan tak tertulis yang sudah ditetapkan tuan muda, bahwa ketika dia sedang berada di ruang kerjanya atau sedang belajar seperti sekarang tak boleh sama sekali mengganggunya kecuali mau memberikan minuman atau makanan yang sudah dia pesan sebelumnya. "Ryan ya ... Ada apa? Masuk! Awas kalau tidak penting!" Belum-belum Arga sudah mengancam teman sekaligus tangan

  • The Peacemaker   Bab 35. Adu Otak Atau Fisik?

    "Menang atau kalah bukan tujuan dalam persaingan atas nama rasa sayang." Maya tergagap, "Iii ... iya, baiklah." Maya hanya memandang tajam tuan muda itu sekilas dan mengomel dalam hati dengan keras, 'dasar Argaaaa. Tuan muda ganjen! Huh nyesel aku kenapa balik kerja ke sini. Persetan dengan segala aturan dasar attitude pegawai. Aarghhh! Ini pasti aku lagi dikerjain. Ah bos muda peak! Seumur hidup aku paling benci sama olahraga apalagi senam. Kayak ibu-ibu kelebihan lemak aja. Aku kan sudah ramping seksi dan sehat dari kecil. Ah sial sial siallll!' Langkah gontai Maya menuju ke depan, artinya berdirinya tepat di belakang sang instruktur senam Arga, ternyata diiringi berbagai macam jenis pandangan mata dari sekitarnya. Kebanyakan pandangan iri, dengki juga sakit hati dari beberapa kaum hawa yang selalu ingin lebih dekat dengan tuan muda yang rajin berolahraga itu. Sedangkan beberapa pria hanya menggelengkan kepala atau mengangkat bahu tanda tidak peduli. Sisanya hanya tak tahu menah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status