Share

2

-dua hari sebelum kejadian-

Tampak dua orang laki-laki berada disebuah meja yang sama. Mereka sama-sama mengenakan jaket dan celana serba hitam, tetapi tetap terlihat santai. Entah apa yang dilakukan, tetapi salah satu dari mereka sedang berdiri dan memandang ke sekeliling restoran yang sepi itu. Seperti sedang mengawasi. 

"Thur, sini duduk. Gak usah kayak robot gitu deh," ucap rekannya, yang sedang menikmati secangkir teh lemon. 

"Ya, tapi VIP kita kayaknya udah dateng," jawab Arthur. 

Pria yang sedang duduk pun lantas memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk. Melihat seseorang turun dari limosinnya didampingi beberapa bodyguard, ia pun langsung berdiri dan menyambut kedatangan orang tersebut. 

"Arkana?" tanya orang itu. 

"Ah, iya. Tapi panggil saja, Bima. Nama saya Arkana Bimantara," jawab pria yang bernama Bima itu sambil mengulurkan tangannya, dan langsung disambut baik. 

"Dan ini?" Melihat ke arah Arthur. 

Arthur pun mengulurkan tangannya. "Arthur Jelandra. Senang bisa bertemu dengan anda, Tuan Rodrigues."

"Ah, gak usah canggung begitu. Saya ini masih seumuran kalian, lho. Hahaha. Ayo duduk, kita perlu membahas banyak hal," ucap Gala Rodrigues. Anak dari pemilik perusahaan Widhibrata -- Penghasil minyak terbesar di kota New York. 

Mereka bertiga pun duduk disatu meja. Terlihat beberapa bodyguard Gala yang berjaga di sekitar pintu masuk dan beberapa sudut. 

"Kalian sudah makan?" tanya Gala. 

"Langsung saja pada intinya. Apa yang bisa kami bantu untuk anda?" ucap Bima dengan tegas dan berwibawa. 

"Baiklah." Jawab Gala. Ia kemudian membuka tas yang ia bawa dan mengeluarkan beberapa dokumen. 

"Ini adalah bukti-bukti perusahaan fiktif yang berdiri sejak empat tahun lalu. Tapi, pemilik dari perusahaan itu sama sekali gak bisa dilacak keberadaannya, dan yang lebih parah identitasnya." Wajah Gala, mulai terlihat serius. Bima mendengarkannya dengan seksama. 

"Anonim?" tebak Bima.

"Right. Perusahaan kita, kena tipu sama perusahaan fiktif ini beberapa hari yang lalu. Sebelumnya memang kita berencana menjalin kerjasama, tapi kemudian dia memutus hubungan tiba-tiba dan bersamaan dari itu dana perusahaan kita tiba-tiba bocor," --Gala menghela nafasnya-- "Sampai 20 Triliyun."

Bima sedikit terkejut mendengarnya. Pasalnya itu bukan jumlah yang sedikit, bagaimana bisa pihak perusahaannya lengah? 

"Kami udah berusaha nyari tentang identitasnya, tapi yang kita temuin cuma data perusahaan fiktif ini," lanjut nya, sambil menunjuk ke arah dokumen tadi. 

"Jadi, anda mau kita usut tentang seseorang yang anonim ini?" tanya Bima. "Kenapa gak minta bantuan polisi?"

"No. Kalau kita pakai polisi, kita juga akan bermasalah dengan kasus korupsi yang ada diperusahaan. Bakal lebih panjang masalahnya." Gala terdiam sejenak, dan melihat ke sekelilingnya. 

"Saya bilang ini, karena saya percaya sama bisnis kamu, Bim. Korupsi itu sudah biasa dikalangan pebisnis, saya yakin kamu pun mengerti. Hahahaha." Tawa Gala kembali terdengar. 

Bima hanya menanggapinya dengan wajah datar. Mengapa ia harus berurusan dengan manusia menjijikkan semacam Gala? Seharusnya, ini adalah karma untuk nya karena sudah melakukan hal tidak terpuji diperusahaannya sendiri. 

"Ini bukan kasus sepele, bahkan ada aib keluarga Rodrigues. Apa pihak kalian yakin mempercayakan saya?"

"Tentu saja, hahahaha. Bagaimana saya bisa gak percaya sama Wolf Eagle? Semua orang berlomba-lomba mendapatkan hati kalian untuk menangani kasus-kasus mereka. Hahahaa ....

Dengar, saya berani bayar kalian berapa pun, dan akan menyediakan fasilitas yang kalian butuhkan untuk menangkap anonim ini. Bagaimana, hm?" lanjut Gala. 

Arthur hanya menunggu jawaban dari pemimpin sekaligus sahabatnya itu. Sedangkan Bima, masih memandangi bukti yang berada di atas meja. Ia tampak seperti sedang berpikir untuk menerima atau tidak tawaran ini. Ia memikirkan banyak hal, termasuk reputasinya yang melindungi sampah masyarakat. 

"Oke." Jawab Bima. Gala tampak lega mendapat jawaban yang sesuai harapannya. 

"Tapi, dengan satu syarat," lanjutnya. 

"Apapun itu, katakan."

"Kalau saya menemukan anonim ini, tidak akan saya serahkan dia ke anda. Saya akan langsung menyerahkannya ke polisi." 

Gala tampak bingung. "Kenapa? Justru saya ingin orang ini bertanggung jawab langsung ke hadapan saya."

Bima tersenyum kecil. "Saya tau permainan perusahaan, karena saya juga pebisnis, Tuan Rodrigues. Anda tidak akan membiarkannya lepas begitu saja, kan?"

Gala terdiam, mendengarkan Bima.

"Saya akan mencari dia sampai ketemu tapi setelah dia bertanggung jawab, dia tetap akan jadi milik saya. Saya jamin, uang kalian akan kembali 50% seperti pada umumnya dan nama perusahaan kalian pun akan tetap aman. Tapi, kami tidak akan menyerahkannya begitu saja. Wolf Eagle tidak melenyapkan nyawa manusia. Begitulah Wolf Eagle bekerja," lanjutnya. 

Gala seperti terlihat kesal dengan lawan bicaranya kali ini. Rencananya tidak semulus yang ia harapkan. Tetapi tidak Bima tidak peduli. Jika tidak setuju, ia akan meninggalkannya sekarang juga. 

"Oke, oke. Baiklah." Jawab Gala. "Lakukan yang bisa kalian lakukan untuk ku. Pastikan nama perusahaan dan keluarga Rodrigues tetap aman."

Bima tersenyum puas. "Arthur yang akan mengurus dokumen perjanjiannya. Silahkan bicara dengannya, saya akan menunggu di luar."

Bima menepuk pundak Arthur, dan langsung meninggalkan restoran tersebut. 

"Bosmu itu, agak aneh ya," ucap Gala. 

Arthur hanya tersenyum. "Saya akan mengirim ke email anda tentang anggaran yang perlu kalian siapkan untuk ini semua. Kita akan membuat perjanjian di atas materai, hingga saat orang yang anda cari ini tertangkap. Tolong diperhatikan perjanjiannya dan jangan sampai melanggar."

"Hm, ya. Sudah selesai kan? Pengacara saya yang akan mengurus semuanya," jawab Gala dengan santai. 

"Kalau begitu saya permisi, Tuan Rodrigues."

Setelah membungkukan badannya, Arthur kemudian menyusul Bima yang sudah berada didalam mobil. 

"Kenapa lo terima tawaran ini?" tanya Arthur yang sudah masuk mobil sambil memasang seatbelt. 

"I don't know. Gue ngerasa kasus ini unik dan baru gue temuin." Bima tersenyum kecil.

"Unik apaan? Kita belum pernah nyari orang anonim, udah kayak ngejar dia yang belum pasti."

"Ck, coba lo bayangin orang yang bisa menutupi identitas nya secara anonim bertahun-tahun itu bukan orang yang sembarangan dan pasti udah ada di dunia gelap lama banget. Biasanya, orang di dunia gelap gak akan paham bisnis perusahaan, tapi kenapa bisa dia sampai masuk kedalam Widhibrata?" lanjut Bima. 

"Gak tau deh. Kayaknya kali ini kita benar-benar bakal olahraga ekstra, buat main kucing-kucingan sama si anonim ini," ucap Arthur. 

Bima tertawa. "Udah jalan, kita harus nyiapin pasukan buat nyelesain ini."

"Gue harus mampir ke minimarket di depan, mau beli minum."

"Alkohol?" tanya Bima. "Lo mau minum?"

Arthur terkekeh. "Dikit aja, lagi pusing banget ngurusin duit banyak."

"Cih. Ayo cepet, jangan buang-buang waktu."

Mobil yang dikendarai mereka berdua pun melaju dikecepatan normal, melintasi jalanan New York yang sangat ramai oleh orang-orang yang sibuk. Sampai dipersimpangan jalan lampu merah, tiba-tiba ada yang menarik perhatian Bima. 

Sekelompok polisi yang baru saja membekuk pria berpenampilan lusuh. Pencuri? Biasanya seperti itu. Kota New York tidak akan luput dari pencurian setiap harinya dan selalu ramai korban serta pelaku di kantor polisi. 

"Banyak kerjaan normal, kok malah pada milih yang beresiko," ucap Bima. 

Arthur langsung monoyor kepala Bima. "Apa bedanya sama lo, bodoh."

Bima hanya tertawa kecil. 

Ia memperhatikan ke depan dan melihat ada seorang wanita diantara polisi itu. Wanita dengan celana jeans hitam dan crewneck putih. Tampaknya ia seorang polisi juga? Ia terlihat seperti sedang mengobrol serius dengan seseorang berseragam polisi di sana. Atau mungkin dia adalah korban pencurian? Entahlah. 

Setelah lampu berubah menjadi hijau, Arthur langsung melajukan mobilnya kembali. Mobilnya melawati wanita itu. Dan detik itu juga, Bima merasakan debaran yang aneh saat melihat wanita itu tersenyum sangat manis. 

Apa-apaan? 

***

"Lo ... Lo polisi yang ada di jalan itu?!" tanya Bima. 

Ia tentu sangat mengingat wajah wanita itu. Senyumnya yang sempat membuat Bima berdebar beberapa saat, kini ia melihat wajah itu lagi. Apa yang ia lakukan disini? Apa benar ia seorang polisi? Apakah polisi sudah mengetahui semua tentang kasus anonim ini? 

Saat Bima lengah beberapa saat, wanita itu langsung memanfaatkannya dengan memukul wajah Bima. 

"Ah!!!" Umpat Bima. Ia tidak menyangka, wanita ini sungguh cekatan. 

Wanita itu langsung berusaha berdiri dengan kaki yang terseok-seok. Walaupun dirasa percuma, ia tetap berusaha kabur dari kejaran. 

Benar saja. Arthur dan tim A langsung datang ke hadapannya menodongkan pistol ke arahnya. 

"Ck, sial," ucap wanita itu. 

Bima kemudian menghampirinya. "Jawab gue, lo siapa dan ada urusan apa lo disini?"

Wanita itu langsung menatap Bima dengan sinis. "Bukan urusan lo."

"Lo polisi?" tanya Bima. 

Wanita itu kembali terdiam. Ia merasa kakinya semakin sakit dan membengkak hingga ia tidak sanggup lagi berdiri. Tubuh nya refleks terjatuh ke bawah.

Saat itu juga suara sirine polisi mulai terdengar. 

Bima langsung menatap Arthur seolah-olah memberi kode untuk membawa pergi wanita dihadapannya ini. Ia perlu mengetahui urusan apa yang ia lakukan disini.

Arthur pun mengangguk. 

Salah satu anggota nya memberikan alat kejut listrik kepada Arthur, dan Arthur langsung menempel kan nya pada leher wanita itu. 

"Akkkkhhhhh shit ...." Satu detik kemudian, wanita itu langsung pingsan. 

"Thur, bawa dia ke rumah. Sembuhin kakinya dulu, terus borgol aja. Kita perlu bicara banyak sama dia. Biar gue yang urus polisi," ucap Bima. 

Bima langsung bergegas kembali ke TKP untuk menjelaskannya kepada polisi. Tentu saja, polisi tau tentang identitas Bima dan Wolf Eagle. Bima hanya perlu menjelaskan sedikit tentang kasus yang sedang ia tangani. 

Bima memiliki banyak relasi di kepolisian dan Badan Intelegen. Sehingga sangat memudahkan ia dalam mencari seseorang yang menjadi target dalam kasusnya. Tak jarang juga pihak kepolisian mengandalkan Wolf Eagle untuk memecahkan sebuah kasus. 

Wolf Eagle adalah salah satu organisasi yang sangat berpengaruh di New York, bahkan Amerika Serikat. Dan semua ini berdiri berkat kecerdasan Arkana Bimantara. 

-bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status