공유

1

작가: tiareyss
last update 최신 업데이트: 2021-08-14 14:13:16

Neraka. Itulah yang dapat menggambarkan ruangan gelap nan sempit ini. Ditambah lagi dengan kehadiran seseorang yang sejujurnya sangat cocok jika dijuluki malaikat maut. Langkah kaki yang terdengar dari arah pintu masuk, membuat sang wanita yang duduk di sana gemetar ketakutan. 

Saat pintu terbuka, cahaya lampu dari luar menyorot tajam ke arah wajah wanita tersebut. Terlihat wajahnya yang kotor karena debu dan air mata yang terus mengalir dari mata sipitnya. 

"To -- Tolong saya. Biarkan saya hidup, Tuan," ucap wanita itu sambil terbata-bata. Ia sudah merasa lemas lantaran tidak makan seharian dan berada di ruangan yang tidak memiliki ventilasi udara. Seolah olah, ingin membuatnya mati perlahan.

"Hahahaha .... " Tawa jahat itu melengking ke seluruh penjuru ruangan. Pria pemilik suara itu pun berjalan mendekati wanita yang duduk ketakutan di sana. Ia mengenakan pakaian yang serba hitam, serta topi dan masker. Bahkan ia mengenakan sarung tangan lateks di kedua tangannya. 

"Saya bukan pribadi yang suka memberi kesempatan kedua ...." Ia lalu membelai pipi wanita tersebut perlahan lahan tetapi kemudian ia malah mencengkram kuat pipinya.

"Saya menyelamatkanmu dari jalanan yang kumuh itu dan saya yang membuatmu hidup kaya raya dengan laki laki itu. Kenapa kamu malah kabur?"

Wanita itu hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Ia terlalu takut untuk membantah. 

"Jangan munafik, Cantik." Ia lalu melepaskan cengkramannya, dan berjalan menjauh perlahan-lahan. 

"Kamu itu punya badan yang bagus, seksi! Pakailah badanmu itu untuk membuatmu kaya raya. Walaupun kamu hanya hidup sebagai boneka seks nantinya, toh kamu akan hidup enak? Gak akan kelaparan lagi di jalanan," lanjutnya. 

Pria ini kembali mengeluarkan tawanya yang semakin lama semakin tidak nyaman didengar. Ia terdiam sejenak, mengeluarkan sebilah pisau dari kantung jaketnya, lalu kembali berjalan ke arah wanita yang sudah lemas tidak berdaya. 

Ia lalu menggoreskan pisau itu dengan dalam ke arah paha sang wanita. 

"AAAAKKHHHHHHHHHHHH ...." Wanita itu langsung berteriak kesakitan. Cairan berwarna merah pekat pun mulai mengalir dan membanjiri celana jeans yang ia kenakan. 

"Jangan bunuh saya ... Tolong ...." 

Pria itu malah menampar sang wanita hingga tersungkur ke lantai. Perih. 

"GARA-GARA ULAH KAMU, SAYA DIRENDAHKAN OLEH KAKEK TUA JELEK ITU!!!" Pria itu mulai terlihat marah. Tetapi kemudian berubah menjadi tawa lagi. Psikopat! 

"Hari ini, kamu akan menanggung semua akibat kecerobohan yang kamu buat," lanjutnya. 

Wanita tadi hanya bisa pasrah. Jika ia harus mati hari ini, ia sangat siap. Ia hanya tidak tahu sampai kapan ia akan disiksa seperti ini. Mengapa? Mengapa ia harus hidup dalam semua penderitaan ini? Ia hanya bisa menangis menahan rasa sakitnya yang mulai menjalar ke seluruh tubuh. 

Ia melihat pria itu sedang mengelap pisau yang ia gunakan tadi dengan sapu tangan. 

Tuhan, tolong cabut nyawaku sekarang. Harap wanita itu di dalam hati. Dan sepertinya akan segera terkabul. Pria misterius itu mendapat panggilan dari Earpiece yang ia kenakan. 

"Lo harus cepat pergi dari situ, gue tunggu di pintu belakang," ucap seseorang di seberang sana. 

"Polisi?" jawabnya. 

"Wolf Eagle."

Ia sedikit terkejut mendengarnya. Wolf Eagle? Mengapa mereka disini? 

"Baiklah." Ia langsung mematikan lagi alat itu. 

Pria itu lalu mengeluarkan sebuah pistol dan pereda suara yang dipasangkan di ujung pistolnya. "Ternyata nasib mu sangat baik ya. Kamu mati ditangan saya, dalam keadaan tubuh yang masih menyatu," ucapnya. Ngeri! Wanita itu lalu memejamkan matanya, karena sudah mengetahui apa yang akan terjadi padanya setelah ini. 

"Selamat tinggal." 

DOORRR 

Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, pria itu langsung pergi dari TKP secepat mungkin melalui pintu belakang, meninggalkan seorang wanita yang telah mati dengan kepala berlubang.

Darah terus mengalir yang semakin lama semakin membanjiri lantai. Tak butuh waktu lama, pasukan dari Wolf Eagle pun datang dan betapa terkejutnya meraka melihat pemandangan dihadapannya. 

Arkana Bimantara -- Pemimpin sekaligus pemilik organisasi rahasia Wolf Eagle ini merasa sedikit lemas. Ia menyesal mengapa ia datang terlambat. 

Ia kemudian sedikit mendekat, untuk mencari apakah ada petunjuk yang dapat memudahkan ia mencari targetnya ini. 

Nihil. 

Bima kemudian menghela nafasnya dengan gusar. "Panggil polisi dan tim forensik sekarang juga."

Salah satu anak buahnya, yang menggunakan pakaian hitam formal langsung menghubungi kepolisian. 

Bima kemudian menghampiri Arthur -- Salah satu pasukan Wolf Eagle dan orang kepercayaan Bima. 

"Udah gue bilang, Thur. Lawan kita kali ini gak main-main. Bahkan dia berani membunuh orang. Dia bukan anonim sembarangan," ucap Bima. 

Arthur hanya terdiam. Pasalnya, ia pun merasa syok dengan kasus baru yang ia tangani ini. Ia tidak menyangka akan menghadapi seorang pembunuh.

"Kepolisian dan ambulans dari tim forensik sedang menuju kesini, Tuan," ucap anggotanya. 

Bima mengangguk.

Traannggggg 

Terdengar suara, seperti kaleng cat jatuh. Tanpa aba-aba, Bima langsung berlari menghampiri sumber suara itu. Ia berpikir bahwa sang pelaku masih berada di sekitar sini. Diikuti oleh Arthur yang juga mengikuti Bima. 

Rumah kecil ini berada di daerah yang sangat sepi dan jauh dari jalan raya. Bahkan jarang penduduk yang tinggal di daerah ini. Kemungkinan besar ia adalah sang pelaku. Seperti itu pikir Bima. 

Saat keluar dari rumah, Bima melihat seseorang berpakaian hitam berlari seperti berusaha kabur darinya. 

Tentu saja, dengan sangat cepat Bima pun berlari untuk menangkapnya.

Tetapi, tak kalah cepat dengan Bima. Seseorang itu pun berlari dengan sangat cepat, bahkan lincah.

Jalan buntu. Bima tersenyum kecil saat melihat itu. 

Tak menyerah begitu saja, seseorang yang misterius ini berusaha membuat alas untuk memanjat melompati tembok besar yang menutup jalannya. 

Melihat itu Bima langsung mengeluarkan pistolnya, tetapi ia tidak menembak. Ia melemparkan pistol itu kearah punggungnya sehingga ia lengah dan sulit menggapai ujung tembok. 

Bima langsung menghampiri dan menarik pakaiannya agar dia terjatuh ke bawah. Ia kemudian menginjak pergelangan kakinya, hingga ia menjerit kesakitan. 

Tunggu! Suara wanita? 

Bima langsung membuka masker yang menutupi setengah wajah sang pemilik. 

Benar saja. Ia seorang wanita. Mengapa ia ada disini? 

Wanita itu hanya diam saja, karena merasa kesakitan dengan kakinya yang terkilir. 

Tunggu! Bima seperti tidak asing dengan wajah yang ia lihat. 

"Lo ... Lo polisi yang ada di jalan itu?!" tanya Bima. 

Benar. Ia sangat mengingat wajahnya. Ia benar benar wanita yang ia lihat di jalan dua hari yang lalu. Apa yang ia cari disini? Apakah polisi sudah mengetahui tentang ini semua? 

-bersambung-

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • The Perfect Stranger   20

    Hari ini, Bima bangun lebih awal lagi. Selama semalaman ia sangat sulit untuk memejamkan matanya. Kepalanya sakit karena banyak pikiran sehingga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.Ia kemudian menuju dapur untuk meminta dibuatkan teh hangat oleh Nara. Tetapi, saat ia sampai di sana, yang pertama kali ia lihat adalah Rayana dengan kaus putih yang sedikit kebesaran dan celana leging hitam, serta rambutnya yang dijepit ke atas sehingga menampakkan leher putihnya.Awalnya Bima hanya terdiam saja menatap Rayana yang seperti sedang menyiapkan sesuatu di sana, tetapi kemudian lamunannya buyar ketika Rayana menoleh ke arahnya.Rayana pun sedikit terkejut melihat Bima yang berdiri di belakangnya. "Lho, Bim? Lo udah bangun?" tanyanya."Nara mana?" balas Bima yang mengalihkan perhatian."Dia harus ke supermarket buat beli bahan makanan yang abis, lo mau minum ses

  • The Perfect Stranger   19

    Rayana tidak pernah menyangka akan terjadi hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak ia duga. Ia belum siap jika menceritakan kepada Gio tentang pekerjaannya bersama Bima, tetapi hari ini mungkin akan jadi awal untuk Rayana menceritakan tentang hidupnya kepada Gio."Lo mau pulang, Ray? Biar gue anter pulang," ucap Gio yang membuat Rayana menjadi bingung dan tidak enak hati. Ia tidak tega jika meninggalkan Gio dalam keadaan seperti ini, tetapi ada tugas yang harus Rayana jalankan bersama Bima juga. Lagi pula ia tidak bisa pulang ke rumahnya sekarang karena saat ini ia sudah tinggal bersama Bima."Raya pergi sama gue, dan pulang juga harus sama gue. Itu lebih sopan," sergah Bima langsung yang membuat Gio dan Rayana menoleh kompak ke arahnya. Tetapi, kemudian tatapan Gio kembali kepada Rayana seolah meminta Rayana untuk memilih pulang dengan siapa.Rayana kemudian menghela napasnya dan menatap Gio. "Iy

  • The Perfect Stranger   18

    Arthur dan Bima kemudian berjalan menuju pria paruh baya yang sedang duduk dengan seorang wanita di sana. Saat keduanya sudah dekat dengan pria itu, Bima sempat melirik ke arah bodyguard pria itu yang juga sedang melirik ke arah Bima, tetapi tidak Bima pedulikan."Permisi...," ucap Arthur dengan hati-hati. Pria paruh baya yang sedang tertawa bersama wanitanya itu lantas menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Arthur.Arthur kemudian tersenyum simpul. "Maaf jika saya mengganggu Tuan, boleh saya minta waktunya sebentar?""Siapa kalian?" balas pria itu dengan sedikit ketus."Kami dari organisasi intelegen Wolf Eagle, saya Bima, pemimpin organisasi ini," selak Bima dengan tegas dan tanpa basa basi. Pria itu terlihat sedikit terkejut, karena ia tentu mengetahui siapa Wolf Eagle."Ada urusan apa? Saya nggak pernah terlibat sama kalian.""Iya, tapi boleh kita minta waktu Tuan sebentar? Ada beberapa pertan

  • The Perfect Stranger   17

    "Ko udah gitu aja nanyanya?" tanya Arthur ketika mereka bertiga sudah masuk ke dalam mobil. Bima kemudian memasang seatbeltnya. "Si Gala ini kayak nyembunyiin sesuatu deh, ngerasa nggak?" tanyanya. "Tentang apa?" "Gue tau pasti Widhibrata banyak musuh, tapi harusnya dia ngasih tahu ke kita pihak-pihak yang dia curigai. Toh kita juga nggak akan langsung nuduh mereka kan? Kita telusuri dulu," tutur Bima dengan jelas. "Jadi intinya? Aduh sorry deh, gue lagi bego nih," lanjut Arthur. Bima kemudian terkekeh. "Itu sih emang lo bego beneran. Intinya mungkin ada salah satu musuh perusahaan mereka yang kita gak boleh tahu." Arthur terdiam, mereka semua sama-sama terdiam. "Kalian tahu masa lalunya perusahaan Widhibrata?" Rayana tiba-tiba menimpali membuat Arthur dan Bima menoleh ke belakang. "Mak

  • The Perfect Stranger   16

    Bima sedang menatap kosong ke arah luar jendela kamarnya, memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam waktu dekat ini, juga mencari hubungan dari segala rentetan kejadian beberapa hari ini.Bagaimana pihak anonim itu selalu bisa menembus keamanan Widhibrata yang sangat ketat? Jika orang itu hanyalah orang biasa maka akan sulit baginya untuk masuk ke situ. Atau mungkin benar yang dikatakan pemotor itu, jika pelaku yang ada dibalik semua ini adalah orang terdekat dari kita semua? Atau mungkin orang terdekat dari pihak keluarga Widhibrata?Semua pikiran itu berkecamuk di dalam pikiran Bima. Ia telah meminta semua pasukan untuk meningkatkan keamanan di rumahnya untuk berjaga-jaga akan serangan teror yang datang secara mendadak.Tiba-tiba pikirannya beralih kepada wanita yang tinggal bersamanya sekarang. Bima langsung melihat plester luka yang Rayana berikan siang tadi sebelum ia masuk ke dalam kamarnya. Bima langsung tersenyum

  • The Perfect Stranger   15

    Perjalanan menuju kantor Widhibrata memang memakan waktu cukup lama, karena jarak antara markas dan kantor memang jauh. Selama diperjalanan Bima banyak mengkhawatirkan sesuatu terutama Rayana yang mungkin masih dalam perjalanan pulang. Ia sangat berharap sekali Rayana akan pulang dengan selamat karena tidak ada yang tahu kapan anonim ini akan bergerak.Sesampainya di sana, sudah ramai orang-orang yang berkumpul di luar gedung termasuk banyak polisi di sana. Bima langsung mencoba melewati kerumunan orang-orang itu karena melihat kepala polisi yang ia kenal berada di depan."Halo, Pak," sapa Bima.Kepala Polisi itu pun langsung menoleh. "Eh, kamu--?" Ia menggantungkan kata-katanya karena sedikit lupa dengan Bima."Saya Arkana Bimantara, pemilik organisasi Wolf Eagle," sergah Bima langsung."Ah, iya maaf saya lupa. Kamu tahu tentang peristiwa bom meledak

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status