Share

Dunia Malam

“Kemana ia pergi?.”tanya Vicka.

“Tante, tak’kan suka mendengarnya.”jelas Siska.

“Pastinya ini adalah surat perjanjian antara Micko dan Nafa.”jelas Vicka.

“Betul, tante.”

“Pertanyaan, tante, kemana si Micko pergi?.”

“Dunia Malam.”kata Siska.

Mereka semua tercengang mendengarnya, dunia malam. Tak ada yang bisa bicara sepatah kata pun juga tak ada yang keluar dari mulut mereka semua, mereka mematung.

“Lebih baik kita pulang. Dan, Siska, kau boleh membuka tokomu kembali.”

“Baik, tante.”kata Siska yang bisa bernafas lega sekarang.

Mereka semua pun keluar dari Cafe sedangkan Siska dan Filemon membuka kembali Cafe tersebut.

Micko yang tiba-tiba pergi entah kemana ternyata mencari sebuah hiburan. Ia pergi menuju klub Favoritenya. Hingar bingar musik dunia malam sudah biasa bagi Micko yang sering kali mencari hiburan di dunia malam tersebut. Uang melimpah bahkan ia bisa memilih gadis untuk ia tiduri.

Beberapa acara di tempat tersebut sudah mulai di gelar, penari-penari latar pun bermunculan. Beberapa dari mereka bahkan merupakan penari striptease. Penari Striptease tersebut mulai keluar satu persatu dari dalam ruangan mereka. Mereka mulai menggoda para lelaki dengan pakaian mereka yang minim, salah satu dari mereka bahkan mulai melucuti pakaian minim mereka.

Salah satu dari mereka menghampiri Micko yang sedari hanya fokus kepada bukit kembar tersebut. Micko pun menelan ludahnya, entah berapa alkohol yang telah ia minum dari ia datang hingga acara tersebut sudah hampir selesai. Ia memasang senyum piciknya dan dari belakang Micko merasakan ada yang menghampiri dirinya.

Micko pun membalikan badannya, dan ia melihat salah satu dari penari tersebut sudah turun dan menghampiri Micko, Felicia. Felicia yang berusia di bawah Micko sekitar dua puluh tahunan, cantiknya nan paras, tubuhnya langsing, rambut sebahu dan memiliki tinggi yang sama dengan Micko menghampiri Micko.

“Felis…”kata Micko menyapanya.

“Sudah berapa lama kau di sini?.”

“Entah.”

“Ada masalah apa lagi?.”

“Sudahlah.”

Felicia tahu apa yang di butuhkan Micko. Ia membawa Micko pergi dari keramaian tersebut bahkan musik pun semakin kencang yang secara otomatis pastinya jika mereka berbicara tak akan ada yang bisa mendengarnya. Dentuman demi dentuman berpacu dengan bunyi jantung yang seakan tak beraturan membuat Micko hampir jatuh ke lantai dansa, untungnya saja Felicia sudah sigap.

Felicia dengan baju minimnya membawa Micko ke dalam sebuah ruang karaoke yang sudah tidak ada orang dan membaringkan Micko di sofa tersebut. Micko pun juga sudah separuh sadar. Micko mengulum bibir nan indah Felicia tersebut di bawah lampu temaram, Felicia pun membalas ciuman yang di daratkan oleh Micko kepada dirinya.

Micko pun melepaskan pakaian yang di kenakan oleh Felicia dan Felicia pun juga melepas pakaian yang di pakai oleh Micko. Felicia pun mengerang ke enakan di saat yang bersamaan, mereka melakukan hubungan suami istri. Micko pun tanpa sengaja mengeluarkan spermanya kedalam vagina Felicia. Micko dan Felicia pun tertidur di dalam ruangan tersebut tanpa sehelai baju.

Jam menunjukkan tepat pukul 03.00, Micko terbangun di hadapannya ia sudah tak melihat Felicia lagi. Ia hanya berfikir bahwa Felicia masih harus melayani pria yang lainnya. Ia keluar dan mencari Felicia. Felicia tak di temukan di manapun, ia pasrah tak bertemu dengannya namun di saat yang bersamaan ia mendengar suara erangan. Ia mengenal suara erangan tersebut, Felicia.

“Felis, kemana saja kau?.”tanya Micko.

“Micko.”

“Jawab aku?.”

“Ya.”

“Kenapa tak membangunkan’ku? Kau kan sudah terbiasa berhubungan badan dengan ‘ku.”

“Tak apa. Hanya ingin sendiri.”

==Satu Jam yang Lalu==

Felicia terbangun dari tidurnya, ia melihat Micko sudah tertidur ia bahkan tak tega untuk membangunkannya. Ia pun mengenakan pakaiannya dan keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba seorang wanita nan elegan menghampiri Felicia, di tangannya ia membawa anggur merah Chateau 1993 yang sudah mau habis. Ia seorang lesbian dan Felicia adalah pasangannya.

“Felis, what are you doing?.”tanya wanita tersebut.

“Nothing.”katanya sembari menutupi hubungannya dengan Micko. Namun karena Felicia tidak pandai berbohong wanita itu mengetahuinya,

“You sleep with Micko again?.”tanyanya sembari meletakkan gelas anggur tersebut.

“Yeah.”katanya sembari tertawa.

“Serve me.”katanya yang membuka dress merahnya bahkan Felicia pun melayani wanita tersebut. Ia bahkan tak di layani oleh wanita tersebut, wanita itu memiliki penyakit seksual yang menyimpang atau di sebut sebagai Hyperseks.

==Saat Ini==

“Kau bohong ya?.”tebak Micko.

“Tidak.”katanya yang berusaha menutupi kebohongannya sembari mengenakan bajunya kembali.

“Ya kau bohong? Wanita tersebut bukan?.”desak Micko.

Felicia pun tak bisa bekutik kembali, “Ya, bagaimana kau tahu?.”

“Hanya dia satu-satunya wanita lesbian di sini. Jadi jangan tanya aku bisa tahu dari mana.”sergah Micko.

“Micko, ini Dunia Malam, tak ada yang tahu aku harus melayani siapa.”

“Setidaknya kau bisa memilih.”

“Walaupun aku bisa memilih, tapi aku tetap harus melayaninya siapapun itu.”

“Aku paham maksudmu, Felis.”

“Kau ada masalah apa lagi?.”korek Felicia.

Micko terdiam antara dia mau menceritakannya atau tidak, ia tak tahu harus memulai dari mana, “Jawab aku, kau ada masalah apa? Aku tahu kau setiap ada masalah pasti kabur.”

“Entahlah aku bingung harus memulai dari mana.”

“Sekarang aku tanya kau lebih mempercayai siapa, Micko?.”

“Entah.”

“Aku tahu kamu, Micko.”

“Sudahlah besok saja aku ceritakan.”

“Ya, pulang lah ke rumahmu.”

Micko keluar dari tempat tersebut dan pergi meninggalkan Felicia seorang diri. Ia menyalakan mobilnya dan pulang ke rumah seperti biasanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status