Share

BAB 6

Author: Chrystal Liu
last update Last Updated: 2021-01-11 09:15:59

Wajah seorang gadis terlihat sangat malu setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan. Dia di perhatikan oleh seluruh siswa yang ada kelasnya. Sementara pria yang dia ajak bicara tadi menuju rooftop mungkin untuk menenangkan diri dari keramaian.

 "Tuh, kan. Aksara, tu, gitu. Makanya jangan coba-coba deket sama Aksara, Sei!"

Bukannya sakit hati. Seila malah ingin tahu, kenapa dengan sikap Aksara. Berbeda dengan sikap saat pria itu tempo hari menolongnya. Adakah yang membuat Aksara kesal. Mungkin pagi-pagi Aksara kesal karena di kelilingi para gadis. Seila yakin Aksara memang pria yang baik.

*****

Sepuluh menit Aksara diam di rooftop sambil mengamati kelasnya yang akan di masuki guru. Dia kembali saat melihat guru biologi memasuki ke kelasnya.

Aksara berjalan ke kelas di perhatikan oleh gadis-gadis. Kapan hidupnya akan tenang dari kejaran para gadis. Harinya begitu suram saat menjadi orang tampan. Bukannya senang, Aksara malah risih dengan semua gadis yang mengejarnya.

Dia masuk ke kelas tak lupa memberikan hormat pada guru yang sudah lebih dulu masuk. Duduk manis lagi di bangku kebesarannya di dekat jendela.

Guru yang bertubuh subur dan sangat serius mengajar itu kaget saat ada siswa yang masuk tiba-tiba ke kelasnya lalu berdiri di depan.

"Ang- angga! Kamu mulai sekolah lagi hari ini?" tanya sang guru pada anak yang masuk kembali untuk bersekolah. Angga sudah lama bolos.

"Iya," jawab Angga singkat sambil berjalan menuju bangku yang kosong. Anak ini masuk dan membolos seenaknya hingga sering mendapatkan teguran.

Seila yang tengah serius mendengarkan guru berbicara tidak sengaja menjatuhkan pulpennya. Dia merah pulpen yang tergeletak di lantai dengan satu tangan. Angga yang tengah lewat menghentikan langkahnya saat tangan Seila menghalangi jalannya.

Seila memperhatikan sepatu dan orang yang tengah berdiri, dari bawah hingga atas. Dia kaget saat Angga melempar tatapan tajam.

Angga membulatkan mata saat melihat gadis yang ada di hadapannya ini. Seakan sudah mengenal Seila sejak lama. Sedangkan Seila sendiri biasa saja saat melihat Angga.

"Maaf!" ujar Seila lalu membenarkan posisi duduknya lagi.

Angga duduk di bangku kosong belakang Seila. Pemuda itu tersenyum manis saat melihat punggung Seila.

Beberapa bulan yang lalu pemuda itu dikejar oleh anak-anak yang nakal. Mereka berkelahi di wilayah club kepunyaan orang tua Seila. Seila yang tengah berjalan membeli camilan ke swalayan. Melihat Angga tengah dalam bahaya dan tidak bisa berkutik. Seila berteriak menakut-nakuti anak-anak nakal.

"Pak polisi, disini ada tindakan kriminal!" Suara teriakan itu membuat Angga selalu ingat pada sosok Seila. Dia hampir habis bersih di siksa anak-anak yang membencinya. Jika Seila tidak datang, mungkin Angga sudah lemas tak berdaya.

Saat ini Seila tidak mengenal sosok Angga mungkin karena dulu saat mereka bertemu, Angga wajahnya babak belur. Sekarang Angga bersekolah dengan wajah yang bersih tanpa luka lebam dan sangat terlihat tampan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Seila dulu saat semua anak nakal pergi karena ketakutan akan polisi yang datang.

Seila yang berbohong hanya bisa sedikit terkekeh.

"Kenapa tertawa?" tanya Angga yang sedang berusaha bangun. 

Seila membantu Angga agar bisa bangun kembali. "Ah … aku hanya berbohong saja agar mereka pergi! Makanya aku tertawa saat mereka percaya begitu saja.

"Jadi? Tidak ada polisi?" tanya Angga untuk memastikan.

"Iya, tidak ada!" jawab Seila. Sambil membersihkan baju Angga yang kotor.

"Kalau begitu ayo kita pergi sebelum mereka merasa di bohongi dan kembali lagi kesini!" Angga meraih tangan Seila dan membawa dia pergi dari tempat sepi dan sempit itu.

Angga membawa Seila sampai ke motornya yang terparkir sembarangan di pinggir jalan. 

"Maaf aku tidak ikut. Rumahku dekat sini, kok!" Tolak Seila pada Angga yang mengajaknya naik motor.

"Ah … baik kalau begitu. Terima kasih atas pertolonganmu!" Angga mengangguk sopan. Tidak biasanya dia sesopan ini pada seorang gadis. Angga terkesan seram dan pemuda yang dingin.

Seila membuka kantong plastik belanjaan yang ia bawa. Merogoh sesuatu yang dingin dan di balut plastik kecil lagi dari dalam situ. "Ini. Pakailah untuk mengompres lukamu. Jika sudah meleleh tinggal kau makan agar harimu menjadi manis seperti es krim ini!" Seila memberikan es krim coklat yang ada di plastik kecil.

Angga terdiam dan malah bengong ketika Seila menggantungkan plastik berisi es pada pijakan tangan sebelah kiri.

"Hati-hati di jalan dan jangan sampai tertangkap lagi. Dah …." Seila tersenyum lalu pergi meninggalkan Angga.

Pria itu melihat kepergian Seila di kaca spion motornya. Dia penasaran pada Seila. Saat gadis itu agak jauh. Angga memutar balik motor dan mengikuti Seila dari jauh sampai ke tempat club. Dia heran kenapa gadis manis dan masih mengenakan seragam SMA malah masuk kedalam club yang notabennya di isi oleh orang-orang sewa.

Angga pergi setelah lama menunggu Seila tidak kunjung keluar.

Sejak saat itu, Angga mencari tahu dimana Seila bersekolah dan merasa penasaran.

Kini pelajaran di lanjutkan di ruang laboratorium. Setelah guru menjelaskan apa saja bahan dan cara pelaksanaan. Barulah mereka memulai cara mengetes bakso yang sudah di beli dari berbagai kedai bakso. Apakah mengandung pengawet dan zat berbahaya atau tidak.

Angga memperhatikan Seila yang tengah serius menghancurkan bakso dan memasukan sedikit semple ke dalam tabung kaca. Mencampurkan dengan berbagai cairan lalu mendekatkan ke api yang sudah menyala.

Bahan-bahan yang sudah di campur dalam tabung kaca akan di bakar dan di goyang-goyangkan perlahan.

Perasaan penasaran mengganggu pikiran Angga. Dia ingin mendekat dan ingin mengganggu Seila, gadis yang terlihat sangat polos itu tengah sibuk dengan kegiatan praktikum ini. Seila terlihat cantik saat membenarkan posisi poninya. Anak rambut yang mengganggu Seila selipkan ke belakang telinga. 

Angga lalu mendekat berusaha mengajak Seila berbicara. Sudah lama dia ingin mendekati gadis ini.

"Kau masih ingat aku cantik?" tanyanya yang membuat Seila menoleh. Tangan Seila masih sibuk menggoyangkan tabung kaca di atas api.

Bila yang melihat Angga mendekati Seila itu kaget. Tidak biasanya pria tampan ini mendekati seorang gadis.

"Tidak. Maaf anda siapa?" tanya Seila begitu polos. Memang dia tidak mengingat Angga sama sekali.

"Aku si pria yang babak belur dan kamu berikan ice cream coklat!" jawab Angga sambil tersenyum pada Seila.

Gadis berponi ini berusaha mengingat yang Angga maksud. Lama ia berpikir.

"Ah … iya. Aku ingat!"

Seila yang tidak fokus malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan tabung itu dari api yang semakin memanas. Tabung meledak dan mengeluarkan asap. Api pun seketika mati karena cipratan bahan. Wajah Seila di penuhi noda asap dan terlihat hitam-hitam.

"Hahaha!" Angga tertawa.

Aksara yang tengah serius melakukan kegiatan praktikum itu menoleh pada Angga. Dia melihat kebersamaan Angga dan Seila.

"Dasar ceroboh!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Present Of Love   Baby Boy or Baby Girl?

    Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca

  • The Present Of Love   Ngidamnya Bumil

    “Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su

  • The Present Of Love   Membuat Keringat

    “Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k

  • The Present Of Love   Pelukan Hangat

    “Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan

  • The Present Of Love   Dapat juga!

    “Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku

  • The Present Of Love   Pasti Ketemu

    Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status