“Sarapan dulu, Non!” tawar Bik Sur saat melihat Seila turun dari tangga. Gadis ini sudah menggunakan pakaian kemeja berwarna ungu yang bagian depannya dimasukkan ke celana jeansnya, sepatu cats dan tas gendong kecil berwarna hitam.
Seila berangkat sangat pagi karena sengaja menghindari Angga. “Enggak mau ah, Bik. Tolong bungkus aja buat bekal di kampus.” Lebih baik dia makan di kampus saja karena sudah pesan grab. Ayahnya masih tidur jam segini sehingga Seila tak tega membangunkannya.
“Oke, Non. Tunggu sebentar, ya.” Bi Sur langsung memasukkan sandwich yang ia buat tadi ke dalam kotak makan berwarna merah jambu, dia juga tak lupa memasukkan jus jeruk ke dalam botol untuk Seila.
“Ini, Non. Kok pagi banget berangkatnya?” Sur sampai heran karena Seila begitu rajin,
Selama kelas berlangsung Seila sama sekali tidak melirik Angga yang ada di belakangnya. Angga ganggu dengan mencolek-colek tubuh Seila pun gadis itu tak menggubris sama sekali.Banyak pria yang menjadi fans Seila pun mencemooh Angga. Mereka banyak yang berharap Seila putus dengan Angga agar ada jalan untuk mereka mendekati Seila.Angga yang emosi pun sering melempar tatapan sinis pada pria-pria itu. Bagaimana bisa fokus menjalani mata kuliah pertama kalau dia dicampakkan seperti ini oleh kekasihnya sendiri. Angga bukan orang yang pantang menyerah, dia terus berusaha sampai Seila mau menerimanya lagi.Menyadari sahabatnya sedang ada masalah percintaan, Bila pun sesekali memperhatikan interaksi Angga pada Seila. Dia tak tega pria yang ada di belakang in didiamkan oleh Seila. Kasihan Angga, seperti pria yan
Mendengar kata putus yang terucap dari mulut gadisnya, Angga pun lemas, pria ini sampai terduduk di halaman rumah Seila. Hati Angga hancur sehancur-hancurnya. Kesalahan dia sepertinya tak bisa ditolerir sehingga Seila ingin mengakhiri hubungan ini. Baru sebentar Angga merasakan kasih sayang dari Seila, bisa bersama gadis yang ia cinta, sayang sungguh-sayang hubungan ini tak berlangsung lama.Jujur saja, Seila adalah cinta pertamanya, maka dari itu Angga sangat terobsesi mendapatkannya. Saat perasaan Angga begitu dalam pada gadis yang ia cinta, saat itu pula dia merasakan hatinya hancur karena kata pisah.Mereka saja tak sempat saling berbalas cinta. Kata putus ini amat sangat pahit, lebih pahit dari obat dokter dan lebih tajam dari jarum.“Gak mau, Sei. Aku gak mau putus dari kamu!” Dia sampai bersujud d
“Ada bunga kan, Mah?” tanya Surya. Dia punya ide brilian. Mungkin dengan cara ini, Seila dan Angga berbaikan akan lebih berkesan, macam di film-film.“Ada, Yah. Buat apa?” tanya Foni heran. Dia memang suka mengisi vas bunga dengan bunga segar dan rutin ia ganti, kebetulan juga ada yang baru, tadinya untuk pengharum ruangan alami. Foni lebih suka menggunakan pengharum dengan bunga asli, lebih asri dan segar dibandingkan pewangi ruangan semprot. Biasanya dia menggunakan bunga gardenia, lili, melati, sedap malam dan mawar.“Ayah minta bunga mawar, nanti mama juga bakal tau buat apa.” Surya membuat Foni penasaran saja. Foni tak kepikiran itu bunga akan digunakan untuk apa.“Tunggu!” Dia pun berencana mengambil bunga mawar merah dan mawar putih yang baru saja ia beli
Angga sudah izin pada Surya untuk membawa gadis itu bermain dulu dan akan pulang agak larut. Seila juga jadi sudah tahu siapa yang ternyata menebarkan kelopak bunga. Hujan bunga mawar itu sangat romantis bagaikan di film-film romansa cinta.“Pas banget kan momennya!” ujar Surya saat Seila tersipu malu atas pengakuannya yang menebarkan bunga mawar merah dan putih bersama sang istri, berarti tadi saat berciuman dia ditonton oleh ayahnya sendiri. Pipi Seila jadi memerah bak tomat yang baru dipetik dari kebunnya.Rasanya seru sekali bercanda tawa seperti ini. Angga benar-benar berbeda dari Aksara, dapat mendapatkan hati kedua orang tua Seila begitu cepat. Mungkin karena Seila tak mengenalkan Aksara juga, coba jika dikenalkan, akankah Aksara akan lebih baik dari Angga? Ah dia saat ini fokus pada penyelamatnya saja, tak memikirkan soal Aksara yang jauh di
Angga jenuh dari pagi hingga siang mengikuti perkuliahan, untungnya ada ruangan khusus untuk berolahraga seperti badminton, basket, volly dan lain-lain. Masih ada waktu dua jam untuk ikut kelas siang. Angga pun bersama teman lain ke ruangan olahraga.“Yank …. Ternyata kuliah jadwalnya lebih padat dari pada sekolah SMA, ya,” keluh Angga sambil menyandarkan kepalanya di pundak Seila, mereka sedang duduk di bangku penonton. Sudah banyak mahasiswa yang bersiap ingin bermain basket dan sedang membentuk tim.“Kenapa? Capek, ya, Sayang?” tanya Seila sambil mengusap kepala Angga. Dia kasihan ke pacarnya itu, semangat sekali kuliah sampai kantuk saja ditahan-tahan. Masalahnya tadi dosennya bikin kantuk, mode ngajarnya kolot, tidak asik dan suaranya tidak lantang.Angga kan ingin selesaikan kuli
“Lo harus liat ini!” ini caption yang disertakan Bobi pada link yang ia kirimkan pada Aksara. Sekarang jam satu siang waktu indonesia bagian barat, kalau di new york jam satu malam karena beda waktu dua belas jam. Mungkin saja sekarang Aksara sudah tidur pulas. Nyatanya Aksara sedang begadang. Dia akan menyelesaikan S1 jurusan bisnis hanya tiga tahun saja. Di New york ini mungkin bisa terjadi untuk anak-anak jenius.“Si Bobi lama gak ada kabar kenapa tiba-tiba kirim link dan gue wajib lihat?” Aksara pun mengklik link apa yang Bobi berikan, rupanya link youtube.“Apa, ya isinya?” Dia penasaran dan ingin klik tanda persegi tiga miring.yang merupakan tombol play.“Vlog?” Aksara merasa ini hal yang tidak penting, dia kira vlog prank yang tak jelas dan buang-bua
Bobi yang dari sejak tadi menyimak pun tahu kalau cincin yang Seila kenakan itu adalah cincin tunangannya Seila dan Angga. Semenjak dia melihat melalui video juga, Bobi sudah mengira itu adalah cincin pasangan, terlihat mahal dan berkelas pula. Bagaimana cincin itu tidak terlihat mencolok, begitu terang benderang di jari manis tangan Seila yang putih mulus dan lentik, orang-orang jadi salah fokus."Itu emang cincin buat pengikat Seila." Bobi mengirimkan ini pada Aksara, di sana pria itu tak bisa tidur karena memikirkan Seila. Jika waktu bisa di putar kembali, dia akan pura-pura tak tahu saja sampai menunggu Seila jujur tentang latar belakangnya, dia juga akan membujuk sang ayah untuk tidak membenci Seila."Sial. Angga lebih bergerak cepat." Lagi-lagi dia merasa sangat kalah cepat dari Angga. Aksara menghela napas sambil memejamkan matanya se
Semua pria memang kebanyakan hidung belang. Sebagai seorang wanita yang mendengar dirinya tengah dibicarakan banyak pria dan menjadi bahan kebanggaan mereka, secara tidak langsung Seila merasa dijatuhkan oleh orang terdekatnya sendiri. Apa gunanya sebuah cincin dan kata-kata cinta jika seorang wanita bukan dijaga martabatnya melainkan dijatuhkan oleh orang yang ia cinta.Angga mungkin beranggapan bahwa dengan cara ini semua pria bakal tidak akan lagi mengganggu Seila karena hubungan mereka bukan lagi sebatas kekasih tapi teman satu ranjang, beda halnya dengan Seila, dia jadi beranggapan bahwa Angga adalah pria brengsek yang memanfaatkan dan memperdaya wanita saja. Seketika dada Seila terasa sesak dan ia pun ingin menangis. Satu-satunya pria yang tulus menyayangi dan melindunginya adalah ayahnya sendiri. Angga, Aksara atau pria lain semuanya brengsek. Seila pun berbalik arah dengan kaki yang lemas dan