Hari yang di tunggu akhirnya tiba. Acara segera akan du mulai. Para tamu undangan juga telah hadir memenuhi hall room hotel tersebut. Alunan musik akustik pimpinan Arka juga menampilkan persembahan yang sangat memukau para tamu undangan.
MC acara sudah mulai membuka acara dengan sambutan salam. Azela nampak duduk manis dengan balutan pakaian hitam yang elegan dengan manik mengkilau. Riasan Azela juga nampak sangat berbeda dari biasanya. Malam ini Azela memakai MUA agar dirinya terlihat sangat cantik. Marcell juga telah datang dan duduk di samping Azela. Aluna, kekasih Marcell juga berada tak jauh dari Marcell dengan senyum sumringah berkumpul dengan keluarga besar Marcell termasuk Opa MArcell.Marcell memperkenalkan Aluna sebagai sekertaris hebat yang memiliki multi talenta. Konisi perusahaan yang sdeang tidak baik -baik saja berhasil di manipulasi oleh Aluna agar terlihat baik dan hebat.Setengah jam kemudian, Azela dan Marcell maju ke depan untuk memotong kue tart anniversary mereka.Riuh tepuk tangan dari tamu undangan yang hadir membuat senyum Zella dan Marcell begitu lebar karena senang."Kamu cantik sekali malam ini? Kamu bahagia?" tanya Marcell melirik ke arah Zella yang sedang memotong kue tart dan bersiap menyuapi marcell."B aja," jawab Zella singkat. Tangan Marcell memeluk pinggang Zella agar terlihat mesra dan bersiap untuk berdansa malam ini bersama para tamu undangan.Acara malam ini berjalan dengan lancar. Tiba -tiba, layar monitor besar mulai menampilkan sebuah rekaman film dan itu adalah rekaman perselingkuhan Marcell dan Luna selama di rumah besarnya.Marcell menatap gambar dirinya sedang merasakan enak -enak di kamar besar miliknya di rumah besar. Mulut marcell menganga dan menoleh ke arah Zella yang nampak sangat tenang sekali.Dari jauh, Aluna juga kaget, banyak mata menatap sinis ke arah wanita yang sempat di puji banayk orang itu.Klik ...Video itu mati setelah beberapa menit menampilkan gambar Marcell dan Aluna. Tangan Marcell langsung mencengkeram tangan Zella yang sedikit meringis kesakitan.Zella menoelh ke arah Marcell dan berteriak dengan lantang."Aku ingin bercerai malam ini juga!" teriak Zella di kesunyian ruangan yang banyak mata memandang ke arahnya. Zella mengibaskan tangannya dari cengkeraman Marcell.Opa Marcell langsung berlari mencegah Zella yang ingi pergi dari panggung."Zella!! Ada apa sebenarnya ini?" tanya Opa menatap tajam ke arah Marcell, cucu kandungnya."Opa tanya saja pada cucu kesayangan Opa. Malam ini, kita berdua sudah tak ada hubungan lagi. Kita sudah bukan suami istri. Surat cerai akan Zella urus. Opa, maafkan Zella," ucap zella memeluk Opa Marcell dan pergi meninggalkan pesta anniversary itu.Aluna juga kan pergi dari sana, karena tidak mau menanggung malu. Tapi sayang, Papah Marcell sudah terlebih dulu menyeret Aluna ke atas panggung dan mendorong Aluna ke pelukan Marcell."Menikahlah kalian. Jangan berbuat zina terus," ucap Papah Marcell kecewa dengan Marcell.Acara malam itu benara -benar rusak dan Zella puas bisa lepas dari lelaki yang selama ini membelenggunya dan mengancam dirinya.Zella terus berlari mencari taksi untuk mengantar diirnya ke apartemen yang telah ia siapkan untuk tinggal setelah berpisah dari Marcell.Tin ... Tin ... Tin ...Suara klakson mobil itu begitu nyaring dan sinar lampu mobil menyorot tajam mengarah di jalanan. Zella berhenti berlari dan menoleh ke arah mobil itu yang menyesejajarkan Zella."Masuklah. Angin malam tak baik untukmu," ucap Arka yang sejak tadi membuntutinya."Arka? Kamu?" ucap Zella mengedar pandangannya menatap ke segala arah. Jangan sampai ia membuak aib suaminya tapi ia sendiri terjebak pada permainan Marcell yang licik itu."Iya ini aku. Naiklah, Zella. AKu sengaja membuntutimu saat kamu menangis tadi," ucap Arka terlihat sangat tulus.Zella terdiam sejenak, mengamati wajah Arka yang memang terlihat tulus bukaan modus. Zella menganggukkan kepalanya pelan dan masuk ke dalam mobil milik Arka."Dimana rumahmu. Biar ku antar sampai rumah," ucap Arka denagn wajah serius fokus menyetir mobilnya di dalam kegelapan malam yang kurang cahaya lampu."Di Apartemen XYZ," jawab Zella santai. Letak apartemen itu memang tidak jauh dari hotel tempat acara tadi ebrlangsung hanya sekitar dua puluh menit saja.Tapi sayang, dari kejauhan apartemen itu sudah ada beberapa anak buah Opa Marcell dan Marcell. Mungkin mereka sengaja mencari keberadaan Zella.Mobil Arka terhenti di depan jalan dan beberapa laki -laki hendak mendatangi mobil Arka. Zella langsung lompat ke belakang dan meminta tolong untuk menyembunyikan dirinya."Arka ... Tolong aku, mereka adalah anak buah keluarga suamiku," ucap Zella lirih bersembunyi di belakang jok kemudi Arka dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di sana.Tok ... Tok ... Tok ..."Mau apa tuan?" tanya seorang laki -laki denagn ketus sambil melihat dalam mobil Arka."Menunggu teman. Tapi, di telepon tidak aktif. Memangnya di apartemen ini ada apa?" tanya Arka pada lelaki itu."Kami sedang mencari wanita, istri CEO yang sedang berbuat onar," ucap lelaki itu dengan sinis."Ohhh ... Begitu. Kalau begitu, saya mau lanjut saja. Mungkin teman saya tidak bisa ikut pesta malam ini," ucap Arka segera pergi dari sana.Arka langsung menekan pedal gas saat lelaki itu mengangguk dan menjauhi mobil Arka."Sudah aman. Duduklah di depan. bawa saja selimutnya kalau kamu kedinginan," titah Arka jelas.Zella duduk kembali di jok depan dengan tubuh masih terbungkus selimut. Udara memang dingin di tambah AC mobil yang cukup membuat tubuhnya menggigil."Kamu kedinginan? Atau gelisah?" ucap Arka dengan suara datar."Apa urusanmu Arka?" ucap Zella ketus."Oke. Mau turun dimana?" tanya Arka kemudian.Zella malah kebingungan sendir. Zella membuka tas kecilnya dan mendapati chat dari beberapa anak buahnay di kantor kalau kantor barunya di obrak abrik. Zella mematikan ponsel dan melempar ponsel itu ke arah luar mobil dan menghilangkan jejak. Ia benar -benar bingung sekarang. Arka hanya melirik Zella sekilas dan fokus lagi menyetir."Maafkan aku, Arka. Aku memang sedang bingung," ucap Zella dengan raut wajah kacau.Arka tak menjawab, ia tetap melajukan mobilnya menuju rumah besarnya. Mobil itu sudah masuk ke halaman rumah Arka. Rumah Arka memang besar, tapi tidak sebesar rumah Marcell. Tapi, rumah Arka terlihat lebih hangat dan nyaman."Ayo turun. Ini rumahku," ucap Arka datar.Zella mengangguk dan keluar dari mobil lalu berjalan mengikuti Arka yang masuk ke dalam rumahnya.Rumah itu tidak begitu luas, tapi sangat bersih dan rapi."Papah!!" teriak Gea yang beringsut turun dari Nannynya dan memeluk Arka erat. Kepalanya. di miringkan menatap Zella yang berdiri di belakang Arka."Mamah!!" teriak Gea yang meminta turun dari gendongan Arka dan memeluk Zella dan meminta di gendong.Arka ikut beerjongkok dan memeluk Gea lalu menggendong Gea saat Zella juga akan menggendong Gea."Dia anakku," ucap Arka ketus.Itulah Adzan. Lelaki pemberani dan kuat yang tak akan menyerah dalam situasi apapun. Adzan adalah lelkai yang menjaga harga diri keluarganya. Baginya keluarga adalah prioritasnya. Barang siapa yang mengganggu keluarganya, maka akan berhadapan dan berurusan dengan dirinya.Adzan sudah mematika mesin motornya dan turun masuk ke dalam gedung tua. Disana terlihat Marko sedang bersantai dan minum -minuman keras bersama komplotannya."Marko!! Kamu apkan Ainul!!" ucap Adzan dengan suara yang begitu keras dan lantang. Adzan masuk ke dalam gedung sendirian. Reza dan teman -temannya bersembunyi di tempat lain sesuai arahan Adzan tadi.Marko meletakkan botol minumannya di atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan berani. Kedua matanay menyipit dan emnatap tajam ke arah Adzan."Kamu? Adzan bukan?" tanya Marko dengan suara tak kalah lantang.Sebagai pemimpin genk motor, Marko tak boleh terlihat lemah didepan anak buahnya. Apalagi yang datang adalah orang asing
"Umi kenapa sih, Kak?" tanya Ainul pada Adzan yang sambil mencuci piring. Adzan sedang mengelap meja makan dan menutup smeua sisa makanan denagn tudung saji."Umi cuma lelah aja. Cepat Ainul, kamu juga harus istirahat terus belajar. Besok hari terakhir ujian. Kmau harus semangat," titah Adzan lalu menyapu ruang makan dan menyeruknya dan membuang sampah."Iya Kak. Oh ya, Memang Kakak mau ke Mesir juga?" tanya Ainul lembut sambil mencuci tangannya setelah selesai mengerjakan tugasnya."Iya. Biar mimpimu kamu tidak terhenti," ucap Adzan kemudian lalu membuatkan susu untuk Ainul.Adzan memberikan susu itu pada AInul dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam kamar. Adzan juga masuk ke dalam kamarnya dan belajar untuk hari terakhir ujian.***Pagi ini, suasana rumah sudah kembali seperti biasa. Pinka dan Sean hanay membeli makanan dari ujung gang rumahnya. Hari ini, Sean ingin memanjakan istrinya agar tidak memasak dan membiarkan membeli semuanya."Tumben makanannya begini," ucap Fatima menatap
Satu jam sudah Ainul bercerita tentang semuanya. Tak ada satu cerita pun yang di lewatkan oleh Ainul. Awal mula cerita tentang Marko dan ancaman Marko hingga Ainul bisa terjebak dalam kehidupan malam MArko.Adzan terdiam sesaat. Ia mencari solusi yang tepat dan cara untuk bicara denagn baik tanpa menimbulkan masalah baru bagi Ainul."Jadi benar itu anak Marko?" tanya Adzan pada AInul yang mengangguk pasrah sambil menunduk.Kedua mata Ainul sudah basah dan tak bisa lagi membendung air mata itu. Adzan memebrikan sapu tangannya kepaad Ainul."Ini ... Hapuslah air mata kamu. Jangan bersedih Ainul. Semua yang sudah terjadi itu adalah takdir. Sekarang bagaiaman kita menyikapi maslaah itu sebagai ujian dan pendewasaan. Ada Kakak, kita bisa cari solusi bersama. Kamu sekarang maunya gimana?" tanya Adzan pada Ainul.Ainul sedang menghapus air matanay dan cairan dari hidung yang keluar begitu saja. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Adzan dengan malu. Wajaah Ainul sudah memerah karena menahan
Adzan tetap setia menunggu Ainul didepan ruang BK. Setelah mencari tahu, ternyata Ainul sedang mengerjakan ujian kemarin yang memang tidak dikerjakan karena tidak masuk.Adzan sudah menyuruh beberapa teman- temannya di Panti untuk mencari tahu keberadaan Marko. Ada kabar berita yang cukup membuat Adzan terkejut.Satu jam kemudian Ainul keluar dari ruang BK dengan wajah lesu dan tubuh yang etrlihat lemas. Adzan menyodorkan susu kotak untuk IAnul setelah melihat Ainul keluar dari ruang BK."Minumlah biar tubuhmu gak lesu begitu. Kasiha janinmu," bisik Adzan pada Ainul.Ainul menatap Adzan yang tidak menatap Ainul dan hanya menyodorkan susu kotak tanpa harus menatap adiknya. Adzan tak tega melihat wajah Ainul yang begitu terlihat kelelahan."Makasih," jawab Ainul pasrah. Ia menerima susu kota itu dan menancapkan sedotan dilubang kotak itu dan menyeruput nikmat. Susu strawberry yang begitu dingin dan manis sungguh membuat kerongkongan Ainul kembali basah dan mEnghilangkan rasa dahaga yang
Ainul masuk ke dalam sekolah dengan perasaan marah terhadap Adzan. Kedua kakak adik itu biasanya selalu akur dan harmonis. Tapi, kini keduanya bagai kucing dan anjing yang siap menerkam satu sama lain.Adzan yang begitu sayang pada AInul terlalu posesif. Ainul yang sedang tertimpa masalah juga egois menyembunyikan masalahnya itu sendirian saja tanpa ingin diketahui oleh siapapun."Ainul? Kamu kenapa kemarin gak masuk? Dipanggil guru BK katanya ingin susulan kapan?" ucap teman Ainul yang memberikan informasi langsung dari gurunya."Oh oke. Makasih ya, Vin. Aku kesana sekarang," ucap Ainul yang merasa ada sesuatu yang tak beres. Dadanya bergemuruh dan perasaannya tiba -tiba menjadi tidak enak.Ainul mengetuk pintu ruangan BK dan dari dalam terdengar sahutan Bu Eri yang menyuruhnya segera masuk."Masuk!""Maaf Bu. Ibu panggil Ainul?" tanya Ainul kemudian."Ohh Ainul? Iya. Ibu cari kamu. Sini masuk. Kemarin kamu tidak masuk kenapa? Tidak ada permohonan ijin atau surat keterangan sakit dar
Keesokan paginya, Adzan tetap merencanakan semua apa yang telah ia rencanakan bersama anak panti untuk mengikuti Ainul kemana pun perginya seharian ini. Adzan sudah duduk manis disalah satu kursi makan sambil menikmati sarapan paginya. Pikiran Adzan jelas sedang bercabang sejak kemarin. Kenapa dihari penentuan nasibnya untuk lulus malah dihadapkan pada masalah besar seperti ini.Sean sudah masuk ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama ketiga buah hatinya. Fatima menyusul dengan wajah serius dan Ainul belum nampak sama sekali batang hidungnya. Ada perasaan penasaran dihati Adzan dan ingin menghampiri Ainul ke kamar gadis itu. Tapi Adzan tetap berusaha tenang dan tidak tereburu -buru dengan segala egonya. Ia tidak ingin membuat Pinka, Uminya menjadi khawatir. Perempuan setengah baya itu terlalu peka untuk urusan kecil seperti ini."Mi ..," panggil Abi setelah menyeruput kopi hitam.Pinka pun masuk ke ruang makan sambil tergopoh -gopoh dan membawa telor dadar di piring besar."Iya Bi?