Share

Pengkhianatan

Penulis: Beelovers
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-18 06:47:22

"Ohhh ... Aku pikir apa?" ucap Arka pelan.

Zella masih menggendong Gea sambil menepuk -nepuk bokong gadis kecil itu penuh kasih sayang.

Sesekali, Zella menatap jam tangannya untuk melihat waktu saat ini. Besok adalah acara anniversarynya, jadi usahanya tidak boleh gagal sama sekali. Perusahaan yang baru ia rintis juga tidak boleh di ketahui oleh Marcell, suaminya.

"Kenapa? Kamu kayak gelisah? Kalau sibuk, silahkan pulang duluan, biar Gea aku gendong," ucap Arka pada Zella.

"Gak apa -apa? Aku ada perlu soalnya," ucap Zella merasa tak enak.

"Gak apa -apa. Gea itu putriku, jadi tak masalah. Aku sudah biasa mengurusnya sendiri sejak Gea bayi," ucap Arka penuh keyakinan.

"Mengurus sendiri? Istrimu?" tanya Zella dengan cepat karena penasaran.

Arka memejamkan kedua matanya sebentar dan membuka kedua matanya kembali. Rasanya malas untuk membahas istrinya yang menurutnya sangat tidak baik itu. Bisa -bisanya ia meninggalkan bayinya sendiri di rumah sakit setelah melahirkan dan pergi entah kemana.

"Ceritanya sangat panjang Zella," jawab Arka sengaja menutup aib rumah tangganya sendiri.

Zella mengangguk paham dan tidak memaksa sama sekali untuk menjawab pertanyaannya apalagi harus menceritakan secara detail tentang rumah tangganya.

"Oke baiklah. Aku juga tidak memaksa. Maaf kalau sudah kepo sama urusan kamu, Arka. Aku pergi dulu, ini Geanya," ucap Zella berpamitan untuk mengundurkan diri.

"Iya. Teriam kasih sudah menjaga Gea. Hati -hati di jalan," ucap Arka dengan senyum ramah yang sangat manis sekali.

Zella pun membalas senyuman Arka dan mengangguk kecil.

"Kamu juga hati -hati, jaga Gea dengan baik. Dia anak yang sangat manis sekali," ucap Zella lembut lalu pergi meningalkan restaurant itu menuju perusahaan barunya.

***

"Bu Zella, Perusahaan mendapatkan laba yang sangat banyak sekali. Kita perlu masuk ke setiap perusahaan untuk menawarkan promosi?" tanya Galih pelan. Galih adalaha orang kepercaayaan Marcell namun berkhianat karena ada sesuatu masalah diantara keduanya.

"Nanti kita adakan rapat," ucap Zella pelan sambil mencari -cari cara untuk mendongkrak omset bulanan yang belum mencapai target.

"Ibu Zella kenapa mebangun usaha sendiri? Bukankah usaha Pak Marcell juga sudah maju pesat?" tanya Galih kemudian merasa penasaran.

"Karena aku mau mandiri. Aku tidak mau bergantung dengan marcell, suamiku," ucap Zella tegas tanpa menjelaskan apapun yang terjadi dalam pernikahannya. Zella bukan tipe wanita yang suka berkoar -koar tentang masalahnya. Dia memilih diam dan melakukan sesuatu melalui tindakannya, seperti saat ini yang Zella lakukan.

Galih mengangguk kecil dan tersenyum penuh arti.

"Biasanya wanita yang menginginkan suatu kemandirian, dia adalah wanita yang sedang menutupi kekecewaannya," ucap Galih sok tahu.

"Itu menurut pandangan laki -laki. Menurutku bukan itu permasalahannya. Aku hanya ingin mandiri, agar aku bisa mengelola bisnis juga. Lelaki itu ibarat barang, dia hanya titipan. Titipan Tuhan, untuk aku. Namanya titipan tentu akan diambil sewaktu -waktu yang terkadang kita sendiri terkejut dan merasa kehilangan. Ya, kalau gak mati pasti akan di ambil pelakor kan?" ucap Zella santai tanpa menuduh.

Galih tertawa keras sampai terbahak -bahak.

"Jadi, Bu Zella sudah tahu?" tanya Galih dengan cueknya.

Kedua mata Zella membola seolah ia kaget dengan ucapan Galih. "Tahu apa?" tanya Zella penasaran.

"Tahu soal Pak Marcell?" ucap Galih seperti orang kelepasan bicara.

"Marcell? Ada apa dengan Marcell?" tanya Zella bingung.

"Ekhemmm ... Tidak ada apa -apa. Lupakan saja, Bu Zella," ucap Galih sedikit gugup.

Galih dan Marcell tetaplah bersahabat. Galih tidak mungkin mengumbar aib Marcell selama ia di percaya sebagai tangan kanannya.

"Kamu telah membuatku penasaran, Galih," ucap Zella sambil menyipitkan kedua matanya seolah ia benar -benar sedang penasaran.

"Maafkan aku, Bu Zella," ucap Galih pada Zella.

"Lih ... Besok kan acara anniversaryku sama Marcell. Kita bikin perayaan di sini. Kita pesan makanan dan makan bersama. Gimana? Setuju gak?" tanya Zella pada Marcell.

"Boleh saja. Kami tidak di undang ke acara itu?" tanya Galih.

"Kalian mau di tanya Marcell? Sekarang kalian bekerja dimana? Kita sudah punya kontrak untuk tidak membeberkan rahasia ini sampa kapan pun," ucap Zella pada Galih.

"Oke. Baiklah," ucap Galih penuh semangat.

***

"Papah? Mamah mana?" tanya Gea yang tiba -tiba saja menangis histreis saat terbangun dari tidurnya dan hanay melihat Papahnya saja.

Arka yang sedang menelepon seseorang pun terganggu. Nanny Gea pun langsung mengangkat Geauntuk dipangku seperti biasa. Namun, Gea malah makin histeris hingga saluran pernapasannya terhambat. Gea sesak anpas.

Arka mematikan ponselnya dan langsung menyuruh supir untuk menggati arah tujuannya ke rumah sakit. Gea seperti orang sekarat. Arka sangat khawatir dengan kondisi Gea.

"Apa yang terjadi pada anak saya, dok?" tanya Arka yang terlihat cukup panik.

"Tidak apa -apa. Semuanya aman saja. Tidak ada yang perlu di risaukan," ucap dokter itu masih memeriksa Gea yang sudah lebih tenang.

"Ohhh ... Syukurlah," jawab Arka lebih tenang.

"Gea sudah bisa di bawa pulang kalau sudah terbangun. Dia memiliki sedikit gangguan kecemasan. Jika cemas berlebihan ia akan menangis hiseris dan sesak. Jaga emosinya agar tetap stabil," ucap dokter itu menjelaskan.

"Gangguan kecemasan? Dia masih kecil, dok," ucap Arka merasa tak yakin dengan apa yang di ucapkan dokter itu.

"Kecemasan biar mengenai siapa saja. Tidak usia dewasa atau anak kecil, ini di timbulkan dari rasa tak nyaman dan emosi hingga muncul rasa cemas yang brelebihan," ucap doketr itu pada Arka.

Arka hanya mengangguk kecil memahami setipa penjelasan dokter itu.

"Baiklah dokter. Saya akan lebih menjaga emosi Gea," ucap Arka pada dokter itu.

"Ya. Itu yang sebaiknya kamu lakukan. Saya permisi dulu. Masih ada pasien lainnya," ucap dokter itu berpamitan.

***

"Argh!! Kenapa setiap hari omset tidak mencapai target!! Pelanggan yang biasanya memesan pun perlahan mulai nenghilang bagai di telan bumi," ucap Marcell keras sambil menggebrak meja.

"Sabar dong sayang," ucap Aluna yang berusaha menyemangati Marcell. Aluna berdiri di belakang Marcell dan memeluk lelaki itu sambil menciumi pipi Marcell.

Tangan Aluna memeluk dada Marcell dari arah belakang dan sesekali keningnya di satukan dengan kepala Marcell.

"Hemmm ... Aku sudah sabar, Luna. Aku hanya tidak ingin besok malam bakal banyak pertanyaan seputar usaha aku ini. Bagaimana aku menjawabnya?" ucap Marcell mulai gusar.

"Jawab saja apa adanya. Persaingan begitu ketat semenjak ada perusahaan baru di kota besar. Siapa sih pemilik perusahaan itu?" tanya Aluna jadi penasaran sendiri.

Marcell masih terdiam di kursinya sambil melipat tangannya di meja kerjanya.

"Ke Cafe yuk? Kita minum? Biar kamu fresh lagi," pinta Aluna pada Marcell.

"Boleh. Tapi puaskan aku semalaman," pinta Marcell bernegosiasi.

"Tanpa kami minta pu, aku sudah pasti melayanimu, Cell," ucap Aluna mencium pipi Marcell berulang kali.

Marcell pun menarik tubuh Aluna dan memangkunya diatas kedua paha Marcell dan menjepit tubuh Aluna diantara tubuhnya dan meja.

"Sepertinya bibirmu sedang perlu nutrisi bukan?" tanya Marcell sambil mencium bibir Aluna dengan gemas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Queen Janda Pirang   TAMAT

    Itulah Adzan. Lelaki pemberani dan kuat yang tak akan menyerah dalam situasi apapun. Adzan adalah lelkai yang menjaga harga diri keluarganya. Baginya keluarga adalah prioritasnya. Barang siapa yang mengganggu keluarganya, maka akan berhadapan dan berurusan dengan dirinya.Adzan sudah mematika mesin motornya dan turun masuk ke dalam gedung tua. Disana terlihat Marko sedang bersantai dan minum -minuman keras bersama komplotannya."Marko!! Kamu apkan Ainul!!" ucap Adzan dengan suara yang begitu keras dan lantang. Adzan masuk ke dalam gedung sendirian. Reza dan teman -temannya bersembunyi di tempat lain sesuai arahan Adzan tadi.Marko meletakkan botol minumannya di atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan berani. Kedua matanay menyipit dan emnatap tajam ke arah Adzan."Kamu? Adzan bukan?" tanya Marko dengan suara tak kalah lantang.Sebagai pemimpin genk motor, Marko tak boleh terlihat lemah didepan anak buahnya. Apalagi yang datang adalah orang asing

  • The Queen Janda Pirang   seratustujuhbelas

    "Umi kenapa sih, Kak?" tanya Ainul pada Adzan yang sambil mencuci piring. Adzan sedang mengelap meja makan dan menutup smeua sisa makanan denagn tudung saji."Umi cuma lelah aja. Cepat Ainul, kamu juga harus istirahat terus belajar. Besok hari terakhir ujian. Kmau harus semangat," titah Adzan lalu menyapu ruang makan dan menyeruknya dan membuang sampah."Iya Kak. Oh ya, Memang Kakak mau ke Mesir juga?" tanya Ainul lembut sambil mencuci tangannya setelah selesai mengerjakan tugasnya."Iya. Biar mimpimu kamu tidak terhenti," ucap Adzan kemudian lalu membuatkan susu untuk Ainul.Adzan memberikan susu itu pada AInul dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam kamar. Adzan juga masuk ke dalam kamarnya dan belajar untuk hari terakhir ujian.***Pagi ini, suasana rumah sudah kembali seperti biasa. Pinka dan Sean hanay membeli makanan dari ujung gang rumahnya. Hari ini, Sean ingin memanjakan istrinya agar tidak memasak dan membiarkan membeli semuanya."Tumben makanannya begini," ucap Fatima menatap

  • The Queen Janda Pirang   seratusenambelas

    Satu jam sudah Ainul bercerita tentang semuanya. Tak ada satu cerita pun yang di lewatkan oleh Ainul. Awal mula cerita tentang Marko dan ancaman Marko hingga Ainul bisa terjebak dalam kehidupan malam MArko.Adzan terdiam sesaat. Ia mencari solusi yang tepat dan cara untuk bicara denagn baik tanpa menimbulkan masalah baru bagi Ainul."Jadi benar itu anak Marko?" tanya Adzan pada AInul yang mengangguk pasrah sambil menunduk.Kedua mata Ainul sudah basah dan tak bisa lagi membendung air mata itu. Adzan memebrikan sapu tangannya kepaad Ainul."Ini ... Hapuslah air mata kamu. Jangan bersedih Ainul. Semua yang sudah terjadi itu adalah takdir. Sekarang bagaiaman kita menyikapi maslaah itu sebagai ujian dan pendewasaan. Ada Kakak, kita bisa cari solusi bersama. Kamu sekarang maunya gimana?" tanya Adzan pada Ainul.Ainul sedang menghapus air matanay dan cairan dari hidung yang keluar begitu saja. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Adzan dengan malu. Wajaah Ainul sudah memerah karena menahan

  • The Queen Janda Pirang   seratuslimabelas

    Adzan tetap setia menunggu Ainul didepan ruang BK. Setelah mencari tahu, ternyata Ainul sedang mengerjakan ujian kemarin yang memang tidak dikerjakan karena tidak masuk.Adzan sudah menyuruh beberapa teman- temannya di Panti untuk mencari tahu keberadaan Marko. Ada kabar berita yang cukup membuat Adzan terkejut.Satu jam kemudian Ainul keluar dari ruang BK dengan wajah lesu dan tubuh yang etrlihat lemas. Adzan menyodorkan susu kotak untuk IAnul setelah melihat Ainul keluar dari ruang BK."Minumlah biar tubuhmu gak lesu begitu. Kasiha janinmu," bisik Adzan pada Ainul.Ainul menatap Adzan yang tidak menatap Ainul dan hanya menyodorkan susu kotak tanpa harus menatap adiknya. Adzan tak tega melihat wajah Ainul yang begitu terlihat kelelahan."Makasih," jawab Ainul pasrah. Ia menerima susu kota itu dan menancapkan sedotan dilubang kotak itu dan menyeruput nikmat. Susu strawberry yang begitu dingin dan manis sungguh membuat kerongkongan Ainul kembali basah dan mEnghilangkan rasa dahaga yang

  • The Queen Janda Pirang   seratusempatbelas

    Ainul masuk ke dalam sekolah dengan perasaan marah terhadap Adzan. Kedua kakak adik itu biasanya selalu akur dan harmonis. Tapi, kini keduanya bagai kucing dan anjing yang siap menerkam satu sama lain.Adzan yang begitu sayang pada AInul terlalu posesif. Ainul yang sedang tertimpa masalah juga egois menyembunyikan masalahnya itu sendirian saja tanpa ingin diketahui oleh siapapun."Ainul? Kamu kenapa kemarin gak masuk? Dipanggil guru BK katanya ingin susulan kapan?" ucap teman Ainul yang memberikan informasi langsung dari gurunya."Oh oke. Makasih ya, Vin. Aku kesana sekarang," ucap Ainul yang merasa ada sesuatu yang tak beres. Dadanya bergemuruh dan perasaannya tiba -tiba menjadi tidak enak.Ainul mengetuk pintu ruangan BK dan dari dalam terdengar sahutan Bu Eri yang menyuruhnya segera masuk."Masuk!""Maaf Bu. Ibu panggil Ainul?" tanya Ainul kemudian."Ohh Ainul? Iya. Ibu cari kamu. Sini masuk. Kemarin kamu tidak masuk kenapa? Tidak ada permohonan ijin atau surat keterangan sakit dar

  • The Queen Janda Pirang   seratustigabelas

    Keesokan paginya, Adzan tetap merencanakan semua apa yang telah ia rencanakan bersama anak panti untuk mengikuti Ainul kemana pun perginya seharian ini. Adzan sudah duduk manis disalah satu kursi makan sambil menikmati sarapan paginya. Pikiran Adzan jelas sedang bercabang sejak kemarin. Kenapa dihari penentuan nasibnya untuk lulus malah dihadapkan pada masalah besar seperti ini.Sean sudah masuk ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama ketiga buah hatinya. Fatima menyusul dengan wajah serius dan Ainul belum nampak sama sekali batang hidungnya. Ada perasaan penasaran dihati Adzan dan ingin menghampiri Ainul ke kamar gadis itu. Tapi Adzan tetap berusaha tenang dan tidak tereburu -buru dengan segala egonya. Ia tidak ingin membuat Pinka, Uminya menjadi khawatir. Perempuan setengah baya itu terlalu peka untuk urusan kecil seperti ini."Mi ..," panggil Abi setelah menyeruput kopi hitam.Pinka pun masuk ke ruang makan sambil tergopoh -gopoh dan membawa telor dadar di piring besar."Iya Bi?

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status