"Jangan berteriak. Gedung ini sudah di kepung dan tersisa hanya kita berdua. Mau berteriak sekears apapun, kamu tidak akan bisa lari dari kenyataan ini," ucap Sean denagn senyum smirknya.Dengan cepat Sean melepas dress milik Pinka hingga tubuh mungil dan polos Pinka terlihat jelas di depan mata Sean. Ini bukan kali pertamanya Sean menatap indah tubuh Pinka, dan terulang kembali kejadian kemarin dan Sean terpesona kembali dengan lekukan tubuh indah itu.Gulungan daging penuh urat itu terus mengembang sempurna tegak lurus. Iman Sean kalah dengan sensasi luar biasa ini. Sean terkenal sebagai lelaki tegas, galak, dingin dan sangat kaku. Ia sudah biasa mengambil kesempatan seperti ini untuk mengecoh lawannya. Tapi, entah kenapa di depan Pinka ia begitu berani membuka semua tubuhnya tidak seperti pada wanita lain yang ingin ia tangkap.Awalnya Sean hanya ingin memberikan pelajaran pada Pinka, tapi ia sendiri malah terjebak pada cinta pandangan pertama pada sang purel cantik.Pinka sudah di
Lamunan Pinka memikirkan nasib teman -temannya yang terkena razia dan di bawa dinas sosial. Bagaimana nasib anak dan orang tua mereka?Tok ... Tok ... Tok ...Pinka menoelh ke aeah kaca jendela yang ada di samping dan menatap lelaki tadi yang membantunya. Pinka membuka kembali kaca jendela mobilnya dan emnatap lelaki itu yang sudah tersenyum lebar."Ada apa lagi? Kau ingin istirahat," ucap Pinka sambil menekan tombol kaca jendelanya naik ke atas lagi."Sebentar cantik. Saya hanya ingin memberikan ini saja, takutnya kamu lapar," ucap lelaki itu tersenyum manis sambil memberikan satu kantung plastik untuk Pinka yang berisi makanan dan minuman."Ini apa?" tanya Pinka menerima kantung plastik itu."Itu hanya makanan dan minuman. Buka saja, tapi saya tidak tahu selera kamu seperti apa," ucap lelaki itu kembali tersenyum. Sepertinya lelaki itu tertarik dan kagum dengan pesona Pinka yang memang terlihat cantik walaupun sebagian wajahnya tertutup masker."Ohhh ... Iya terima kasih," ucap Pink
Pinka hanya bisa melihat punggung Sean yang hilang di sudut ujung jalan gelap itu. Tanpa berpamitan dan tanpa bicara apapun Sean pergi begitu saja meninggalkan Pinka. Pinka mmebuang wajahnya ke arah lain dan mengumpat kesal sekali."Dasar lelaki aneh!! Gak tahu diri!!" umpat Pinka berkali -kali. Makin kesini Pinka makin penasaran dengan sosok Sean. Tak hanya itu, Pinka juga penasaran dengan gadis yang bernama Zahra. Siapa sebenarnya gadis itu? Ada hubungan apa sebenarnya antara Zahra dan Sean?Sean memilih berjalan melalui lorong sepi itu dan bergabung lagi dengan teman -temannya yang bersiap meruntuhkan bangunan kafe tersebut. Bangunan yang kokoh dan permanen itu akan di runtuhkan secara bersamaan. Sean hanya tersenyum smirk karena bahagia. Setidaknya Pinka tidak akan pernah lagi kembali ke tempat ini dan bekerja lagi sebagai Purel.Sudah lama Sean mencari jejak Pinka dan pada akhirnya mengetahui tepat keberadaan gadis kecil yang ia hindari dulu karena ia sedang mearsa sedih. Sean be
Sean sudah selesai dengan urusan pembongkaran kafe di sekitar lokasi kolong barbie. Sean memerintahkan anak buahnya untuk segera meruntuhkaan semua bangunan itu jangan sampai ada yang tersisa. Sean kembali lagi ke mobilnya dan menghadap atasannya. Setelah ini, Sean akan cuti selama seminggu untuk urusan pribadinya.Sean masuk ke dalam mobil, tak ada Pinka di jok sebelahnya. Lalu Sean menengok ke belakang dan Pinka ada disana. Tubuhnya sudah tertutup selimut dan hanya menampilkan wajahnya saja yang masih tertutup kain sorban yang di jadikan sebagain penutup kepala Pinka. Manis sekali gadis itu, terlihat sangat neynyak sekali tidurmya. Sean tak berani membangunkannya dan memilih melanjutkan aktiviatsnya bertemu sang atasan untuk laporan terakhir.Setelah sampai di kantor polisi, Sean memarkirkan mobilnya di parkiran khusus. Mematikan mesin mobilnya dan membuka sedikit kaca mobil dibagian penumpang untuk sirkulasi udara agar Pinka tak kekurangan oksigen.Sean membuka pintu mobilnya dan
Kyai itu mendengarkan penjelasan panjang lebar Sean mengapa ia bersikeras ingin menikahi Pinka."Baiklah. Saya paham dengan masalah kamu. Jadi, mau kapan kalian menikah? Pagi ini juga?" tanya Kyai itu pada Sean."Ya ... Lebih cepat lebih baik. Biar saya tidak merasa berdosa karena telah menyentuh gadis itu tanpa senagja," ucap Sean mantap."Panggil calon pengantin perempuannya kemari. Ada yang ingin saya tanyakan juga," ucap Kyai itu menitah Sean untuk memanggil Pinka.Sean menoleh ke arah Pinka yang masih menggunakan mukena putih lalu memanggil gadis itu denagn suara lembut."Pinka!! Sini!!" panggil Sean pada Pinka.Pinka mengangkat wajahnya dan emnatap ke arah Sean lalu mengangguk kecil saat Sean melambaikan tangannya untuk datang menghampiri lelaki gagah itu. Tanpa banyak pertanyaan, Pinka langsung berdiri dan menghampiri Sean dan duduk tepat di samping Sean."Ada apa Kak?" tanya Pinka sopan sekali."Ini Pak Kyai yang akan menikahkan kita pagi ini. Kakak sudah menceritakan semua ya
Setelah pengucapan ijab kabul Sean pada Kyai tersebut, Pinka pun di hadirkan di dalam masjid oleh istri Kyai.Sean menatap Pinka yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya putih tulang dengan kain batik panjang. Rambutnya yang tertutup hijab dan kepalanya di hiasi ronce melati sederhana."Cantik sekali kamu Pinka," ucap Sean di dalam hati begitu memuji Pinka.Pinka terus berjalan hingga ke tengah masjid dan duduk tepat di samping Sean. Hari ini benar -benar menjadi hari bahagia bagi Pinka. Walaupun Pinka belum tahu setelah ini kehidupannya akan seperti apa? Setidaknya Pinka bisa menjauhi kehidupan malam yang pernah menenggelamkan dirinya dalam baluran dosa berat.Pinka sudah duduk bersimpuh di samping Sean dengan di bantu oleh istri Kyai merapikan pakaiannya. Kini keduanya duduk saling berhadapan dan Pinka langsung menarik tangan kanan Sean dan mencium punggung tangan Sean dengan sikap hormat untuk meminta ridho karena dirinya telah SAH menjadi istri Sean.Sean tersenyum bahagi
Pinka hanya bisa terdiam dan menunduk. Sakit sekali rasanya dada ini. Baru saja, hatinya berbunga -bunga karena pernikahan mendadak yang membuat Pinka bahagia, dan menganggap Sean adalah sosok lelaki idaman yang sangat bertanggung jawab karena memiliki pondasi agama yang baik dan sangat kuat. Tapi, kenyataannya saat Pinka sedang bahagia terbang di atas awan, kata -kata Sean seolah berubah menjadi awan hitam yang meneggulungkan ombak angin dan membuat Pinka terjatuh seketika.Kedua mata Pinka basah, air matanya sesak berada di kelopak matanya. Pinka menhan air mata itu jangan sampai jatuh hanya dengan satu kedipan mata saja. Jangan sampai Sean merasa bangga melihat kesedihan dan kekecewaan Pinka saat ini."Kenapa diam?" tanya Sean melirik ke arah Pinka yang terus menunduk. Wajah cantiknya tertutup oleh rambut panjangnya yang berwarna hitam legam. Sean terus mereamt jari jemari Pinka. Sean sudah tak ragu untuk menyentuh Pinka, karena memang keduanya sudah menjadi pasangan yang halal.Pi
Sepanjang perjalanan, Pinka diam terbungkam. Kepalanya penuh pertanyaan dan segala overthinkingnya. Tidak ada yang bisa di salahkan dalam perjalanan takdirnya. Sean dan Zahra sudah saling mengenal lebih dulu di bandingkan dirinya, walaupun akhirnya Sean memutuskan untuk menikahi Pinka karena suatu alasan yang masuk akal."Kenapa diam saja? Kamu lapar? Kita makan dulu?" tanya Sean lembut sambil memegang tangan Pinka dan mnegusap punggung tangan Pinka denagn ibu jarinya. Satu tangan Sean fokus memegang setir mobil dan kedua matanya sesekali melirik ke arah Pinka.Entah pesona apa yang di berikan Pinka, hingga Sean begitu luluh pada gadis purel tersebut. Mungkin kalau di bandingkan Zahra tidak beda jauh. Zahra pun sama cantiknya.Tangan kiri Pinka menumpuk di atas tangan Sean dan tersenyum manis ke arah suaminya dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar milik Sean. Pinka nampak sangat manja sekali menggelayut miring. Sean pun juga nampak senang tanpa ada rasa keberatan sama sekali. Tang