Akhtar duduk di sofa cafe, dia perhatikan Vienza sedari tadi hanya diam.
Wanita itu hanya tersenyum seadanya dan tidak banyak bicara, bahkan gurauan Akhtar yang biasa membuatnya merona kini Vienza seperti tidak mendengarkan apa pun perkataan Akhtar.Vienza sendiri duduk termenung tanpa dia sadarai Akhtar memperhatikannya sedari tadi. Jika kalian mengira Vienza sudah bisa melupakan Ghafur maka jawabannya salah.Tidak sedikit pun dia melupakan pria itu, dia hanya mengikuti apa yang disarankan adiknya, dan dia ingin Ghafur menjauh darinya.Tapi saat Ghafur menatapnya dengan tatapan kecewa dirinya malah sangat ingin memeluk ghafur dan bersama pria itu saat ini. Ghafur pasti sangat hancur melihat kemesraannya dengan akhtar tadi.Meski tidak dipungkirinya kalau dia pun merasa sangat nyaman didekat Akhtar dan perasaan menggebu setiap akhtar menyentuhnya selalu dia rasakan.Satu sisi dia ingin hidup tenang bersama Akhtar tapi satu sisi dalam hatinya mengatAkhtar duduk berhadapan dengan Vienza yang memakai piyama merah.Mereka duduk diteras depan bungalow sambil menikmati sunset.Sebelum memulai cerita tentang dirinya Akhtar mengambil sebotol anggur dan juga beberapa camilan didalam lemari es. Akhtar memang lapar karena di cafe tadi dia tidak sempat makan apa pun, dia hanya meminum kopi hitamnya. Perlu dicatat kalau Akhtar adalah penikmat kopi hitam, itu yang dapat diketahui Vienza tentang Akhtar selama mereka bersama beberapa waktu ini. "Jadi, ada berapa mantan pacar mu Pangeran?" Akhtar tersenyum geli karena Vienza tidak sabaran mendengar berapa mantan pacarnya. "Aku memiliki dua mantan pacar, yang pertama saat aku masih remaja. Dia anak dari salah satu pengusaha kaya di Wieldburg. Tapi saat kami melakukannya ternyata dia sudah sering melakukan hal itu kepada pria lain."Vienza terkejut bukan main saat Akhtar mengatakan kalau saat remaja dia sudah menyentuh wanita."Jangan berpikir b
Vienza tidak melihat ponselnya saat dia bangun dipagi hari.Setelah dia mandi dan sholat subuh, dia menyiapkan sarapan untuk Akhtar dan dirinya. Sore ini mereka akan ke New york dan Vienza ingin memberikan kejutan untuk adiknya tercinta itu. Akhtar bangun, dia berjalan ke pantry mencium bahu Vienza sambil memeluknya. Mandi dulu, lalu kita sarapan bersama. Akhtar tidak beranjak pergi, dia masih terus menciumi leher Vienza. "Ah.. Aku lupa sayang. Tadi ibundamu menelpon dia menyuruhmu menelpon balik." Vienza lalu melepaskan pelukan Akhtar dia bermaksud ingin mengambil ponselnya. Tapi Akhtar menahan tubuhnya. "Mau kemana sayang?" Akhtar menyentuh bibir Vienza. Membuat Vienza menginginkan hal yang sama. "Ehm... Akhtar aku ingin menelpon ibunda." Akhtar memberikan ponselnya dan dia duduk dimeja bar memakan roti bakar selai kacang yang dibuatkan Vienza. "Tadi ibunda mu menelpon ke ponselku sayang, dia bilang ponse
Vienza dan Akhtar sampai di New York. Mereka masih bersama Fasya dan Aurel yang memang menyukai pertunjukan Fashion show yang diadakan Victoria Secret itu. Fasya bahkan hampir tidak pernah absen untuk melihatnya. Vienza melihat Ghafur yang berjalan didepan mereka menemui receptionist hotel, mereka memang akan menginap di Redd'z Hotel karena memang acaranya juga diadakan di hotel bintang tujuh ini. Vienza tahu ini adalah salah satu Hotel milik Paman nya, Aldrich."Ayo," suara Akhtar membuat Vienza berhenti mengamati lobby hotel ini. Mereka berjalan bersama dengan didampingi para pengawal dibelakang mereka. Vienza bahagia saat mereka ternyata mendapat bangku diurutan paling depan. Suasana sangat ramai dan Vienza menjadi perhatian semua orang untuk beberapa saat. Karena ini pertama kalinya Vienza dan Akhtar berada didepan publik, ada beberapa kamera yang mengambil secara diam-diam foto mereka. Akhtar sangat tahu kalau besok berita dirinya dan Vienza a
Vienza berjalan sendiri di trotoar, ponselnya berdering untuk kesekian kalinya. Tapi dia tetap tidak mahu mengangkat panggilan dari Akhtar itu. Vienza tidak marah, hanya saja dia sedikit kecewa karena Akhtar tidak mengelak saat putri dari moskow itu mencium nya. Tunggu apakah dia cemburu? Vienza menghentikan langkah kakinya. Oh tidak mungkin, pasti ini cuma kesal karena Akhtar tidak mengelak tadi. Vienza kembali melangkah, dari jauh dia dapat mendengar teriakan seseorang. Vienza memilih melihat siapa yang memanggilnya dari sebrang jalan. Ternyata Akhtar dan juga Zia yang memanggilnya. Vienza diam ditempatnya, deru nafas Akhtar dan Zia yang berlari menyebrang jalan terdengar olehnya. Dilihatnya Zia memasang wajah galak dan Akhtar terlihat lelah dan khawatir. "Kau kemana saja kak, kami sudah hampir dua jam mencarimu. Pangeran Akhtar bahkan tidak berhenti menelponmu." Akhtar yang disebut-sebut memilih menggenggam tangan Vienza.
Vienza bangun dari tidurnya pagi hari ini dengan pegal-pegal yang masih terasa ditubuhnya. Setelah melakukan perjalan yang cukup panjang akhirnya kemarin malam mereka sampai di istana Wieldburg. Akhtar langsung menyuruh Vienza beristirahat sedangkan Akhtar kembali keruang kerjanya dan kembali ke kamar Vienza saat tengah malam hanya sekedar mencium kening Vienza. Lalu kembali kekamar milik nya sendiri. Vienza tahu hal itu karena dia pura-pura tidur saat Akhtar mencium keningnya. Dia tidak suka Akhtar tidur dikamarnya sendiri dan dia dikamarnya sendiri,tapi apa boleh buat. Setidaknya Akhtar masih memperhatikannya, dari pada seperti dulu. Vienza berjalan masuk kedalam kamar mandi, berendam sambil seluruh tububnya dioleskan lulur oleh pelayan. Vienza memejamkan matanya untuk merilekskan tubuhnya. Vienza membuka matanya saat menyadari kalau pelayan yang mengoleskan lulur ditubuhnya berhenti. Pantas saja pelayan itu berhenti melakukan tugasn
Penyematan Akhtar sebagai Raja Wieldburg berjalan dengan sangat hikmat. Seluruh orang-orang penting hadir termasuk keluarga Vienza. Saat Akhtar dimahkotai oleh ayah mertua Vienza, semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Vienza juga mendapatkan gelar sebagi Ratu sekaligus permaisuri dikerajaan Wielburg. Rakyat Wielburg terutama kota Gioveni ibukota Wieldburg ikut merayakan hari besar ini. Ada pesta yang diadakan dilapangan terbuka kota Gioveni, mereka yakin Akhtar mampu membuat Wieldburg semakin disegani dan akan lebih maju dari ini. Suasana didalam kerajaan berjalan lancar, acara resmi sudah berlalu. Vienza dan Akhtar sudah mengucapkan sumpah mereka, sebagai Raja dan Ratu yang baru. Zira dan Alvian terharu karena Vienza terlihat begitu serasi dengan Akhtar, dan anaknya itu terlihat bahagia. Alvian tidak menyesal menikahkan Vienza dengan Akhtar, Alvian dan Zira dapat melihat rona merah diwajah Vienza saat Akhtar mencium tangannya didepan semua orang.
Aku selalu memikirkan mu setiap detik, bahkan hingga saat ini pun aku masih mengingat senyummu. Kau harus tahuAku tidak pernah membencimu Viza, aku berdoa semoga kau bahagia bersama sahabatku. Aku tahu Akhtar sudah mulai jatuh cinta padamu, meski dia menolak mengakui perasaannya. Berbahagialah... Aku selalu mencintaimu...... Vizaku. Pesan dari Ghafur untuk Vienza terus membuat Akhtar merasa seperti kecolongan.Sahabatnya ternyata adalah adiknya, dan istrinya ternyata adalah kekasih adiknya sendiri.Akhtar tahu betul jika Ghafur sangat mencintai kekasihnya dan itu berarti Ghafur sangat mencintai Vienza istrinya.Inikah alasan Vienza tidak bisa berkata terus terang saat Akhtar mencoba bertanya kepadanya tentang kekasihnya.Akhtar meninju jendela diruang kerjanya yang membuat penjaga diluar pintu masuk melihat.Dengan tangan yang berlumur darah dia mencari Vienza dan keluar dari ruang kerjanya.Sesak di dadanya sangat membuat frusta
Vienza sedang di rawat dirumah sakit karena demam yang cukup tinggi dan juga penyakit magh nya kambuh. Itu yang menyebabkan Vienza sesak nafas, dan panas badannya yang terlalu tinggi membuatnya mimisan. Akhtar langsung kembali ke istana setelah dokter memberi tahu kondisi Vienza. Hanya mahira yang sekarang menemani Vienza. Vienza menolak untuk memberitahukan kepada kedua orang tuanya karena ini hanya sakit biasa. Sudah satu hari dia dirawat dan Akhtar tidak datang untuk melihatnya. Vienza merasakan ada sesuatu yang berbeda didalam dirinya. Tapi entah apa, atau mungkin hanya perasaan nya saja. "Ratu, anda sudah bisa kembali ke istana siang ini." Mahira datang dan membawa kabar bahagia bagi Vienza. "Aku sangat lega mendengarnya Putri. Terimakasih sudah menemaniku." Mahira tersenyum hangat dan menelpon seseorang. Ada apa Mahira. Aku sedang sibuk, "Istrimu akan pulang siang ini juga. Apa kau akan menjemputnya?" Aku