Vienza sedang di rawat dirumah sakit karena demam yang cukup tinggi dan juga penyakit magh nya kambuh.
Itu yang menyebabkan Vienza sesak nafas, dan panas badannya yang terlalu tinggi membuatnya mimisan.Akhtar langsung kembali ke istana setelah dokter memberi tahu kondisi Vienza.Hanya mahira yang sekarang menemani Vienza. Vienza menolak untuk memberitahukan kepada kedua orang tuanya karena ini hanya sakit biasa.Sudah satu hari dia dirawat dan Akhtar tidak datang untuk melihatnya.Vienza merasakan ada sesuatu yang berbeda didalam dirinya. Tapi entah apa, atau mungkin hanya perasaan nya saja."Ratu, anda sudah bisa kembali ke istana siang ini."Mahira datang dan membawa kabar bahagia bagi Vienza."Aku sangat lega mendengarnya Putri. Terimakasih sudah menemaniku."Mahira tersenyum hangat dan menelpon seseorang.Ada apa Mahira. Aku sedang sibuk,"Istrimu akan pulang siang ini juga. Apa kau akan menjemputnya?"AkuVienza melihat dari jendela kamarnya banyak orang berlalu lalang seperti sangat sibuk. Dia heran dengan apa yang terjadi, saat Vienza ingin bergerak melangkah kram diperutnya mulai dia rasakan lagi. Akhir-akhir ini tubuhnya memang selalu aneh, dia berjalan perlahan untuk duduk ditempat tidur. "Akhtar." Lirihnya saat kram diperutnya semakin menjadi. Dia keringat dingin dan membaringkan tubuhnya ditempat tidur itu. Akhtar sendiri sedang berada di dalam mobil menuju kesuatu tempat. Ibunda dan ayahnya menolak untuk hadir karena mereka tidak setuju dengan tindakan Akhtar. Mereka menilai Akhtar terlalu gegabah mengambil keputusan. Tapi Akhtar tetap pada pendiriannya, meski semalam dia tidak tenang karena merindukan Vienza. Dia terus memikirkan apa yang sedang dilakukan Vienza, dan bagaimana keadaannya sekarang. Apakah dia benar-benar sudah pulih atau belum. Itulah yang terus dia pikirkan, dan tentu nya yang paling dia pikirkan adalah, bagaimana dia menjelaska
Akhtar merasakan benar-benar tidak nyaman setelah telpon Vienza dimatikan oleh Vienza ."Tania, kau tahu kan kalau tadi Vienza yang menelpon ?"Tania mengangkat bahunya acuh."Mana ku tahu, lagi pula kenapa ?"Akhtar mencengkram rahang Tania membuat Tania terkejut."Jangan membuatku menyesal karena menikahi mu Tania."Akhtar melepaskan cengkeramannya dan pergi dari kamar yang dia pakai untuk menginap dirumah orangtua Tania ini.Jika kalian berpikir Akhtar menikmati malam pertamanya dengan Tania maka itu salah. Tidak sedikitpun Akhtar bisa melupakan Vienza, dia terus memikirkan bagaimana reaksi Vienza saat dia tahu Akhtar sudah menikah lagi tanpa sepengetahuannya.Bohong jika Tania tidak menggodanya dengan memakai lingerie seksi dan menyentuh seluruh sisi sensitif ditubuhnya. Tapi Akhtar seperti sudah mati rasa, karena yang dia pikirkan adalah saat-saat dia menghabiskan malam bersama Vienza.Akhirnya Akhtar memakai kamar lainnya dirumah Ta
Jika ada yang berkata aku pengecut maka itu benar, aku bahkan tidak berani mengatakan aku jatuh cinta padanya saat terakhir kali kami bertemu. Akhtar tersadar saat Ibundanya memegang pundaknya. "Ayah sudah katakan padamu untuk tidak bertindak gegabah. Ayah bisa tahu kau pasti menyesali semuanya bukan." Akhtar hanya diam lalu menatap ayah dan ibundanya. "Aku akan terbiasa tanpanya kelak ayah, ibu." "Apa maksudmu kau tidak akan menjemput atau meminta maaf kepada Vienza Akhtar?" Akhtar hanya diam membuat ayah dan ibundanya tidak percaya. "Kau benar-benar keras kepala Akhtar, apa yang telah dilakukan Vienza sehingga membuatmu seperti ini." Akhtar hanya diam saat ibundanya sudah benar-benar emosi. "Ayah aku permisi kembali ke Istana, ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan. Salah satunya membongkar kejahatan paman tiriku itu." Akhtar pergi meninggalkan ayah dan ibundanya yang tidak tahu harus berbuat apalagi. Akhtar tampak begitu keras dan
Vienza dan Zia sedang berenang dipantai. Mereka sudah lama sekali tidak berpergian bersama, Zia sangat bahagia saat ini. Yah meski dia prihatin juga mendengar kabar buruk dirumah tangga Vienza. Terbesit sebuah ide di otak encer Zia, dia memanggil Aston yang ikut berlibur ke Hawaii bersama mereka. "Aston.... Ton... Ton..." Aston yang kesal karena dipanggil Ton.. Ton... Sama Zia langsung datang dengan wajah cemberut. "Apa sih !"Zia membisikkan sesuatu kepada Aston dan Aston tersenyum paham. "Bayarannya mana." Aston memajukan bibirnya. Zia mencium pipi Aston dan tertawa. Tawa yang sangat disukai Aston. Aston mendekati Vienza kakak sepupunya yang sedang berenang menggunakan bikini yang kembar dengan Zia. Hanya berbeda warna saja."Vie.. Udah lama ya gak jumpa kita." Vienza tersenyum dan mengangguk. "Gimana usaha loe buat dapetin Zia?" "Ah... Susah ah... Udah tau gue cinta mati sama dia, dianya malah pacaran sama cowok lain
"APA LAGI?" Bentak Vienza kesal. Lalu satu kalimat dari Akhtar yang membuat jantung Vienza berdetak tidak karuan. "Sorry... But i miss you."Vienza memikirkan kalimat yang dikatakan Akhtar ditelpon tapi dia langsung mematikan sambungan telpon Akhtar itu. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu, yang pasti saat ini dia tidak ingin memikirkan Akhtar. Vienza mengembalikan ponsel adiknya yang sekarang sedang berkejar-kejaran dengan Aston. Vienza sangat mendukung seaindainya Aston lah pria yang dicintai Zia, tapi Zia sampai sekarang belum juga menerima cinta Aston yang setiap setahun sekali pasti dinyatakan pria itu. "Apakah dia meminta mu kembali kak?" Zia dirangkul Aston sambil berjalan disebelah Vienza. "Tidak, dia hanya mengatakan merindukanku." Aston tertawa dan cubitan Zia pun mendarat diperut six pack Aston. "Lalu?" Tanya Zia serius. Jika ada makhluk paling kepo saat ini. Maka itu adalah Zia, karena dia san
Sudah sebulan berlalu semenjak laporan dari Shahid Akhtar masih sibuk mengurusi teror dikeluarganya. Yang paling dia takutkan saat ini adalah keselamatan Vienza. Karena ayahnya dan Ghafur sudah kembali ke Istana dengan pengawalan ketat. Berita Vienza diikuti pun sudah disampaikan ke kerajaan Fortania, dan penjagaan didalam istana Fortania sudah diperketat. Sulit bagi siapapun masuk di Wieldburg ataupun Fortania. Paman Ayaz adik tiri dari ayahnya sudah ditahan karena terbukti memberontak kepemimpinan Akhtar dan juga sudah terbukti ingin mencelakakan Akhtar juga Vienza saat mereka pergi ke kota Yamun untuk berbulan madu tempo hari. Dan penyelidikan Shahid sama sekali tidak mendapatkan bukti kalau Ayaz adalah pelaku teror kepada keluarganya. Tania sempat ingin dicelakai saat dia sedang pergi ke masjid kota. Mobilnya dijegat dan pengawal Tania dilukai. Tania berhasil kabur dengan luka ditangannya, dan juga memar diwajahnya. Ghafur sekarang
Vienza dan keluarganya sedang dirumah sakit menunggui Zyan. Zyan tidak terluka parah karena dia memakai baju pelindung. Tapi peluru itu cukup sedikit mengoyak kulit bahunya. Alvian menatap serius Zyan yang sedang makan disuapi oleh Zira. Sedangkan Zia dan Vienza duduk manis didekat brankar Zyan. Vienza merasa bersalah karena ini. "Oh ya ayah apakah sudah mendapatkan kabar dari kerajaan Wieldburg?" Tanya Zyan mengingatkan Alvian. Tapi percakapan mereka terintruksi karena ponsel Vienza berbunyi. Vienza melihat nama Mahira disana dan dia langsung mengangkatnya. "Ya halo, APA !?" Vienza sedikit berteriak dan berdiri dari duduknya tadi. Lalu setelah sambungan telpon terputus dia duduk kembali bagai patung yang jatuh. Zia memegang bahu Vienza dan Alvian mendekati putri nya itu. "Ibunda Akhtar meninggal dunia siang ini." Vienza meneteskan airmatanya dan Zia memeluknya erat. Leo masuk kedalam ruangan itu membuat A
Zia dan Vienza bergegas masuk kedalam Istana. Dihalaman istana sudah ada kerenda ibu suri dan disebelah kerenda itu ada Akhtar dengan wajah sedihnya, ada Ghafur juga ayah mertuanya. Semua orang berdiri dan hormat saat peluru ditembakkan keudara.Saat itulah Vienza mendekati Akhtar, Akhtar yang awalnya tidak terlalu memperhatikan sekitarnya akhirnya melihat seseorang yang ikut berdiri disebelahnya dengan menggunkan cadar. Akhtar menatap wanita itu dan melihat bola matanya. "Vienza...... "Akhtar memastikan apa yang dia lihat benar, dan jawaban dari pertanyaan itu benar saat Vienza membuka cadarnya. Akhtar melihat ada bercak darah di cadar maupun pakaian Vienza. "Aku akan menceritakannya nanti, sebelum aku kembali ke Fortania."Vienza menatap kerenda ibu mertuanya dan mencium puncak kepala kerenda itu. "Maafkan semua kesalahan Vienza ibunda, dan terimakasih atas semuanya." Airmata Vienza mengalir mengingat kedekatan dan kemurahan hati