Jika ada yang berkata aku pengecut maka itu benar, aku bahkan tidak berani mengatakan aku jatuh cinta padanya saat terakhir kali kami bertemu.
Akhtar tersadar saat Ibundanya memegang pundaknya."Ayah sudah katakan padamu untuk tidak bertindak gegabah. Ayah bisa tahu kau pasti menyesali semuanya bukan."Akhtar hanya diam lalu menatap ayah dan ibundanya."Aku akan terbiasa tanpanya kelak ayah, ibu.""Apa maksudmu kau tidak akan menjemput atau meminta maaf kepada Vienza Akhtar?"Akhtar hanya diam membuat ayah dan ibundanya tidak percaya."Kau benar-benar keras kepala Akhtar, apa yang telah dilakukan Vienza sehingga membuatmu seperti ini."Akhtar hanya diam saat ibundanya sudah benar-benar emosi."Ayah aku permisi kembali ke Istana, ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan. Salah satunya membongkar kejahatan paman tiriku itu."Akhtar pergi meninggalkan ayah dan ibundanya yang tidak tahu harus berbuat apalagi.Akhtar tampak begitu keras danHai...sudah sampai di part ini, boleh minta vote kalian ya.. dan juga jika ingin tahu seputar info cerita bisa langsung ke ig nadraelmahya atau wp.nadramahya ya...
Vienza dan Zia sedang berenang dipantai. Mereka sudah lama sekali tidak berpergian bersama, Zia sangat bahagia saat ini. Yah meski dia prihatin juga mendengar kabar buruk dirumah tangga Vienza. Terbesit sebuah ide di otak encer Zia, dia memanggil Aston yang ikut berlibur ke Hawaii bersama mereka. "Aston.... Ton... Ton..." Aston yang kesal karena dipanggil Ton.. Ton... Sama Zia langsung datang dengan wajah cemberut. "Apa sih !"Zia membisikkan sesuatu kepada Aston dan Aston tersenyum paham. "Bayarannya mana." Aston memajukan bibirnya. Zia mencium pipi Aston dan tertawa. Tawa yang sangat disukai Aston. Aston mendekati Vienza kakak sepupunya yang sedang berenang menggunakan bikini yang kembar dengan Zia. Hanya berbeda warna saja."Vie.. Udah lama ya gak jumpa kita." Vienza tersenyum dan mengangguk. "Gimana usaha loe buat dapetin Zia?" "Ah... Susah ah... Udah tau gue cinta mati sama dia, dianya malah pacaran sama cowok lain
"APA LAGI?" Bentak Vienza kesal. Lalu satu kalimat dari Akhtar yang membuat jantung Vienza berdetak tidak karuan. "Sorry... But i miss you."Vienza memikirkan kalimat yang dikatakan Akhtar ditelpon tapi dia langsung mematikan sambungan telpon Akhtar itu. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu, yang pasti saat ini dia tidak ingin memikirkan Akhtar. Vienza mengembalikan ponsel adiknya yang sekarang sedang berkejar-kejaran dengan Aston. Vienza sangat mendukung seaindainya Aston lah pria yang dicintai Zia, tapi Zia sampai sekarang belum juga menerima cinta Aston yang setiap setahun sekali pasti dinyatakan pria itu. "Apakah dia meminta mu kembali kak?" Zia dirangkul Aston sambil berjalan disebelah Vienza. "Tidak, dia hanya mengatakan merindukanku." Aston tertawa dan cubitan Zia pun mendarat diperut six pack Aston. "Lalu?" Tanya Zia serius. Jika ada makhluk paling kepo saat ini. Maka itu adalah Zia, karena dia san
Sudah sebulan berlalu semenjak laporan dari Shahid Akhtar masih sibuk mengurusi teror dikeluarganya. Yang paling dia takutkan saat ini adalah keselamatan Vienza. Karena ayahnya dan Ghafur sudah kembali ke Istana dengan pengawalan ketat. Berita Vienza diikuti pun sudah disampaikan ke kerajaan Fortania, dan penjagaan didalam istana Fortania sudah diperketat. Sulit bagi siapapun masuk di Wieldburg ataupun Fortania. Paman Ayaz adik tiri dari ayahnya sudah ditahan karena terbukti memberontak kepemimpinan Akhtar dan juga sudah terbukti ingin mencelakakan Akhtar juga Vienza saat mereka pergi ke kota Yamun untuk berbulan madu tempo hari. Dan penyelidikan Shahid sama sekali tidak mendapatkan bukti kalau Ayaz adalah pelaku teror kepada keluarganya. Tania sempat ingin dicelakai saat dia sedang pergi ke masjid kota. Mobilnya dijegat dan pengawal Tania dilukai. Tania berhasil kabur dengan luka ditangannya, dan juga memar diwajahnya. Ghafur sekarang
Vienza dan keluarganya sedang dirumah sakit menunggui Zyan. Zyan tidak terluka parah karena dia memakai baju pelindung. Tapi peluru itu cukup sedikit mengoyak kulit bahunya. Alvian menatap serius Zyan yang sedang makan disuapi oleh Zira. Sedangkan Zia dan Vienza duduk manis didekat brankar Zyan. Vienza merasa bersalah karena ini. "Oh ya ayah apakah sudah mendapatkan kabar dari kerajaan Wieldburg?" Tanya Zyan mengingatkan Alvian. Tapi percakapan mereka terintruksi karena ponsel Vienza berbunyi. Vienza melihat nama Mahira disana dan dia langsung mengangkatnya. "Ya halo, APA !?" Vienza sedikit berteriak dan berdiri dari duduknya tadi. Lalu setelah sambungan telpon terputus dia duduk kembali bagai patung yang jatuh. Zia memegang bahu Vienza dan Alvian mendekati putri nya itu. "Ibunda Akhtar meninggal dunia siang ini." Vienza meneteskan airmatanya dan Zia memeluknya erat. Leo masuk kedalam ruangan itu membuat A
Zia dan Vienza bergegas masuk kedalam Istana. Dihalaman istana sudah ada kerenda ibu suri dan disebelah kerenda itu ada Akhtar dengan wajah sedihnya, ada Ghafur juga ayah mertuanya. Semua orang berdiri dan hormat saat peluru ditembakkan keudara.Saat itulah Vienza mendekati Akhtar, Akhtar yang awalnya tidak terlalu memperhatikan sekitarnya akhirnya melihat seseorang yang ikut berdiri disebelahnya dengan menggunkan cadar. Akhtar menatap wanita itu dan melihat bola matanya. "Vienza...... "Akhtar memastikan apa yang dia lihat benar, dan jawaban dari pertanyaan itu benar saat Vienza membuka cadarnya. Akhtar melihat ada bercak darah di cadar maupun pakaian Vienza. "Aku akan menceritakannya nanti, sebelum aku kembali ke Fortania."Vienza menatap kerenda ibu mertuanya dan mencium puncak kepala kerenda itu. "Maafkan semua kesalahan Vienza ibunda, dan terimakasih atas semuanya." Airmata Vienza mengalir mengingat kedekatan dan kemurahan hati
Suasana di Wieldburg sedang sangat tegang, semua akses masuk ataupun keluar Wieldburg ditutup, keluarga kerajaan tidak ada yang boleh keluar dari istana. Sudah dua minggu Akhtar mencari tahu semuanya, dan sudah dua harilah akses masuk dan keluar dari Wieldburg ditutup. Akhtar tidak ingin saat semua ini terbongkar para penjahat itu melarikan diri mereka harus bertanggung jawab atas semua ini. Thomas datang keruang kerja Akhtar dan memberikan semua kumpulan penyelidikan polisi tentang masalah ini dan hasilnya belum diketahui. Akhtar membuka lembar demi lembar apa yang tertulis dikertas dalam map itu. Dan Akhtar menutupnya. "Terimakasih Thomas, katakan juga kepada Shahid aku berterimakasih. Aku akan berbicara dengan pamanku sebentar lagi." "Baik baginda," Thomas menunduk memberi hormat. Tapi dia kembali bersuara, membuat Akhtar cemas. "Baginda, saya mendapatkan kabar kalau Ratu Vienza sedang sakit. Dan sudah dua hari beliau dirawat dirumah sakit di K
Ponselnya berdering dan dia melihat siapa yang menelponnya. Tertera nama Akhtar dilayar ponselnya, angkat tidak?? Angkat tidak..?? Dia bingung harus bagaimana, dia tidak ingin melunak dan kembali lagi. Tapi dia sangat merindukan pria yang menelponnya ini. Ponselnya kembali berdering. Angkat tidak?? Angkat tidak??? Vienza menghembuskan nafasnya dan mereject telpon Akhtar. Tidak dia tidak akan mau berbicara sekarang dengan Akhtar. Akhtar tidak menelponnya lagi ternyata dan Vienza memejamkan matanya, dia berniat tidur sebentar dan sebutir airmata keluar membasahi pipinya. Dia merindukan Akhtar, sekaligus membenci perlakuan Akhtar kepadanya. Pintu kamarnya terbuka dan Vienza melihat siapa yang masuk tanpa seijinnya itu. "Ini suami mu menelponmu ke ponselku kak, dia bilang kau mematikan telponnya." "Katakan saja aku tidak ingin berbicara, tidak untuk sekarang." Zia memutar bola matanya kesal dan menyampaikan pesan Vienza.
Vienza sudah siap dengan pakaian santainya saat ini. Dia dan Zia akan pergi ke Indonesia untuk jalan-jalan dan semua sudah disetujui oleh ayahnya juga ibundanya. Vienza juga sudah menyiapkan semua keperluannya selama satu bulan di Indonesia, nenek mereka sangat senang mendengar kalau Zia dan Vienza akan datang ke Indonesia.Saat Zia dan Vienza sudah siap dan berjalan kearah mobil, Zia dipanggil oleh pengawal untuk menghadap Ratu yang tak lain adalah ibundanya. Zia terpaksa harus kembali ke paviliun utama menemui ibundanya. Vienza melanjutkan langkahnya dan penjaga membukakan pintu mobil untuknya. Matanya terkesiap melihat isi didalam mobil itu. Seorang pelayan memberikan kertas dan Vienza membacanya. Happy birthday my love... Vienza tersenyum sedikit, dia tahu ini pasti Ghafur. Hanya Ghafur dan keluarganya yang mengetahui kalau dirinya menyukai bunga mawar putih. Vienza mengambil buket bunga yang beru