Share

EP 05 - Meledak Di Titik Didih

"Lo liat dua cewek tadi?"

"Ha?" Ella yang baru saja tiba sembari menyedot boba mengernyit melihat raut panik Ethan. "Siapa? Yang mana?"

"Bule. Rambut coklat bergelombang."

"Enggak, nggak tau. Nggak liat. Gue abis ngantri beli boba," jawab Ella apa adanya, sambil dua tangannya menunjukan boba brown sugar yang ia beli.

Mendengar jawaban itu, Ethan bersandar pada mobil sembari menghela napas lega. Ia memegangi dadanya sembari mengambil napas panjang. Antrian boba memang cukup panjang. Kalau pun mereka berpapasan, maka seharusnya Jenn atau Joanna hanya melihat punggung Ella saja. 

"Besok cat rambut lo." kata Ethan masuk ke mobil.

"Hah?" Ella tersentak kecil. Dan ikut masuk lewat pintu samping. "Cat rambut gimana? Gue kan masih sekolah, kena peraturan dong, El."

"Terserah. Yang penting lo nggak keliatan mirip gue." jawab Ethan sembari menyalakan mesin mobil.

"Lo nggak mau keliatan mirip? Ya udah, lo aja yang semir." 

Ethan melirik. "Kenapa lo jadi nyuruh gue?"

"Ya lo sendiri kenapa ngatur-ngatur warna rambut gue?" 

Ethan dan Ella saling melempar tatapan sinis. Dua saudara kembar yang dibesarkan dengan badai, punya kepala sama-sama keras, tidak suka diatur dan tidak ingin mengalah. 

"Lo tau, La? Gue nggak pernah berharap terlahir jadi saudara kembar lo." 

"Terus lo kira gue pernah berdoa buat punya saudara kembar kayak lo?" balas Ella melepas emosi di titik didihnya. "18 tahun hidup yang lo lakuin cuma nyalahin keadaan. Lo tau? Lo itu cowok tercemen yang pernah gue kenal, Emmanuel."

Ella membuka pintu mobil, lalu keluar dengan membantingnya kasar. Ella beranjak pergi menjauh. Langkahnya mengarah ke halte bus. Sementara Ethan terdiam di tempat sembari mengepalkan tangan.

"BRENGSEK!" umpatnya sambil memukul stir.

Sementara Ella terus berjalan. Ia tidak peduli apa yang terjadi di belakang dan terus berjalan ke depan. Ella tak punya keinginan untuk menoleh. Ia memasuki halte yang sudah sepi seiring sore dan duduk sendirian di sana.

Ella merunduk. Ia memasang earphone dan memutar lagu di ponselnya. Ella merunduk untuk menyibukkan diri. Lantunan Perahu Kertas oleh Maudy Ayunda terdengar. Tak lama kemudian disusul dengan suara klakson berkali-kali.

Ella sudah muak. Itu bukan suara klakson bus, mungkin saja itu klakson Ethan. Tapi Ella sudah tidak ingin melihat wajah kakak kembarnya itu hari ini. Namun suara klakson terus menganggu Ella, sampai mau tak mau gadis itu pun mengangkat kepalanya. Lalu terdiam.

Mendapati cinta pertama sekaligus sahabat lamanya. Di sana. Di atas motor. Ekspresinya agak terkejut namun bibirnya membentuk sebuah senyuman manis yang Ella rindukan.

"Seno?"

**

Linda yang sedari tadi sudah menunggu di bangku taman itu seketika langsung berdiri ketika melihat bayang-bayang seorang pemuda berjalan mendekat padanya. Linda menatap diam di tempat. Terlihat tenang. Namun kerutan di dahinya tak bisa dibohongi ketika melihat raut wajah lemas Ethan mendekat padanya.

"Kenapa, Sayang? Kenapa?" tanya Linda.

Namun Ethan tak menjawab. Ia hanya langsung menaruh kepalanya di pundak Linda, membiarkan semua rasa lelah di pundaknya itu menguap. 

Linda terdiap sesaat. Sampai akhinya ia menghela napas, kemudian mengusap kepala Ethan lembut. "Capek? Kenapa? Masalah saingan beasiswa sama Lingga lagi?"

Ethan masih tak menjawab. Ia justru melingkarkan lengannya ke punggung Linda, lalu mendekap pacarnya itu hangat. Linda hanya diam, tersenyum tipis. Tahu sekali Ethan sedang ada di titik bekunya.

"Semester lalu kamu bisa kalahin dia, kan? Udah tenang aja, Lingga itu bukan apa-apa buat kamu kok."

Ini soal Ella.

Ethan menahan jawaban itu dalam benaknya. Hari mulai makin petang dan orang-orang semakin banyak melintasi taman ini. Membuat Ethan akhirnya termundur. "Stress banget mikirin Lingga. Mana ujian-ujian juga bentar lagi."

Linda tersenyum tipis. "Kamu udah kepikiran mau kuliah di mana?"

"ITB, mungkin. Atau aku ngambil program beasiswa keluar negeri." jawab Ethan masih pelan, lesu. "Terlalu muluk nggak, sih?"

"Enggak lah, kamu kan langganan beasiswa. Aku nggak kaget." kata Linda tenang. "Tapi ya, cuma agak kecewa aja."

"Kecewa?" Ethan mengernyit. "Kenapa?"

"Yaaa, kalo kamu ngambil beasiswa ke luar negeri, berarti kita LDR, kan?" tanya Linda masih mencoba tenang. "Kuliah di Indonesia aja belum tentu kita satu daerah. Apalagi kamu harus ngambil beasiswa ke luar. Aku, aku cuma nggak yakin bisa naggung kangen sebesar itu."

Ethan terdiam. Ia merunduk menatap Linda tanpa jawaban.

Sebut saja Ethan terlalu fokus dengan segala kompetisi dalam hidupnya. Berjuang keras dengan kepala batu untuk menggapai semua tujuan di depan mata pindah dalam genggaman. Sampai Ethan lupa bahwa akan ada orang yang selalu menunggunya untuk pulang. Ethan benar-benar lupa.

"Maaf," kata Ethan. Entah apa yang bisa ia katakan selain itu. "Nanti aku pikirin lagi."

"Joshua gimana?"

"Joshua?" 

"Hm."

Ethan menatap Linda heran. "Kamu nanyain dia?"

"Iya. Temen kamu juga, bukan orang lain, kan. Kenapa?"

"Oh iya," Ethan terkekeh pelan. Lalu menepuk keningnya sendiri. Terlalu banyak yang ia pikirkan akhir-akhir ini, sampai Linda menanyai soal orang-orang di sekitarnya saja, Ethan sudah sensitif duluan. "Joshua setauku mau ke UGM. Tapi dia udah siapin univ swasta lain kalo sampai nggak keterima, sih."

"Oh ya? Cepet, ya." puji Linda.

"Cepet?"

"Iya, cepet. Dia udah nenutin keputusan."

Ethan tidak tahu kenapa. Tapi ada air mendidih yang kembali meletup-letup dalam dirinya. Ini gila. Semakin gila. Ethan tertawa pelan dan mundur selangkah. Tak ingin Linda ikut jadi sasaran kemarahan dirinya yang memang sedang sangat emosional beberapa hari terakhir.

**

"Lo pindah? Berarti udah nggak di Surabaya lagi sekarang?"

Seno mengangkat dua alis sebagai jawaban. Sementara mulutnya itu masih dipenuhi dengan chicken pop. 

"Sekolah juga pindah? Pindah ke mana?"

Seno tak langsung menjawab. Ia nampak mengunyah chicken pop di mulutnya, menunggu sampai makanan itu turun terlebih dulu. "Jangan kaget tapi," Seno mengelap saus sambal di sudut bibir Ella. "Gue satu sekolah sama elo."

"Hah? Serius?" Ella melebarkan mata seketika.

"Hm. Gue udah ngurus berkas tadi pagi, sekitar jam delapan. Terus gue liat nama lo ada di absen kelas MIPA 3." jawab Seno sembari menyuapkan chicken pop ke mulutnya kembali. "Gue satu jurusan sama elo."

"Hah serius? MIPA berapa?" 

"MIPA 1."

"Woah," Ella meneguk ludah. Terkejut dengan jawaban Seno. 

Di sekolah Ella, murid masuk ke kelas sesuai dengan nilai ujiannya. Tentu ada ujian lagi sebelum penentuan kelas, isi raport pun juga dinilai. Namun setahu Ella, Seno dulu tidak sepintar itu untuk masuk ke MIPA 1. Tapi yah, semua orang berubah, kan. Apalagi ini sudah bertahun-tahun mereka tak bertemu.

"Bagus. Kelas unggulan. Urut satu, lagi. Gila." pujinya sembari mengangguk-anggukkan kepala, antara bangga, iri, dan masih terkejut juga.

Seno tersenyum tipis. "Lo udah punya pacar, La?"

Ella seketika terdiam. Ia agak membelalak, tak siap ditanya begitu. 

Gue nungguin elo selama ini, Sen.

Ella meneguk saliva. Menahan jawaban itu hanya dalam kepalanya. Ella memalingkan wajah, lalu berdeham kecil. "Belum." ujarnya singkat. "Lo sendiri?"

"Belum juga, sama." Seno tertawa pelan. "Emang kita itu best friend goals banget nggak, sih? Gini aja kompak."

Ella ikut tertawa, tawa palsu. Jujur ia agak kecewa kalau Seno hanya menganggapnya teman. Bahkan ketika perasaan Ella amat sangat meledak setelah tidak bertemu Seno  beberapa tahun belakangan. Seno juga jadi orang yang membuat Ella mengunci hatinya rapat, tidak bisa menerima orang lain. Bahkan hingga detik ini.

Dan Seno memperjelas bahwa mereka hanya teman. Lucu sekali.

"Gue kangen sama lo, La."

Ella yang tadinya hendak meraih cola seketika menyemburkan minumannya. Ia terbatuk kecil, membuat Seno terkejut dan langsung memberikannya tissu. 

"Pelan-pelan, nih tissu." kata Seno maju mendekat. "Minum dulu, minum." sambung Seno memberikan minuman lemon teanya.

Ella menerima tissu pemberian Seno. Ia mundur dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Sementara Seno menatap Ella seksama, membuat Ella kembali meneguk salivanya berat.

Kehadiran Seno benar-benar membuat jantung Ella tidak aman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status