Beranda / Romansa / The Real CEO / Permintaan Raka

Share

Permintaan Raka

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-28 22:06:27

“Bisa … saya bicara empat mata dengan pak Raka.”

Pagi-pagi sekali, Elok sudah bertandang ke rumah sakit dengan terburu. Jam besuk rumah sakit memang belumlah tiba. Namun, ada keadaan darurat yang harus segera Elok bicarakan dengan pemilik Antariksa, yang sudah terbaring di ranjang pasien selama tiga hari.

Setelah hampir semalaman memikirkan beberapa hal di kamar hotel tempatnya menginap, Elok akhirnya mengambil keputusan. Untuk masalah pekerjaan, Elok haruslah berkonsultasi terlebih dahulu dan membicarakannya dengan Raka, yakni pendiri dan pemilik Antariksa. Sementara untuk masalah rumah tangga, Elok akan menemui keluarga besar Harry terlebih dulu.

Yang Elok tahu, sejak kemarin Harry telah mengirim Kasih ke rumah orangtuanya. Untuk itu, Elok bisa merasa tenang karena putrinya juga berada di tempat yang tidak perlu dikhawatirkan.  Semalam, Harry juga tidak bisa mencegah Elok meninggalkan rumah mereka, karena ancaman yang dilontarkannya pada sang suami.

Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana remuknya perasaan Elok saat ini. Namun, mengeluh pun rasanya percuma. Lebih baik Elok bergerak cepat, untuk menyelesaikan semua masalahnya seorang diri.

“Kalau ada masalah di perusahaan, kamu bisa langsung bicara dengan saya,” ujar Fahri, putra bungsu Raka yang membawa Elok bekerja di Antariksa dahulu kala. Saat itu, Elok benar-benar mengawali karir dari bawah sebagai staff marketing, walaupun keluarganya juga memiliki perusahaan yang serupa.

Elok ingin lepas dari bayang-bayang sang papa, sekaligus tidak ingin jadi pembanding untuk sang adik yang selalu dianggap beban keluarga. Oleh karena itu, Elok justru membangun karir di tempat lain, dan berharap sang adik bisa lebih antusias dalam memahami seluk beluk perusahaan keluarga dari bawah.

“Pak Raka—”

“Fahri.” Dengan suara seraknya, Raka mengangkat tangan lalu mengayunkannya pada Fahri. Raka meminta putranya keluar, karena setuju dengan permintaan Elok. Bagaimanapun juga, Raka sangat percaya dengan sepak terjang Elok selama berada di Antariksa. Jika wanita itu meminta untuk berbicara empat mata, itu berarti, ada hal darurat yang memang hanya boleh diketahui oleh dirinya dan Elok saja. “Pergilah ke luar, dan tutup pintunya.”

Pandangan Fahri semakin tertuju curiga pada Elok. Baru kali ini, Elok tidak melibatkannya dalam suatu pembahasan yang akan dibicarakan bersama Raka. Apalagi, dalam kondisi Raka yang masih kurang sehat. Dengan terpaksa, Fahri pergi keluar menuruti titah sang papa dan menutup pintu dengan rapat dari luar.

Elok buru-buru berdiri ketika Raka hendak bangkit dari tidurnya. Menahan tubuh renta itu, agar tetap berbaring dan tidak sampai kelelahan.

Tangan lemah Raka itu menahan Elok, dengan menggeleng. “Tolong tinggikan sandarannya. Saya capek rebahan terus.”

Elok mengangguk. Segera melakukan titah dari pemilik tempat ia bekerja. Elok juga membantu Raka agar merasa nyaman dengan posisinya yang sekarang. Setelah selesai, Elok lantas duduk pada kursi yang ada di samping ranjang pasien.

“Pak, mohon maaf sebelumnya kalau saya mengganggu Bapak yang sedang kurang sehat,” ujar Elok hendak memulai semua hal yang sudah tersusun rapi di kepala. “Tapi, saya cuma bisa bicara sama Bapak, bukan dengan pak Fahri.”

“Langsung saja, El.” Raka menarik napas yang terasa berat. Rentetan penyakit yang menghujaninya di masa tua, membuat kondisi Raka semakin lemah saja.

Elok mengangguk sambil melihat wajah pucat itu. Kalau tidak sekarang, Elok khawatir ia tidak bisa lagi berbicara dengan Raka karena kondisi pria tua itu. Pertama-tama, Elok mengatakan semua hal yang terjadi antara dirinya dan Restu di Singapura. Kemudian, Elok juga menceritakan mengenai rapat yang terjadi tanpa kehadiran dirinya kemarin. Tidak bermaksud lancang, tapi Elok pun ikut mempertanyakan masalah yang terjadi di keluarga Antasena, seperti yang dikatakan Restu.

Setelah mendengarkan semua hal yang diceritakan Elok, Raka menarik napas panjangnya. Raka tidak bisa langsung menanggapi semua permasalahan yang dihadapi Elok di perusahaan, karena ada yang harus ia pikirkan dan telaah terlebih dahulu. Sebagai pendiri Antariksa, Raka tidak bisa mengambil keputusan dengan ceroboh, karena ia tahu benar bagaimana kapasitas Elok selama ini. Bahkan, beberapa program tayang mereka di televisi, mampu menyaingi perusahaan keluarga wanita itu. Raka sungguh beruntung bisa memiliki seorang Elok di perusahaannya, meskipun wanita itu adalah anak dari pesaingnya, Adiyaksa Mahardika.

“Berarti, rapatnya dilaksanakan empat hari lagi.” Raka kembali menarik napas panjang dengan perlahan, karena bisa membaca taktik sang cucu yang mudah ditebak. Selama 29 tahun mengenal Restu, jelas saja Raka memahami isi kepala dan cara berpikir Restu selama ini.

Elok mengangguk dan tidak bisa menerka apa yang ada di kepala Raka. “Maaf, bukannya saya mau ikut campur dalam urusan keluarga,” ujar Elok memberanikan diri untuk bertanya, daripada penasaran. Andaipun Raka tidak memberinya jawaban, itu adalah hak pria itu dan Elok tidak akan lagi mempertanyakannya. “Melihat kondisi kesehatan Bapak yang menurun … Saya mohon maaf sekali lagi, dan maaf juga kalau saya salah menebak. Tapi, inti dari masalah yang ada di keluarga Antasena, adalah … pembagian warisan. Apa saya benar?”

Sejenak, Raka menatap datar pada Elok dengan segala intuisi wanita itu. “Kenapa kamu punya kesimpulan seperti itu?”

“Feeling.” Kedua bahu Elok terangkat sebentar, guna menunjukkan bahwa yang dikatakannya hanyalah terkaan semata. Meskipun begitu, terkaan Elok bukannya tidak berdasar, karena melihat kondisi kesehatan Raka yang semakin menurun.

“Saya nggak akan menjawab pertanyaan itu.” Apapun masalah yang terjadi di dalam keluarga Antasena, biarlah menjadi konsumsi terbatas saja. Orang luar, tidak perlu mengetahui semua itu. “Tapi, jangan turuti permintaan Restu untuk mundur dari posisimu sekarang.”

“Tapi, Pak. Saya dijebak sama cucu Bapak, dan foto …” Elok menghela panjang ketika mengingat bagaimana bagian tubuhnya terpampang jelas, dengan pose tidak karuan di foto yang diambil Restu saat berada di Singapura. “Foto-foto saya yang ada sama Restu, benar-benar nggak pantas untuk dilihat. Apalagi saya punya anak perempuan. Bagaimana kalau foto itu tersebar dan anak saya tahu?”

“Untuk yang satu itu, kamulah yang ceroboh,” seloroh Raka kemudian terbatuk beberapa saat. Namun, ia juga tidak bisa menghakimi Elok sepenuhnya. Restu memang sudah merencanakan semua hal dengan sempurna, untuk menjalankan misinya merebut Antariksa dari dalam.

Tidak ….

Bukan itu tujuan utama Restu masuk ke dalam Antariksa. Namun, ada hal lain yang akan dilakukan cucunya itu untuk memenuhi tujuan orangtuanya.

Elok menunduk dan sungguh menyesali semua hal. Menurut Elok, dirinya bukan ceroboh, tapi malam itu adalah malam kesialan baginya. Keberuntungan, sedang tidak berada di pihaknya.

“El, ikuti saja permainan Restu untuk sekarang,” tambah Raka telah memikirkan beberapa hal yang tiba-tiba terbersit di kepalanya. “Dan, lakukan apa yang aku minta.”

“Jadi, saya harus menyerahkan posisi saya, dan mengundurkan diri dari Antariksa?”

Raka menggeleng lemah. “Bukan begitu … kamu hanya harus ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
oòuuuw. Restu itu cucunya pak Raka. tpi knp kok mw merebut perusahaan kakeknya sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Real CEO   Giveawaaay ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak The Real CEO, yaaa : Amy : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Call me Jingga : 750 koin GN + pulsa 150 rb LiaKim?? : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb NuNa : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari rabu, 29 maret 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari kamis ke pihak GN. Tapi, kalau sudah terkumpul semua sebelum itu, bisa langsung saia setor secepatnya. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Mas Triplex dan Mba Elok …. Kissseeess …..

  • The Real CEO   Melepaskan Semua

    Kasih baru saja menuruni tangga rumah dengan seragam olah raga, ketika ia mendengar suara yang belakangan ini sungguh menyayat hati. Sudah semingguan ini, sang mama hampir tidak bisa melakukan kegiatan apapun karena selalu saja muntah-muntah. Awalnya, Kasih sangat gembira ketika mengetahui akan mendapatkan seorang adik lagi. Namun, setelah itu Kasih sungguh tidak tega saat melihat sang mama lebih banyak menghabiskan waktu di kamar untuk berbaring. Tidak seperti kehamilan adik pertamanya saat itu, yang tidak pernah ada drama muntah-muntah dan lemas seperti sekarang. “Mama, kenapa nggak di kamar aja?” Kasih segera menghampiri Elok yang menunduk di wastafel. Wajah sang mama pucat, dan sangat terlihat lelah. “Mama bosan di kamar,” jawab Lex yang tengah menggendong balita berusia dua tahun di tangan kanannya. Sementara satu tangan lagi, sibuk mengusap tengkuk sang istri yang belum memakan makanan apapun sedari tadi. “Nanti Ayah ke sekolah, mau ngurus antar jemput sekolah Kakak. Nggak pap

  • The Real CEO   Adekku

    “Hei!” Elok menepuk bahu Gilang yang sejak tadi duduk diam, sambil memandang ke arah halaman depan kediaman Mahardika. Ada Kasih, Kiya, dan beberapa orang dari Event Organizer yang bernaung di bawah Gilang, tengah menyelesaikan dekorasi pesta kecil yang sebentar lagi akan adakan dengan amat sederhana. Hanya dihadiri keluarga inti, tanpa mengundang orang luar sama sekali. Pesta kecil usulan Kasih, yang lagi-lagi langsung disetujui oleh Lex tanpa harus berpikir dua kali. Kasih menginginkan sebuah pesta kejutan, untuk mengetahui jenis kelamin sang adik yang akan lahir tiga bulan lagi. Usut punya usut, ternyata ide tersebut Kasih dapatkan dari Bening saat suatu ketika Elok sempat telat menjemput di sekolah. Kedua orang itu berbicara panjang lebar, sampai Bening mengusulkan untuk membuat pesta kecil yang sudah sering dilakukan para kalangan artis atau pengusaha di ibukota. “Kalau suka, dilamar,” ujar Elok kemudian duduk pada kursi besi yang berada di teras. Tepat bersebelahan dengan Gilan

  • The Real CEO   Tanpa Terkecuali

    Bersyukur dan berterima kasih. Dua hal itu tidak pernah lepas diucapkan Elok setiap hari, atas kesempatan kedua yang sudah Tuhan berikan. Di antara masalah yang datang bertubi padanya kala itu, Elok masih memiliki keluarga dan banyak sahabat yang bisa dipercaya. Mereka sudah membantu Elok hingga bisa sampai di titik sekarang. Yaaa, walaupun ada yang harus ditukar dan dikorbankan, tetapi hasilnya sangat sepadan. “Jadi, misal nanti adeknya yang lahir cowok, Kasih harus sayang juga.” Sedari awal, Elok harus menjelaskan hal tersebut pada putrinya. Mau apapun jenis kelamin sang adik nanti, Kasih tetap harus bersikap baik karena mereka adalah saudara dan memiliki ibu yang sama. Tidak hanya itu sebenarnya, Kasih juga harus berbuat baik kepada semua orang, tidak terkecuali dan tidak boleh pilih kasih. “Kan, enak kalau punya adek cowok. Nanti kalau sudah besar, ada yang jagain Kasih.” Kasih bersila dan bersedekap sambil menatap perut sang mama yang duduk di tepi ranjangnya. Sebenarnya, saat

  • The Real CEO   Satu Lagi

    “Mas …” “Ya?” “Kenapa di dalam tadi lebih banyak diamnya?” Bila Elok perhatikan lagi, Lex lebih banyak diam sejak mereka dalam perjalanan ke rumah sakit. Pada dasarnya Lex juga bukan pria yang banyak bicara, tetapi, Elok merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya itu. “Apa ada masalah di kantor?” Lex mengeratkan tautan jemari mereka yang ada di atas pahanya. Menatap counter apotek, dari kursi tunggu yang mereka duduki saat ini. Ada banyak perasaan yang tidak bisa Lex urai, karena mengingat masa lalunya. Karena itulah, selama ia dan Elok berada di ruang periksa, Lex hanya mendengarkan semua perkataan dokter dengan seksama. Déjà vu. Ada rasa takjub dan bahagia yang sama, selama Lex berada di ruang periksa bersama Elok. Melihat layar hitam putih dengan sebuah kantung janin berusia lima minggu, sungguh membuat Lex tidak bisa berkata-kata. “Usia kehamilan almarhum istriku juga lima minggu waktu kami pertama periksa.” Kalimat itu muncul begitu saja dari mulut Lex. Ada hal yang

  • The Real CEO   Mau

    “Kalau lantainya ada tiga, bisa bikinin nggak, Om?” Sedari tadi, Kasih hanya menempel pada Aga. Ia melihat pria mencorat-coret desain interior rumah, yang rencananya akan direnovasi dalam waktu dekat.Aga lantas tertawa menatap Lex. Bagi Aga, tidak ada yang tidak mungkin. Hanya tinggal menunggu persetujuan pemilik rumah, barulah ia bisa mengerjakannya. “Gimana, Mas? Tiga lantai?”“Tapi dikasih lift, Om,” sambung Kasih semakin membuat Aga tertawa keras. “Kan, capek, kalau naik tangga dari lantai satu sampai atas.”“Sayang.” Elok meletakkan nampan berisi tiga buah mangkok es campur di atas meja, lalu menatanya satu per satu. “Rumah tiga lantai itu terlalu besar.”“Kan, biar opa sama oma nanti tinggal di rumah kita.” Kasih menggeleng saat melihat es campur yang disajikan Elok. “Terus, ada adek-adekku juga nanti, kan, banyak.”“Banyak?” Lagi-lagi Aga tertawa mendengar kepolosan Kasih. “Memangnya, Kasih mau adek berapa?”Kasih mengulurkan tangan kanannya pada Aga, dan membuka lebar telapak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status