“Pagi, Kiya Sayang.”Sapaan Elok tersebut, langsung membuat Kiya yang baru keluar dari lorong pantry berlari kecil. Sambil berhati-hati memegang cangkir yang berisi kopi panasnya, Kiya menyamai langkah tergesa Elok.“Ada pak Raka di ruangan Ibu,” ucap Kiya. “Pak Restu, sama pak Fahri.”Elok berhenti melangkah, dan menoleh dengan mata memicing menatap asistennya untuk meminta penjelasan. Mengapa hal sepenting ini sampai tidak dikabarkan oleh Kiya sama sekali. “Kiya?”“Saya sudah hubungi Ibu berkali-kali dari setengah jam yang lalu.”Detik itu juga, Elok segera berlari meninggalkan Kiya menuju ruang kerjanya. Elok yakin sekali dirinya tidak terlambat datang ke kantor pagi ini. Begitu sampai di bandara, Elok langsung dijemput oleh supir sang papa dan segera pergi menuju Antariksa tanpa mampir ke mana pun. Masalah ponsel, sepertinya Elok harus membeli sebuah ponsel lagi untuk mobilitasnya meskipun tampak merepotkan.Elok mengetuk pintu ruang kerjanya terlebih dahulu, sebelum membuka dan m
Sambil menunggu kuorum terpenuhi, Restu sibuk berbincang dengan salah satu pemegang saham yang duduk di sebelahnya. Sesekali, matanya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan dan juga menatap pintu masuk. Setelah sedikit perdebatan yang dilakukan Elok dan dirinya beberapa saat yang lalu, Restu semakin yakin jika wanita itu tengah menghadapi masalah besar seorang diri.Restu jadi bertanya-tanya dalam hati, apa Elok juga menyembunyikan penyakit tersebut dari keluarga besarnya? Merahasiakannya dari putri cantik yang usianya masih sangat belia? Pun dari suaminya?Kenapa hal seperti ini justru diketahui Restu di penghujung keputusan rapat yang sudah terencana? Jika tidak, Restu mungkin masih bisa berbaik hati dengan tidak menekan Elok dengan foto-foto tersebut.Atau, Restu mungkin akan tetap memberi Elok sebuah posisi dalam jajaran direksi di Antariksa nantinya. Entahlah, untuk saat ini Restu akan menjalani agenda yang sudah direncanakan terlebih dahulu.Restu kemudian melihat kurs
“Aku mau bicara.” Restu menatap tajam pada Raka yang hendak pergi dari ruang meeting. Berdiri tepat di depan kursi roda pria tua itu, tanpa ada niat untuk bergeser seinci pun. Sekilas, matanya berlari melihat Elok yang jalan tergesa keluar dari ruang rapat. Wajah wanita itu tampak kesal, hingga membuat rasa penasaran Restu kembali menyeruak.“Kita sudah bicara tadi pagi,” ujar Fahri mengambil alih karena harus segera membawa Raka kembali ke rumah sakit. Kondisi Raka sudah terlalu lelah, karena harus turun tangan untuk meredam gejolak perusahaan yang disebabkan oleh Restu. Untuk itulah, pria tua itu harus segera kembali ke rumah sakit dan beristirahat. “Jadi minggirlah, Res.”Restu sama sekali tidak mengacuhkan ucapan Fahri. Tatapannya hanya tertuju pada Raka untuk meminta penjelasan. “Kakek nyuruh orang masuk ke dalam apartemenku?”“Yang kamu perbuat itu salah,” ujar Raka menarik napas panjang sebentar. Rasa-rasanya, Raka tidak akan tahan jika harus berada lebih lama lagi di Antariksa
“Ada pak Harry di ruangan Ibu,” bisik Kiya menyela pembicaraan antara Elok dengan salah satu komisaris perusahaan. “Beliau sudah nunggu dari 15 menit yang lalu.” Elok mengerjap. Menatap Kiya dalam diam untuk memproses ucapan asistennya itu. Setelah menyadari hal tersebut, Elok berpamitan pada lawan bicaranya dan bergegas pergi menuju ruangan kerjanya. Berani-beraninya Harry datang ke kantornya tanpa memberitahu Elok terlebih dahulu. Jika saja hubungan mereka dalam keadaan baik-baik saja, tentunya Elok akan menyambut Harry dengan penuh suka cita. Akan tetapi, hubungan keduanya kini bagai telur di ujung tanduk. Dan Elok masih belum bisa memberi keputusan pasti, mengenai nasib pernikahan mereka ke depannya. Elok masih terlampau sakit hati, karena Harry telah berani mengkhianati pernikahan mereka selama dua tahun belakangan ini. Ternyata, menenangkan diri dalam waktu singkat di Singapura tidak sanggup memberi Elok sebuah ketenangan. Elok membuka pintu ruang kerjanya, dan segera menutu
“Susu.”Harry menyodorkan segelas susu hangat pada Elok, yang masih duduk di tempat tidur sambil memeluk kedua kakinya. Sejak kembali dari pemakaman Raka petang tadi, Elok hanya merenung dan tidak beranjak ke mana pun. Harry yang sudah menemani sang istri sedari Raka pingsan di lobi gedung Antariksa, sangat mengerti jika Elok begitu kehilangan sosok seorang guru. Pria tua itu, akhirnya berpulang dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah menyelamatkan Elok dari ancaman Restu. Yang bisa Elok lakukan setelah ini untuk membalas Raka adalah, mempertahankan Antariksa sehingga tidak jatuh ke tangan Restu. Entah apa rencana pria itu sebenarnya terhadap Antasena Grup. Namun, Elok akan berdiri di garda terdepan untuk menghalaunya mengambil alih perusahaan. Setelah masa berkabung selesai, barulah Elok akan menemui Fahri untuk bertanya duduk permasalahan yang ada sebenarnya. Kemudian, Elok melirik gelas tersebut, lalu menatap Harry yang baru saja duduk di sampingnya. “Coffee please.”“No.” H
“Harusnya kamu istirahat dulu, berangkat siangan juga nggak papa.”Akhirnya, mereka menikmati pagi ini seperti sedia kala. Meskipun, sikap Elok masih sedikit kaku dan memberi jarak. Namun, Harry dapat memakluminya dan akan bersabar karena semua masalah yang sudah diperbuatnya. Paling tidak, mereka sudah tidur di ranjang yang sama dan itu adalah sebuah kemajuan yang besar.“Maunya begitu.” Elok memakai blazer kerjanya sambil menatap Harry yang tengah memilih dasi. “Tapi, pak Fahri ngadain rapat direksi pagi ini.”Setelah selesai memakai blazer, Elok menghampiri Harry yang baru saja mengambil seutas dasi. Elok mengambil alih dasi tersebut, lalu memasangkannya seperti yang selalu ia lakukan setiap pagi.Sebersit pikiran buruk kembali muncul di kepala, bagaimana jika Harry kembali melakukan perselingkuhan di belakang Elok? Seperti yang pernah Restu sampaikan, bahwa tubuh Elok sama sekali tidak menarik dan tidak membuat pria itu tertarik untuk menyentuhnya. Jadi, wajar jika Elok masih mera
“Bu El!” Kiya bergegas masuk ke ruangan Elok setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Dengan wajah gusar, Kiya langsung duduk di kursi yang berseberangan dengan Elok. “Apa Ibu beneran mau diganti?” tanya Kiya merasa resah dan gelisah. Sudah cocok bekerja dengan Elok, membuat Kiya enggan jika harus menjadi asisten orang lain. Meskipun Elok sudah menjaminnya bisa bekerja di Jurnal, tapi rasanya berat jika harus melepas posisinya sebagai asisten pribadi Elok. “Dengar gosip dari mana?” tanya Elok dengan santai karena tidak ingin menambah kegusaran asisten pribadinya. Sejenak, Elok melihat jam dinding dan rapat direksi akan dimulai sekitar 10 menit lagi. “Saya baru aja lewat ruang rapat direksi, dan pak Fahri sendiri yang bilang ke … saya nggak tahu pak Fahri bicara sama siapa,” ungkap Kiya. “Soalnya saya cuma dengar suara pak Fahri, terus langsung ke sini.” Apa benar Fahri akan mengganti Elok? Apakah ini hasil dari rapat keluarga kecil yang melibatkan pengacara di dalamnya? Tidak ing
Elok memilih diam dan mengamati setiap peserta yang hadir di ruang rapat. Tidak seramai rapat kemarin, karena yang hadir hanyalah anggota dewan direksi, komisaris perusahaan serta pemegang saham mayoritas.Akhirnya, semua yang telah direncanakan Elok dalam waktu singkat sudah terselesaikan dengan sempurna. Kiya sudah menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa ada hambatan. Sementara Gilang, akhirnya mampu melakukan apa yang Elok minta dengan sempurna. Kini, Elok hanya tinggal berjaga-jaga saja. Jika yang dikatakan Kiya benar adanya, barulah Elok akan bertindak dan tidak akan tinggal diam.Sampai detik ini, Elok masih saja bertanya-tanya tentang Fahri yang berencana mendepaknya dari Antariksa. Setahu Elok, dirinya dan Fahri tidak memiliki konflik apapun selama ini. Bukankah Fahri sendiri yang membawa Elok ke dalam Antariksa dan membimbingnya dari bawah. Namun, mengapa kabar menyakitkan seperti itu, bisa sampai berhembus dari mulut Fahri.Sementara Restu dan ayahnya, sedari tadi sibuk berd