Share

3. Neraka Bagi Athena

“Siapa nama lo?”

“Oh, nggak usah dijawab, dari name tag udah kelihatan… Athena Amerta.” Ares tersenyum seperti iblis bagi Athena, “Athena Dewi Kebijakan kan? Yang gue tahu, Athena juga Dewi Perang. Lo Dewi Perang, gue Dewa Perang. Lo tahu kan kalau Ares juga nama Dewa Yunani? Kita sama-sama anak Zeus, tapi dari ibu yang berbeda. Tapi lambang kita sama, burung hantu.”

Athena hanya bisa melongo melihat Ares yang mengoceh tentang Dewa-Dewi Yunani, ia sama sekali tidak bisa tenang saat Ares duduk di hadapannya. Sidney, sahabat gilanya itu entah kabur ke mana sebelum Ares menerobos masuk ke dalam kelas mereka saat dua detik setelah bel istirahat berbunyi.

“Temen lo gue suruh beliin roti dan susu kotak buat gue. Hukuman buat dia sebagai pemilik channel.” Ares menjelaskan seakan bisa membaca apa yang Athena pikirkan ketika gadis dengan rambut dicepol itu melirik ke sekitar seperti mencari seseorang.

“Tenang aja, temen lo itu bakal gue jadiin babu seminggu doang kok. Kompensasi pengganti pembatalan tuntutan. Lo juga bakal dapet bagian.”

“Apa?” Athena terbelalak, “Gimana bisa lo nuntut, padahal gue sama Sidney nggak ngerugiin lo, karena rencananya aja gagal!” protesnya.

“Gimana bisa, kata lo? Lo nggak sadar ya, masukin muka gue ke konten kayak gitu sama aja kayak ngejual wajah rupawan ini buat dipertontonkan. Dan gue bisa aja nuntut lo berdua karena melanggar hak gue yang nggak mau wajahnya tersebar di internet.”

Athena seketika tertawa kencang, menertawakan kenarsisan lelaki di hadapannya sekaligus perkataannya soal hak dan penyebaran wajahnya di internet. Bagaimana bisa ada orang yang sensitif soal itu? Jaman semakin canggih, dan media sosial semakin banyak. Tidak ingin wajahnya ada di internet? 'Orang ini ngaco kali ya?' Pikir Athena dalam hatinya.

“Kenapa ketawa?” Ares dibuat kesal, “Heh antena TV, jangan pikir gue bercanda.”

“Lo pikir gue percaya? Mana bisa muka lo nggak ada di Internet? Emangnya lo nggak punya akun sosial media? HAHAHAHAHA.” Athena kembali tertawa. Tidak sadar dirinya disebut sebagai antena tv.

“Iya. Gue nggak pakai akun sosial media. Terus kenapa? Gue nggak mau muka ganteng gue ini kesebar dan disalahgunakan sama orang yang nggak bertanggung jawab.”

Seketika Athena terdiam. 'Eh serius?' Batinnya.

“Kenapa sekarang lo diem? Kaget? Penasaran?”

“Ngapain juga gue penasaran sama lo? Yang ada lo kelihatan kuno, norak, dan nggak update banget soal teknologi.”

“Nggak pakai sosmed bukan berarti gagal teknologi, duh.”

“Tapi lo punya akun youtube.”                     

“Terpaksa bikin karena Xavier tiba-tiba nelepon gue dan ngasih tahu muka gue ada di youtube.” gumam Ares pelan.

“What? Savi what?”

“Budek lo. Udah lah, mending ikut gue ke kantin.”

“Ngapain? Lagian Sidney udah beliin lo roti sama susu kotak kan, katanya.”

“Ketemu sama pacar lo.” Ares menarik tangan Athena secara paksa sampai pergelangan tangan gadis berambut cepol itu memerah.

“Aw! Sakit! Lepas, nggak?”

“Semakin lo berontak, semakin kenceng cengkeraman gue.” Ares tidak main-main, rasa sakit di pergelangan tangan Athena semakin terasa perih.

“Ketemu pacar gimana kalau gue aja nggak punya pacar.”

“Sebentar lagi lo punya pacar.”

'Sarap ni orang.' Athena membatin. Tidak berani berkata langsung. Takut orang yang menarik tangannya itu semakin menggila, dan bisa saja benar-benar mematahkan pergelangan tangannya. Ia juga merasa heran, bagaimana bisa kelasnya sangat sepi saat jam istirahat? Biasanya beberapa dari mereka membawa bekal dan makan di kelas, atau ada yang malas pergi ke kantin yang sesak dan memilih tidur selama jam istirahat, kemudian cabut ke kantin saat jam pelajaran. Tapi ke mana perginya semua orang itu?

Ternyata jawabannya ada di sini. Mereka semua ada di kantin. Ruangan sebesar 15 kali 20 meter itu sekarang penuh sesak. Seperti ada hal menarik yang membawa mereka semua ke sini. Athena masih tidak mengerti. Sampai sebuah suara dari speaker entah di mana mengagetkannya. Athena bisa melihat sebuah LCD dan layar putihnya yang entah sejak kapan bisa berada di kantin, ditambah semua orang seakan siap menonton tayangan apapun yang akan diputar di sana sambil menyantap makan siang mereka.

“Eh itu adik kelas yang baru pindah itu, kan?”

“Itu dia yang tadi minta mang Jajang masang LCD di kantin?”

“Gue denger dia mau bikin perhitungan sama Sidney karena konten yang nggak diizinin itu malah ditayangin?”

Athena bisa mendengar bisik-bisik orang di dekatnya yang melihat kedatangan mereka ke kantin. Apa katanya? Membuat perhitungan pada Sidney? Athena segera mencari keberadaan sahabat berponinya itu. Takut jika Sidney mendapat serangan panik tiba-tiba.

“Lepasin gue dulu. Gue harus nyari Sidney. Di mana dia?” Athena berusaha melepaskan cengkeraman Ares pada pergelangan tangannya.

“Ah, gue lupa ngasih tahu lo. Sidney bukan beliin gue roti dan susu kotak. Tapi dia jadi operator hari ini. Sebentar lagi video kontennya bakal ditayangin. Ayok kita cari tempat duduk.” Ares bukannya melepas pergelangan tangannya malah menarik Athena ke tengah kerumunan di kantin. Beberapa orang menyingkir, memberikan tempat duduk untuk Ares dan Athena. Gadis bercepol itu hanya bisa bengong keheranan. 'Dia nyogok apa sampe mereka pada nurut gini?' Batin Athena.

“Lo harusnya nggak heran lagi. Kalau pindah sekolah aja hal yang gampang buat gue, hal-hal kayak gini nggak ada apa-apanya.” bisikan Ares seperti bisikan iblis baginya. 'Pantes aja lo dinamain Ares, Dewa perang yang bisanya bikin kerusuhan dan kehancuran. Persis kayak lo sekarang.' Athena menyumpah dalam hati.

“Semua orang kayaknya udah nonton video itu. Lo nggak perlu bikin layar tancep segala buat nunjukin ke semua orang soal wajah rupawan lo itu.” dengan penuh sarkasme gadis itu berucap.

“Kata siapa gue mau nunjukin wajah rupawan? Hari ini gue mau ngenalin pacar baru lo.” senyum licik masih terpantri di wajah Ares, “Lihat aja, setelah ini lo bakal sadar, siapa yang lebih kuat dari siapa.” Ares berbisik sangat pelan di telinga Athena, hampir seperti hembusan napas.

Lalu sebuah video diputar. Atensi penghuni kantin seketika teralihkan, dari makanan ke layar putih di depan. Suara dari speaker juga cukup besar dan mungkin bisa didengar sampai ke kelas di sekitar kantin. Walau enggan, Athena juga penasaran, apa yang akan Ares perlihatkan. Dan di sana, video yang diunggah Sidney di channelnya diputar. Sama persis seperti sebelumnya. Tidak ada yang aneh, pikir Athena. Lalu saat video selesai, muncul wajah Ares di layar. Sedang duduk di kursi tepi sebuah kolam renang. Memegang secangkir sirup dengan kaki disilangkan. Terdengar suara bisik-bisik ramai yang mengatakan bahwa wajah Ares sangat tampan, bahwa latar tempat video itu adalah vila pribadinya, dan lain-lain.

Lalu Ares mulai bicara di video itu, “Hi guys, pasti kalian heran kan kenapa tiba-tiba ada gue muncul di layar. Jadi sebenarnya, Athena itu nggak salah orang. Benar kalau gue itu pacarnya…”

“ARES!” Athena seketika berdiri dari duduknya ketika mendengar pengakuan palsu Ares di Video.

“Ana, kamu nggak usah marah gitu. Emang udah waktunya mereka tahu kalau kita itu pacaran dari lama. Dan fakta kalau kamu lagi mabuk di video kontennya Sidney. Kamu inget-inget lagi deh, di sebelah Café itu ada Bar, kan? Kamu lupa kalau kamu habis mabuk-mabukan di sana dan Sidney nyuruh kamu buat bikin konten? Sebenarnya kamu yang dikerjain. Aku sama tanteku disuruh dateng sama Sidney ke Café itu, dan pura-pura jadi target kamu. Dan Sidney ngebuat seolah-olah aku nggak kenal sama kamu, biar bikin kamu bingung. Karena kamu bakal bener-bener kehilangan kesadaran kalau lagi mabuk.” Ares dalam video melanjutkan, memotong amarah Athena pada Ares di sebelahnya.

“Ana, jangan marah sama Sidney. Dia cuma mau ngebantu aku buat minta maaf sama kamu lewat video ini. Kamu pasti stress ya karena aku ngancem bakal mutusin kamu, karena kamu pengen terus nyembinyiin hubungan kita, hm? Aku sampai rela pindah sekolah buat kamu. Aku nggak tahu kalau Sidney bakal beneran upload video itu, kupikir cuma buat ngancem kamu aja supaya mau mengakui hubungan kita.”

Athena bergeming. Tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya yang masih berdiri. Matanya menatap tajam ke arah Ares, penuh kebencian. Video itu sepertinya belum berakhir, tapi kemarahan Athena tidak bisa ditahan lagi. Dengan sekuat tenaga ia menampar pipi Ares kencang. Semua mata menoleh ke arah mereka. Bisik-bisik mulai terdengar lagi. Ada yang percaya pada Ares, ada juga yang menganggap pria itu sudah gila. Tapi karena Athena adalah gadis yang tertutup selama ini, banyak orang lebih percaya pada Ares. Fakta bahwa yang memutar video itu adalah Sidney—sahabat baik Athena, membuat orang semakin percaya pada Ares. Beberapa ada yang tahu tentang Café itu dan berkata bahwa benar, di sebelah Café itu terdapat Bar yang cukup terkenal. Tanda tanya semakin banyak. Athena yang terlihat sebagai gadis baik-baik tertanya tak benar adanya, karena diduga suka mabuk-mabukan. Mungkin saat ini fakta itu sudah sampai ke telinga para Guru.

Athena segera pergi dari kantin karena tidak tahan mendengar bisik-bisik dari orang lain yang mengolok-oloknya. Video ditutup dengan beberapa kalimat dari Ares, “Buat kalian semua, tolong jangan menggunjing Athena. Wajar kan dia kayak gitu kalau cintanya sama gue udah setengah mati. Mungkin Athena malu karena tahu gue adalah anak yang sering pindah sekolah karena berulah dan beberapa kali nggak naik kelas, makanya dia nyembunyiin hubungan kita. Yah, seharusnya gue sekarang udah kuliah semester satu. Jadi Athena nggak pacaran sama brondong, karena gue lebih tua dua tahun dari dia.” lalu selesai.

Sidney muncul dari balik layar putih dengan air mata yang sudah berlinang. Ia menatap Ares dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Tapi orang-orang menganggap bahwa Sidney merasa bersalah karena sudah mengkhianati Athena dan malah membantu Ares mengungkap hubungan mereka. Padahal dalam hati, Sidney rasanya sangat jahat karena sudah menuruti perintah Ares dan menyesal telah mengupload video prank gagalnya sampai jadi seperti ini. Apa seharusnya ia rela dituntut dan menyewa seorang pengacara saja?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status