Share

Sebuah kejutan

Sementara itu, di perusahaan Tamtama Group, Viera sedang makan siang bersama sahabatnya yang bernama Aisyah. Keduanya menikmati bekal yang dibawanya seraya bercerita kesana-kemari membahas hal-hal yang yang bersangkutan dengan sosok pria yang tak lain adalah adalah sang manager sekaligus merupakan kekasih Viera.

"Tumben Pak Aliando nggak ikut kita makan? Kenapa kamu nggak ajak Faqih saja biar ikut makan siang bersama kita?"

"Tadi Al bilang ada janji diluar dengan temannya, katanya sih urusan pekerjaan. Tapi dia memintaku untuk menyimpan bekal makan siangnya, karena dia akan memakannya setelah dia kembali. Makanya aku tidak mengajak Faqih makan bersama, karena kamu tau sendiri aku hanya membawa bekal untuk 3 orang saja. Lagipula dia tadi bilang akan makan di kantin bersama sepupunya," jawab Viera seraya mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran pak Al lagi ketemuan sama siapa ya? Tumben banget dia melewatkan acara makan siangnya bersamamu. Aku kan tahu pak Al tidak pernah 1 kali pun melewatkan makan siangnya bersamamu." Aisyah terlihat seperti seseorang yang tengah memutar otaknya saat menebak-nebak dengan siapa atasannya bertemu.

"Mungkin ada hubungannya dengan pekerjaan Syah, aku tidak mau ambil pusing dengan siapa dia bertemu saat ini." Viera membereskan bekal makan siangnya.

"Kamu selalu saja seperti itu, tidak pernah memperdulikan apa yang dilakukan Pak Aliando. Mungkin memang benar kamu tidak benar-benar mencintainya." Aisyah berbisik di telinga sahabatnya untuk menyampaikan perkataannya.

Di saat yang bersamaan, terlihat sosok pria tampan yang sudah 1 bulan bekerja di perusahaan itu datang menghampiri mereka dan mencoba menyapa. Dia adalah Faqih Mahendra yang merupakan sosok pria yang merupakan pewaris tahta Mahendra Group yang sedang menyamar menjadi orang biasa hanya untuk mencari calon istri yang menurutnya pantas dan bukan hanya mengincar harta.

Dan saat ia keluar dari Mansion mewah keluarganya untuk mencari tempat tinggal sementara, ia tidak sengaja bertemu dengan sosok wanita yang tak lain adalah Xaviera Mabella. Yang dengan tulus mau membantunya dan mencarikan sebuah pekerjaan di perusahaan Tamtama Group. Bahkan saat ia berpura-pura mengeluh tidak punya cukup uang, wanita berparas cantik yang sangat baik hati dan lemah lembut itu tanpa berpikir panjang mau meminjamkan uang padanya.

Sehingga hal itulah yang membuatnya mengincar sosok Viera untuk ia jadikan istri meskipun wanita tersebut sudah mempunyai seorang kekasih. Karena ia bisa melihat bahwa Viera tidak benar-benar mencintai sosok pria yang merupakan manager di perusahaan.

"Hai Aisyah," sapa Faqih dengan tersenyum tipis.

"Hai juga Faqih. Sudah selesai makannya? Kok cepet banget, apa buru-buru makannya biar bisa ngobrol sama kita-kita?" Aisyah mengedipkan matanya karena ia lah yang menjadi mak comblang antara pria di depannya dengan sahabatnya atas permintaan Faqih yang memberinya banyak uang tanpa sepengetahuan dari Viera.

"Kamu pinter banget Aisyah, bahkan kamu sudah seperti seorang peramal saja, bisa tahu apa yang ingin aku lakukan. Aku mau ngomong sesuatu berdua dengan Viera, apa bisa kamu meninggalkan kami berdua?" tanya Faqih pada Aisyah.

"Baiklah, sebenarnya aku juga ingin pergi ke toilet. Kalau begitu aku titip sahabatku yang paling cantik dan manis ini. Tolong jagain dia, jangan sampai kabur dari sini," sahut Aisyah yang sudah mengerlingkan matanya pada Faqih dan juga sahabatnya dan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Jangan anggap serius perkataan Aisyah, dia memang suka bercanda orangnya," ucap Viera yang mencoba untuk menetralkan suasana penuh kecanggungan di depannya. Sebenarnya ia sangat merasa nyaman berada di dekat pria yang baru 1 bulan dikenalnya itu.

Karena saat ia berada di dekat kekasihnya, ia seperti tidak bisa bernapas dengan normal karena sikap over protective yang membuatnya berada dalam lingkup penjara cinta yang diciptakan oleh Aliando yang sudah 1 tahun menjalin kasih dengannya. Karena kekasihnya tidak pernah mengijinkannya untuk berbicara atau pun berteman dengan pria lain.

Sehingga ia selalu curi-curi waktu saat Aliando tidak ada di sisinya untuk sekedar say halo atau berbicara dengan rekan kerja pria di perusahaan. Termasuk dengan Faqih yang baru 1 bulan ini dikenal dan ditolongnya.

Faqih menatap ke arah wanita yang dari tadi terlihat tengah melamun, seolah sedang banyak pikiran. "Ehm ... tapi sepertinya Aisyah seperti menyukaiku daripada kekasihmu itu. Menurutmu, aku dan Aliando lebih keren mana?"

"Kamu mau mengajakku bicara hanya untuk menanyakan hal konyol itu?" Viera menepuk jidatnya dan terlihat geleng-geleng kepala. Kemudian melanjutkan perkataannya, "Kalian berdua sama-sama keren. Apakah kamu sudah puas? Lebih baik kamu segera pergi, sebelum Aliando datang. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman dan malah akan membuatmu celaka. Pergilah, Faqih. Aku pun mau kembali ke ruangan kerjaku." Viera berusaha menghindari berinteraksi lama-lama dengan pria lain karena tidak ingin membuat celaka orang yang diajaknya bicara.

Karena kekasihnya adalah sosok pria arogan yang suka menghajar pria lain yang berani berbicara dengannya. Sehingga ia selalu berjaga-jaga agar tidak ada pria ke 20 yang babak belur karena berbicara dengannya. Namun, karena ia merasa sangat iba dengan Faqih yang bilang adalah perantau dan membutuhkan pertolongan, membuatnya tidak keberatan membantu.

"Baiklah, aku tahu kalau kamu sangat takut pada kekasihmu itu. Aku tidak akan membuatmu dimarahi oleh Aliando yang arogan itu," ujar Faqih yang bangkit dari kursi di ruangan pantry itu seraya bergumam di dalam hati.

"Aku akan melakukan apapun untuk merebutmu dari Aliando. Akan tetapi, bukan sekarang, karena aku menunggu saat yang tepat. Kamu harus menjadi istriku, Viera. Apapun akan aku lakukan demi bisa membuatmu menjadi milikku, termasuk merebutmu dari pria arogan itu," gumam Faqih yang sudah berjalan meninggalkan Viera.

Viera hanya mengamati siluet dari Faqih yang sudah menghilang di balik pintu. "Apa selamanya aku akan selalu merasa was-was dan ketakutan seperti ini. Astaga, semenjak aku menerima cinta dari Aliando, menbuatku tidak bisa menjadi diri sendiri. Aku yang sekarang seolah bukan diriku yang sebenarnya. Sampai kapan aku harus begini," ucap Viera yang berbicara sendiri. Dan tak lama berselang setelah ia menutup mulutnya, sosok Aliando terlihat berjalan memasuki ruangan pantry.

"Hai Sayang," ucap Aliando yang berjalan semakin mendekat ke arah sang kekasih seraya mencium keningnya. Ruangan pantry yang terlihat sepi itu terlihat sangat hening karena para OB tidak pernah makan di sana dan memilih makan di kantin.

"Kamu sudah kembali Al," ucap Viera yang menyunggingkan senyumnya.

"Iya, ayo ke ruanganku dulu! Aku sudah sangat lapar, dan ingin kamu menyuapiku," ucap Aliando seraya mengerlingkan matanya.

Viera kini berjalan mengekor Aliando menuju ke ruangan kerja sang kekasih. Beberapa saat kemudian ia mengingat kalimat bernada manja dan menurutnya sangat konyol itu hanya membuatnya geleng-geleng kepala. "Apa benar kamu memintaku menyuapimu, Al? Kenapa kamu bersikap manja seperti anak TK saja."

"Kenapa kamu tidak peka dengan apa yang aku mau, Sayang. Aku hanya ingin bermanja-manja denganmu. Sudah lama rasanya kita berdua tidak bermanja ria, padahal dulu di awal kita berhubungan, kamu selalu bersikap manja kepadaku. Jadi aku rindu dengan semua sikap manjamu padaku." Aliando mendaratkan tubuhnya di sofa yang berada di sebelah wanita yang sudah mulai membuka kotak makanan. 

Seolah tidak memperdulikan kata-kata Aliando, Viera membuka tutup kotak makanan yang ada di meja dan membawanya ke depan laki-laki di depannya itu. Satu suapan dilayangkannya ke mulut Aliando "Sudah jangan banyak bicara, sekarang buka mulutmu!" Viera mengangkat satu sendok penuh makanan ke arah mulut Aliando.

Tak membuang waktu, Aliando pun membuka mulutnya dan langsung mengunyah makanan yang disuapkan sang kekasih padanya. Entah sudah berapa suapan yang diterimanya, tanpa terasa makanan sudah tandas tanpa meninggalkan sisa.

"Kamu memang sangat pintar memasak, Sayang. Sepertinya aku memang sudah ketagihan dengan masakanmu. Hingga membuatku selalu ingin makan makanan yang dimasak olehmu." Aliando mengalungkan kedua tangannya di belakang leher Viera dan mulai mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir manis kekasihnya. "Anggap saja ini makanan penutupnya." Aliando tersenyum nakal pada kekasihnya yang terlihat sangat terkejut dengan perbuatannya.

Viera yang benar-benar sangat terkejut dengan perbuatan tiba-tiba dari Aliando, mengarahkan tangannya untuk mencubit paha pria yang selalu tanpa ijin menciumnya. "Kamu selalu saja mencuri kesempatan dalam kesempitan, Al."

"Kalau aku meminta ijin, kamu tidak akan pernah mengijinkan aku untuk menciummu. Aku bahkan sudah sangat hafal dengan perbuatanmu," rengut Aliando dengan tampang kesal saat mengingat ia yang selalu meminta ijin untuk mencium sang kekasih, tapi selalu berakhir dengan sebuah kekecewaan.

Sedangkan Viera hanya bisa diam saat mendengar kalimat menohok dari pria di depannya. Bahkan ia selalu beralasan ingin menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita dengan cara tidak mengobral bibirnya.

"Sudahlah, jangan membahas hal sepele ini lagi. Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Sayang. Aku mau meminta nomer handphone Faqih. Hari ini aku ingin mengajaknya makan di luar. Begitu melihatnya, sepertinya aku bisa cocok berteman dengannya," ucap Aliando.

"Sebenarnya apa alasanmu mengajaknya pergi makan? Kamu pun tidak berteman baik dengannya, kamu tidak sedang merencanakan untuk menghajarnya kan, Al? Aku tidak ingin kamu mengulangi kesalahanmu dulu." Tatapan menyelidik diarahkannya pada pria di depannya.

Aliando refleks menggelengkan kepalanya, untuk mencoba menghilangkan kecurigaan dari sang kekasih yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan tajam. "Ada yang ingin aku bicarakan denganya Sayang, sekalian saja aku ajak dia ke tempat langganan aku. Kamu jangan berpikir yang macam-macam, aku hanya ingin berteman dengannya." Aliando mencoba meyakinkan kekasihnya agar tidak mencurigainya berlebihan. Meski kenyataannya ia memang sedang merencanakan sebuah hal besar untuk pria yang mencoba mendekati sang kekasih.

Viera mencoba sedikit menimbang-nimbang keputusannya dengan berpikir, "Ehm ... baiklah Al, aku kasih tau nomornya." Viera membuka ponselnya dan mencari nomor Faqih. Lalu mengirimkan pesan kepada Aliando yang berisi nomor ponsel pria yang ditolongnya tersebut.

"Baiklah Al, aku kembali ke meja kerjaku dulu." Viera melangkah keluar meninggalkan ruangan. Meski saat ini pikirannya seolah tidak tenang saat memikirkan 2 pria yang akan saling bertemu itu. Namun, ia mencoba untuk menghilangkan pikiran buruknya dan mencoba berpikir positif. "Semoga tidak terjadi sesuatu hal buruk pada mereka berdua. Karena aku tidak ingin membuat 2 pria ini berkelahi," gumam Viera.

Sedangkan Aliando hanya menganggukkan kepalanya, dan sejenak menatap siluet kekasihnya yang sudah menghilang di balik pintu. "Sebentar lagi kamu akan membenci Faqih, Sayang. Apa yang akan kamu lakukan setelah melihat pria berengsek itu bercumbu dengan wanita lain? Mungkin menyebut namanya saja kamu tidak akan mau. Aku sudah tidak sabar menunggu malam ini, karena malam ini aku akan memberimu sebuah kejutan." Aliando pun berbicara sendiri di ruangannya dan tak lupa senyuman penuh seringai jahat tampak dari wajahnya.

TBC ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status