Share

Sabotase

Part 3 

Tanpa sadar Tris mengulum senyum saat melihat gaya tidur Verda yang unik. Tubuh gadis itu bergelung di sofa dan mulutnya menganga lebar. Dengkuran halus terdengar dari bibir gadis itu yang tampak sangat lelap. 

Tris menggeliat dan menyeringai saat mendengar suara tulangnya gemeretak. Pria berhidung bangir itu menguap beberapa kali, kemudian mengusap wajah dan rambut dengan kedua tangan. 

Di hadapan, tampak sepasang pria dan perempuan yang masih terlelap. Pandangan Tris beralih ke jendela dan terkesiap saat melihat sinar matahari yang telah menyorot dari separuh jendela yang tidak tertutup gorden. 

Pria berkulit kecokelatan itu memutar tubuh dan memelototi jam bulat di dinding. Ternyata sudah pukul 7 pagi, dan dia terlambat untuk membelikan sarapan buat ibunya. 

Tris menepuk-nepuk lengan Verda, berharap gadis itu bisa segera terbangun. Susah payah dia membangunkan, tetapi Verda tetap bergeming.

"Kepret pakai air," ujar perempuan yang tengah berbaring di ranjang khusus pasien. 

"Nggak apa-apa gitu, Teh?" tanya Tris dengan ragu-ragu. 

"Nggak apa-apa, dia mah kalau udah tidur itu susah dibangunin," jawab Vika seraya tersenyum. Perempuan itu menyentuh rambut pria yang masih tertelungkup di dekatnya, berharap sang suami juga segera bangun. 

Tris berdiri dan jalan menuju meja Mengambil sebotol air mineral, membuka tutupnya dan meneguk beberapa kali, kemudian menuangkan sedikit air ke telapak tangan dan menyiramkannya ke wajah Verda. 

Seketika gadis itu terbangun, mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menyadari di mana dia berada. Tatapannya beradu dengan sang kakak yang tengah tersenyum lebar. Saat Verda menoleh ke kiri, dia melihat Tris tengah menyeringai. 

"Teu sopan!" protes Verda sambil mengusap wajahnya yang basah. (gak sopan)

"Abisnya dari tadi dibangunin susah bener," sahut Tris. "Aku pamit, ya, mau beliin ibu sarapan terus istirahat sebentar," lanjutnya sembari mengenakan jaket yang kemarin dia sampirkan di sofa. 

"Makasih, ya, Tris," ucap Vika dengan tulus. 

"Sama-sama, Teh. Ehm, nanti sore aku ke sini lagi." Tris mengangguk sopan dan melangkah menuju pintu. Pria itu ke luar dan langsung menuju kantin. 

Verda berdiri dan jalan mendekati sang kakak. Reno, kakak iparnya tampak baru bangun dan tengah menguap lebar. 

"Temani aku ke kamar mandi," pinta Vika yang dibalas anggukan Verda. 

Reno berdiri dan membantu sang istri turun dari ranjang. Dia berhenti di depan pintu kamar mandi saat kedua perempuan itu masuk dan menutup pintu. 

Beberapa menit kemudian Verda dan Vika telah keluar. Reno membantu istrinya berganti pakaian, sementara Verda bergegas membersihkan diri dan mengenakan pakaian kerja di kamar mandi. 

"Mas, aku mau cari makanan buat sarapan. Mas mau nggak?" tanya Verda sesaat setelah keluar dan menyisiri rambutnya yang kusut. 

"Boleh, sekalian sama kopi susu, ya, Ver," jawab Reno. 

Verda mengangguk dan segera berlalu. Melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang masih tampak lengang. Beberapa petugas kebersihan menyapanya dan dibalas Verda dengan lambaian tangan. 

Setibanya di depan pagar rumah sakit, Verda bergegas menuju gerobak pedagang kupat tahu. Sambil menunggu pesanannya siap, gadis berambut panjang itu memperhatikan sekitar. 

Banyak kendaraan bermotor memasuki tempat parkir rumah sakit. Orang-orang yang lalu lalang dengan berjalan kaki pun semakin ramai. 

Beberapa saat kemudian Verda sudah berada di ruang perawatan Vika dan tengah menikmati makanan bersama kakak iparnya. Obrolan ringan mereka terputus saat seorang perawat masuk dan menyerahkan bayi mungil yang tengah menangis ke Vika. 

"Anak mama lapar, ya?" tanya Vika sambil membuka kancing kemejanya dan memberikan hak sang bayi yang langsung menikmati sarapannya dengan rakus. 

"Anak saya sudah boleh dipindah ke sini, Sus?" tanya Reno sembari mendekati ranjang dan mengusap rambut tebal sang putra dengan lembut. 

"Boleh, Pak. Sebentar, nanti petugas nganterin box bayi," jawab perawat tersebut sebelum akhirnya berpamitan. 

***

Siang harinya, Kris kembali muncul di hadapan Verda yang tengah sibuk bekerja. Gadis itu mendengkus saat menyadari bila sesosok arwah itu memandanginya dengan lekat sambil tersenyum lebar. 

"Apaan sih? Ganggu orang aja," omel Verda. 

"Kemaren ketemu sama adik akang, ya?" tanya Kris yang sengaja mengabaikan omelan Verda. 

"Hu um, kenapa Akang gak ngomong kalau kembar?" Verda balas bertanya. 

"Karena akang pikir Neng bakal ketemu sama Tris." 

Sesaat hening, yang terdengar hanya suara jemari Verda yang bertemu dengan tuts keyboard. 

"Kasep yak?" tanya Kris. (ganteng)

"Siapa?" Verda balas bertanya sembari mengeryitkan dahi. 

"Tris." 

"Oh, iya." 

"Kasep mana sama akang?" 

"Bisa nggak jangan ganggu dulu! Aku banyak kerjaan." Verda tampak kesal, sementara Kris manggut-manggut. 

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Verda merasa tenang karena Kris akhirnya tidak mengganggunya lagi. Pria itu tampak tengah berjalan mengelilingi ruangan sembari bersenandung. 

"Ver," panggil Nindy, sahabat Verda yang bekerja di bagian administrasi. "Nih, pesananmu," ujar Nindy sambil meletakkan sebuah gabus sintetis di atas meja. 

"Makasih, Nin," ucap Verda sembari membuka benda itu dan meneguk ludah saat mencium aroma mie ayam yang harum. "Kamu nggak makan?" tanyanya sambil mengaduk-aduk mie ayam dengan sendok stainless yang selalu dibawanya di tas kerja. 

"Udah tadi. Tapi kalau kamu nggak sanggup ngabisin, perutku masih kuat menampung," sahut Nindy seraya tersenyum lebar. 

"Beuh, itu yang bikin aku iri. Kamu makannya banyak, tapi anehnya gak gemuk-gemuk." 

"Berkah." Nindy mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding. Dia tidak menyadari bila saat ini Kris tengah berdiri di belakangnya. 

Kedua gadis itu melanjutkan obrolan dengan santai. Hingga rekan-rekan kerja Verda memasuki ruangan, barulah Nindy berpamitan setelah berjanji untuk mengunjungi Vika nanti sore. 

"Neng," bisik Kris yang ternyata masih berdiri di hadapan Verda. 

"Apa lagi sih?" Verda mendengkus kesal. 

"Kasep mana akang dengan Tris?" 

"Ya ampun, bisa kan itu ditanyain nanti!" 

"Akang mau dengar pendapat Neng sekarang." 

Verda memutar bola mata, kemudian memperhatikan sosok pria di hadapan yang tampak memasang wajah serius. "Lebih cakep dan gagah Tris," imbuh Verda yang membuat bahu Kris langsung melorot. 

"Aih, kalah lagi," keluh pria itu. 

Verda tertawa kecil mendengar ucapan Kris. Akan tetapi, tawa itu seketika lenyap saat pria itu berpindah ke samping kanan dan menggeser mouse laptop. 

"Laporanku!" pekik Verda. 

"Udah disimpan kok," timpal Kris. "Akang mau nunjukin sesuatu ke Neng," lanjut pria tersebut sambil menekan keyboard. 

Verda mengangkat kepala dan merasa tenang karena rekan-rekannya ternyata tidak memperhatikan dirinya yang tadi sempat berteriak. Gadis itu kembali memandangi laptop saat Kris menunjukkan sesuatu di layar. 

"Itu siapa?" tanya Verda. Dia sama sekali tidak mengenal sosok laki-laki yang diperlihatkan Kris. 

"Namanya David. Dia ... suami dari teman akang," jelas Kris. 

"Lalu, apa hubungannya?" 

"Tolong selidiki pria ini. Karena akang curiga, kecelakaan yang akang alami itu karena sabotase darinya." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status