Share

2. Jiwa Murni

"Pasvaati terlalu lama menunggu pewarisnya! Sang Pusaka seusia negeri Jawata, sangat sedikit meninggalkan jejak cerita."

________

Taja. Ia memperkenalkan dirinya. Usianya 15 tahun masa Jawata.

Satu bulan lalu, Taja datang ke Tanapura, dibawa Ketua Sujinsha. Tidak sendiri, Taja bersama seseorang lagi.

Lorr En, pengawal sekaligus teman. Nama yang aneh dan tidak umum. Usianya 16 tahun. Selalu menjaga Taja.

Kedua pemuda itu, pada awalnya kesulitan berbicara bahasa Tanapura. Tentang siapa mereka berdua, belum banyak yang tahu. Dari sekte atau suku mana, juga belum jelas.

Satu keberuntungan, Taja terpilih menjadi praja Pemanah Ulung. Dilatih khusus di bawah pimpinan Ketua Sujinsha untuk mempelajari sebuah pusaka di Tanapura.

Pasvaati.

Pusaka legendaris di Jawata, terlalu lama berdiam diri. Berwujud anak panah, simbol kekuasaan Sekte Tanapura selama ratusan tahun silam. Namun siapa sangka Pasvaati memiliki kisahnya sendiri.

Konon, Pasvaati dahulu kala berbentuk keris raksasa yang ditempa ulang oleh pemiliknya. Tiada yang tahu pasti siapa Sang Empu pemilik keris mitos itu. Legenda Keris dan Sang Empu sudah terlampau jauh ke masa lalu dan sedikit sekali meninggalkan jejak cerita.

Taja menatap pusaka Pasvaati dengan seksama. Secara langsung, pusaka turun temurun Tanapura itu, tampak terpampang di atas meja besar. Banyak panah lain berjejer di meja besar itu. Mungkin ratusan dan beraneka ragam jenisnya. Tetapi Pasvaati paling mencolok dan diperlakukan khusus dari caranya terpajang, ditopang di ujung pangkalnya.

Taja beralih pandang kepada Ketua Sujinsha mondar-mandir, mengitari para praja sembari menjelaskan tentang pusaka itu.

Sebentar kemudian, Taja kembali memperhatikan Pusaka Pasvaati yang tampak sederhana. Dari pangkal sampai ujung terbuat dari logam dan masih terawat kinclong putih.

Tiba-tiba Taja teringat sesuatu yang mirip kilaunya seperti Pasvaati. Kilaunya mengenai kedua mata sampai silau. Tapi ia tidak yakin itu apa, atau mungkin tidak ingat.

"Pasvaati ditempa ulang dari keris raksasa!" Ketua Sujinsha tiba-tiba berada di dekat Taja dan membuyarkan pikirannya yang sempat terbawa lamunan.

"Pasvaati bertuah."

"Pasvaati bersemayam jiwa Sang Empu."

Ketua Sujinsha menjelaskan lebih lanjut. Bergidik, semua praja terbawa kisah Pasvaati yang diungkapkan Ketua Sujinsha. Ini juga pertama kali mereka mendengarnya.

"Konon, jiwa para ketua sekte terdahulu masih terhubung dengan Pasvaati."

Lanjut Ketua Sujinsha seraya menunjuk ke arah pusaka panah itu terpajang kokoh.

Semua praja seksama mendengarkan penjelasannya. Semua mata tertuju pada Pasvaati. Senjata panah itu berhasil memukau semua orang. Tidak tampak seperti benda mati, melainkan laksana Sang Pemimpin dari alam lain. Kharismatik. Sakti mandraguna. Elok, menyenangkan siapapun yang melihatnya. Sekaligus takut bagi siapapun yang ingin memilikinya.

"Setidaknya dalam 100 tahun terakhir, tidak ada lagi yang dapat menyentuhnya apalagi menggunakannya!" lanjut Ketua Sujinsha disambut tatapan mata murid-muridnya, tersirat harapan kosong mereka untuk memiliki Pasvaati.

"Kehebatan para Ksatria Tanapura seolah terputus oleh nasib ini!" telapak tangan Ketua Sujinsha mengarah pada Pasvaati yang terpajang gagah di tempatnya.

Kecuali seseorang saja, terlihat antusias dan percaya diri. Seseorang praja berdiri pada barisan paling depan, menghadap persis terhadap Pasvaati. Dia unjuk tangan.

Raojhin. Dia lah praja yang mengangkat telapak tangannya, pertanda hendak mengajukan tanya.

"Apa yang hendak kau tanyakan, Raojhin?" Ketua Sujinsha menanggapi praja itu.

Taja sejak tadi serius, menoleh ke arah Raojhin. Berikut praja-praja yang lain.

"Apakah sudah tidak ada lagi Ksatria Tanapura yang mewarisi kehebatan para leluhurnya?" tanya Raojhin. Ketua Sujinsha menghela nafas sebelum menjawab.

"Bukan kehebatan dan kesaktian yang menjadi takaran untuk mampu menggunakan Pasvaati," jawab Ketua Sujinsha.

"Lantas, siapa yang mampu?" Raojhin mengernyitkan dahi. Semua praja sama herannya seperti dia.

"Pasvaati memiliki Jiwa Murni," jawab Ketua Sujinsha lugas.

"Itu kuncinya!"

"Jiwa Murni?" semua praja bertanya-tanya. Beberapa dari mereka, saling memandang dengan heran.

Tiba-tiba Taja menyahut.

"Sangat disayangkan!"

Semua praja berbaris membentuk lingkaran di sekeliling meja besar. Perhatian mereka beralih ke arah Taja. Tidak terkecuali Ketua Sujinsha. Terasa agak lancang, kalimat itu menyindir banyak pihak. Ketua Sujinsha mendekati Taja berdiri di posisinya.

"Apa maksudmu, Taja?" tanya Ketua Sujinsha.

"Sangat disayangkan jika maksud Tuan ..., sekian banyak Praja Tanapura, tidak seorangpun memiliki Jiwa Murni," ujar Taja sedikit menundukkan pandangan.

"Mereka yang gagal menyentuh Pasvaati, orang-orang berkemampuan tinggi," kata Ketua Sujinsha. Sembari sesekali beralih pandang pada semua murid praja berbaris melingkari sekeliling meja besar yang tertata rapi aneka pusaka.

"Kalian tertantang untuk pelatihan ini!" lanjut Ketua dengan nada tegas. Terakhir, tatap matanya tertuju pada Taja dan Raojhin kebetulan berdiri bersebelahan.

"Pertapa, ksatria, guru besar, bahkan para ketua sekte dari berbagai penjuru, belum ada yang berhasil menyentuh Pasvaati," Ketua Sujinsha menjelaskan secara gamblang tentang kegagalan sudah-sudah.

"Hanya seseorang yang memiliki Jiwa Murni! Itu petunjuknya!" telunjuk Ketua Sujinsha mengarah pada ukiran kalimat pada kayu penopang Pasvaati. Jelas terbaca oleh semua orang yang berada di tempat itu.

"Jika di antara kami, kelak ada yang berhasil menyentuh dan menggenggam Pasvaati, maka ... apa yang akan kita lakukan, Tuan?" Tanya Raojhin penuh harap.

"Gabungkan dengan Sang Gendewa!" lanjut Ketua Sujinsha membuat semua mata berbinar dan terbelalak.

"Kita akan lihat, sehebat apa pusaka Sang Gendewa dan Pasvaati bersatu!" kata Ketua Sujinsha tegas dan berapi-api. Membakar semangat para praja.

"Sang Gendewa ...?!"

Semua murid praja terbelalak.

'Bukankah Raojhin satu-satunya murid praja yang berhasil mengangkat Sang Gendewa?'

Terdengar bisik-bisik para murid praja mengatakan itu. Taja diam-diam mencuri pandang ke arah Raojhin.

'Itukah yang membuat Raojhin tampak percaya diri?' pikir Taja.

"Jika kita mendapatkan orang yang mampu mengangkat Sang Gendewa, maka Pasvaati akan lebih mudah menemukan tuannya!"

Ketua Sujinsha menyita bisik-bisik para muridnya.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status