Home / Fantasi / The Story of Jawata: Pusaka Ajaib / Serangan Kelelawar Raksasa

Share

Serangan Kelelawar Raksasa

Author: JWT Kingdom
last update Huling Na-update: 2023-03-28 02:00:41

"Attamiwa ...!"

Desis rapal terucap dari bibir Ketua komat kamit. Perlahan makin tegas, berulang kali diucapkan. Merapal mantera itu sembari memasang sebilah panah besi terarah ke angkasa. Panah berkilat sesaat. Pusat target ke arah angkasa berkabut. Gerak jemarinya menegang dari tali kendali busur, lantas dengan gesit panah melesat ke atas.

"Serangan panah!"

Seru Ketua Sujinsha mengayunkan komando. Lengan menghujam ke atas langit. Perintah itu dilaksanakan oleh semua anak buahnya yang bersiaga, dengan gesit keluar dari persembunyian masing-masing. Silih berganti melepaskan panah-panah.

Kraaaagh!!!

Jeritan meraung di angkasa luas berselimut awan tebal menghitam. Tampak sekelebat tubuh besar bersayap menukik dari ketinggian dan menghujam tanah. Disusul suara keras menghantam daratan tanah berbatu. Makhluk-makhluk bersayap menggelepar kesakitan, tak terhitung panah menancap di tubuhnya yang menyerupai kelelawar raksasa. Raungan mengerikan membahana ke seluruh lembah. Satu panah paling besar nyaris seukuran tombak, tertancap persis di bagian dada makhluk itu hingga darah hitam bersimbah ke tanah. Makhluk itu meronta, meraung di ujung nafas kehidupannya.

Kraaaaagh...!!!

Makhluk serupa kelelawar raksasa itu tak berkutik dengan raungan terakhirnya, terkapar kaku di tanah. Namun Ketua Sujinsha dan segenap anak buahnya membaca situasi lebih mengancam. Langit kelam menyahut dengan suara-suara serupa berdatangan dari setiap penjuru langit. Semakin jelas raungan makhluk sejenis terdengar semakin mendekat.

"Celaka! Koloni makhluk ini berdatangan!" beberapa anak buahnya menjadi panik.

"Mundur!" perintah Ketua Sujinsha dengan lantang.

"Mundur!"

"Kembali ke kuda!"

Ia menarik segenap pasukannya hanya berjumlah belasan orang. Secepat mungkin mereka bergerak ke posisi kuda-kuda diikat dan meninggalkan tempat itu.

Beberapa saat kemudian, langkah kuda-kuda terhenti secara mendadak diiringi ringkik tajam mengusik keheningan setempat yang asing.

"Kita tersesat!" kata Ketua Sujinsha. Kuda-kuda ikut gusar, sejenak berputar-putar di tempat.

”Hsssh ...,” menenangkan sebentar satu-satunya kendaraan berkaki empat yang mereka tumpangi, para anak buah mencoba untuk mengenali lokasi saat ini mereka berada. Tersadar bahwa mereka hanya berkeliling dan kembali berputar-putar di hamparan lembah yang sama. Kesunyian dan deru angin menjawab rasa mencekam yang semakin menggeluti pikiran masing-masing orang.

Terbebas dari serangan makhluk-makhluk bersayap kelelawar raksasa, berganti kengerian lain merasuki Pasukan Bayangan akan keberadaan tempat asing yang membingungkan dan kental aura magis.

"Jalur masuk seolah menghilang!" pekik seseorang di belakang Ketua Sujinsha.

"Apa kita masih di kawasan Lembah Arwah?!" sahut lainnya cemas. Ketua Sujinsha membuka gulungan peta kuno yang terbuat dari kulit hewan.

"Aku yakin kita sudah keluar dari titik Lembah Arwah. Tetapi, peta ini tidak menunjukkan jalur menuju kota manapun,” kata Ketua Sujinsha, memperhatikan berbagai jalur yang ditunjukkan peta, "Kita harus berjalan dan menuntun kuda.”

"Entah jalur ini menuju kemana, Ketua!" seorang bawahannya melihat ke segala penjuru arah. Semua hanya tampak kawasan belukar kering dan tetumbuhan mati.

"Tidak ada jalan!"

"Ini hutan mati. Tersembunyi dari dunia luar. Tidak ada jejak di sekitar sini," jawab Ketua Sujinsha. Semua anak buahnya semakin was-was.

"Jangan khawatir!"

"Lihatlah bukit-bukit sekitar. Aku yakin mengenal daerah sini. Kita masih di kawasan perbatasan paling barat antara Tanapura dan Kakilangit."

Kata Ketua Sujinsha, meyakinkan semua anak buahnya agar tidak dirundung cemas.

"Ketua, ada cahaya di depan sana!" tiba-tiba seseorang paling terdepan, mengawasi ke suatu arah di kejauhan sana. Jauh pandangan matanya menangkap sesuatu remang-remang di sana.

Suasana mulai gelap. Hanya cahaya remang-remang menjadi pusat perhatian mereka. Cahaya itu seperti menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Tunggu! Jangan gegabah!"

"Kita belum tahu pasti di sana itu apa?" cegah Ketua Sujinsha sambil terus mengawasi kejauhan di sana.

"Sepertinya api unggun!" sahut seorang bawahannya.

"Mungkin mereka, pedagang dari pesisir yang sedang berkemah," lanjut seorang yang lain.

”Jika ternyata mereka, pedagang bandit bagaimana?" seorang anak buahnya, tampak was-was.

"Para bandit tidak lebih menyeramkan daripada tersesat di Lembah Arwah tanpa jalan keluar," raut muka Ketua Sujinsha, lebih mencemaskan sekitar lembah yang menyesatkan.

"Tidak punya pilihan. Setidaknya ada orang lain tidak jauh dari sini," kata anak buah lainnya, paling depan memantau situasi.

"Baiklah, kita ke sana!" perintah Ketua Sujinsha.

* * *

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status