Home / Romansa / The Stranger's Lust / 26. Saturday Morning

Share

26. Saturday Morning

Author: Sky
last update Huling Na-update: 2021-10-18 22:57:38

"Granny, good morning."

"Good morning, boy. Where do you want to go?" tanya Greisy yang baru menutup pintu kamarnya sendiri melihat cucunya memakai baju rapi tetapi tampak nyaman. Mata wanita uzur itu melihat sebuah kaus berkerah polo berwarna putih melekat di bagian tas dan jeans untuk bawahannya.

"Aku ada urusan, Granny. Temanku memerlukan bantuan, jadi aku harus ke sana."

“Pergilah.”

Leyna meletakkan piring berisi tumisan sayur. Lalu, dia mencium pipi wanita tersebut.

"Granny, mau ikut denganku?"

Greisy menggeleng kepalanya pelan, membalas ciuman di kening pria tersebut, "Pergilah. Granny baik-baik saja di sini, nikmati harimu."

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya, Granny. Pulangnya aku akan bawa smoothies untuk Granny. Bye, Granny."

Wanita tua itu melihat Leyna yang memakai sepatu dan meninggalkan rumah. Dengan senyum lembut yang telah mengeriput, dia berucap, "Granny tahu yang kamu alami, Dion."

_The Stranger's Lust_

Dion Addison

[Aku akan ke restoran nanti. Kau ada di sana, kan?]

Leyna Olivia

[Tentu saja]

Leyna tersenyum saat melihat balasan tersebut. Bertukar raga tentulah berarti bertukar seluruh hidup termasuk alat komunikasi tercanggih seperti ini. Jiwa wanita itu tidak menemukan sesuatu yang janggal seperti pesan dari seseorang perempuan atau sebagainya.

Dion Addison benar-benar tidak memberikan perhatian kepada hal-hal romansa seperti itu. Walaupun, Leyna merasa kasihan karena di usia matang tidak memiliki calon pasangan, dia juga merasa bersyukur atas pilihan jiwa pria itu. Wanita itu tidak bisa membayangkan dirinya harus mencintai sesama jenis kalau sungguh Dion memiliki pasangan.

Wanita itu mengayuh sepeda sampai ke sebuah jalur panjang yang akan membawanya ke kota, dia memarkir kendaraan roda dua sederhana itu ke tempat yang disediakan oleh pemerintah, menguncinya dan anak kunci disimpan di kantung celana. Leyna berniat untuk memakai kereta bawah tanah untuk sampai ke sana.

Butuh tiga puluh menit baginya untuk sampai ke kota karena dia melewatkan kereta yang akan ke sana. Leyna tersenyum saat kondisi restoran tidak berubah di jam seperti ini. Dia langsung masuk ke dalam restoran tersebut dan mengambil posisi di dekat jendela.

Leyna selalu ingin duduk di sana selama ini.

"Fries and burger. One lemon tea," kata Leyna saat diberikan buku menu. Dia asal memesan yang terlintas di penglihatannya. Lalu, dia tersenyum ramah ke fisiknya sendiri yang tengah berada di belakang kasir.

Bibir jiwa laki-laki yang mendekam di tubuhnya bergerak meminta untuk menunggunya sejenak. Wanita itu mengiyakan, dia menyilangkan kakinya. Kebiasaan yang tidak pernah hilang karena selalu memakai rok di luar kamarnya. Tetapi, tidak ada yang peduli dengannya.

Karena, sekarang dia bukanlah siapa-siapa.

Berbeda dengan Dion yang memakai gaun sabrina berwarna hijau pastel dengan bawahannya yang sedikit mengembang. Tentu saja, dia harus banyak memoles dirinya sebagai bagian dari anak pemimpin Burk's Falls. Leyna memilih untuk menghabiskan waktunya melihat jalanan kota yang terlihat ramai akan kendaraan.

"Ini pesanannya, Tuan. Silakan dinikmati," ujar suara ringan dan halus. Leyna terkekeh pelan saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Saat pemilik suara tersebut pamit mengundurkan diri, Leyna menahan pergelangannya.

Leyna menatap manik Dion yang tidak berniat melepaskan tangannya, "Wait up. Could you sit with me while I'm eating?"

Lalu suara ketawa terdengar di antara mereka.

"Sure." Jawab Dion langsung dan mengambil posisi duduk di seberang Leyna, meletakkan nampannya di atas meja.

"Granny sangat sehat kemarin. Dia sangat baik dalam menjaga dirinya sendiri," katanya membuka topik.

Dion menyetujui, "Bekas piringnya selalu bersih. Dia sangat memperhatikan dirinya sendiri. Granny membicarakan apa denganmu masalah kasus itu?"

Leyna tersenyum tipis, mengambil sepotong kentang goreng dan mengunyahnya dengan perlahan, "Aku tidak menjelaskannya. Aku takut dia akan semakin memikirkan perkataanku mengingat dia sangat menyayangi cucu laki-lakinya ini. Jadi, aku hanya menjanjikan kalau hal ini tidak akan terulang lagi."

"Tentu saja. Itu hanya sebuah kesalahpahaman dan seseorang membesarkannya seperti kasus berat."

"Kau mendengar kelanjutan kasusnya dari Daddy?" tanya Leyna pelan dengan bisikan.

"Dia mengatakan kalau mungkin Nicolas akan dibawa ke penjara. Tapi, entah lah. Aku tidak tahu pastinya, karena entah mengapa aku diminta untuk tidak mengurusi kasus tersebut lagi dan jadwal balet bertambah," kata Dion dengan lesu. Leyna tersenyum, tangannya refleks mengusap rambut di depannya ini.

"Kurasa kau akan semakin banyak hukuman berdiri di atas pointe shoes," ujar Leyna yang semakin merosot kan bahu Dion.

Dion menghela napas, "Aku bahkan bisa ikut ke sini setelah memastikan mereka kalau aku akan menampilkan yang maksimal di panggung."

"Leyna!"

Keduanya melihat ke belakang, menemukan kalau pemilik restoran itu berdiri di sana. Leyna akan bangkit namun kesadarannya kembali menguasai membuatnya hanya bisa berdiri dan membungkuk kepala dengan hormat.

"Daddy," kata Dion yang ikut berdiri, Chayton melangkah mendekati mereka berdua. Netra tersebut melihat kedua anak Adam Hawa di depannya ini berkali-kali sebelum mengucap sebuah kalimat dan melenggang pergi dari sana.

"Kamu akan mengikuti Daddy bertemu dengan pemimpin Ontario nanti siang untuk makan siang sekaligus membicarakan beberapa hal."

"Yes, Daddy." Jawab Dion singkat. Lalu, kembali duduk di tempatnya. Kedua pasang mata itu saling menyelam samudra satu sama lain, menjadi anak dari seorang pemimpin tidaklah mudah dijalani, begitu juga menjadi seorang guru biasa dengan hari yang biasa.

"Aku akan mengirimkan video gerakannya padamu serta sesi latihan selama ini. Abaikan saja saat aku dikoreksi berkali-kali oleh Miss."

Leyna tersenyum mengangguk, dia bangkit dari tempatnya untuk pergi dari restoran tersebut setelah mengucap sepatah kata. Dia tidak mungkin mengacaukan hari seseorang.

"Okay. I'll go. Bye."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Sky

Stay healthy

| Like
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status