Home / Romansa / The Stranger's Lust / 31. Think Of You

Share

31. Think Of You

Author: Sky
last update Last Updated: 2021-10-29 20:07:50

"Good afternoon, Dorine. Here, matcha latte for you to relax yourself."

"Oh My! You don't have to bring me a drink. But, thanks."

Leyna tersenyum sumringah mendengar penuturan tersebut. Masih ada tiga yang tersisa di plastik bawaannya. Sengaja membelikan minuman karena perasaannya terlampau baik hari ini.

"Kalau gitu, aku duluan ke atas, ya. Miss Jessica pasti sudah menunggu," kata gadis tersebut yang berlalu dari meja resepsionis dan menaiki tangga untuk sampai ke ruang latihannya.

"Oh! Leyna! Come here."

Gadis yang baru dipanggil itu mengerutkan dahinya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menghampiri Patricia yang sudah siap dengan kostumnya jelas mengumbar seluruh lekuk tubuh gadis yang akan segera memulai hidup baru dengan seseorang yang dikasihi.

"Here is your Caramel Macchiato," ucap Leyna yang menyerahkan sebotol kepada temannya sembari mengambil posisi di sampingnya dan menyimpannya  bawaannya di sebelah.

"Oh! Thank you,." Balas Patricia yang menyesap cairan manis dari dalam botol kemudian meletakkannya di samping tanpa melepaskan ponsel dari tangannya yang lain. Setelah mengutak-atiknya sejenak, wanita itu menepuk paha Leyna untuk mencuri atensinya sejenak.

“Heum?”

Patricia menampilkan layar ponselnya, Leyna mengerutkan dahinya saat ditunjukkan beberapa foto akan sang temannya di Classic Studio. “Kau sedang mencoba bridal gown?” tanya Leyna setelah melihat belasan hasil tangkapan gambar Patricia yang berdiri di sebuah alas yang lebih tinggi dengan bermacam jenis dan gaya wedding dress.

“Dua hari yang lalu aku ke studio untuk mencari wedding dress,” ucapnya dengan tatapan yang terlihat berkobar nyala. “Bantu aku melihat mana yang lebih bagus.” Sambungnya lagi yang kali ini terlihat lebih semangat dengan kedua pipi yang merona merah.

Leyna mengambil alih ponsel dari tangan sang rekan penari jenis tarian klasik, menggulir layar tersebut berpuluhan kali. Sebuah gambar Patricia dengan sebuah gaun dalam satu rajutan polos, dilapisi dengan satu kain lagi yang lebih tipis mengikuti lekuk tubuh Patricia dari pinggang ke bawah. Bermodel show-off shoulder yang berarti tanpa lengan, rambut yang dibiarkan tergerai ke belakang menambah ketertarikan pesona wanita yang tengah berbahagia.

Tangannya mengusap layar ke sebelah kanan dan disuguhi pakaian yang sama namun dari samping. Leyna tersenyum tipis saat melihat bagian belakang gaun terlihat lebih panjang ke belakang. Memang panjangnya gaun tersebut telah menutupi sampai ke telapak kaki gadis tersebut.

“Ini kau menggunakan heels?” tanyanya sambil menunjuk foto yang sama sedaritadi.

“Oh? Iya. Kebetulan aku memakai heels saat itu. Padahal, aku sudah berencana memakai flat shoes saja, tetapi Leo menolak dan memintaku memakai heels yang biasa aku pakai saat kamu berkencan ataupun dinner.”

Leyna mengangguk seolah perkataan kencan dan dinner bukanlah hal yang baru baginya. Nyatanya memang seperti itu. Patricia dan pacarnya yang sekarang telah menjadi tunangan –dan akan menjadi suaminya— suka menghabiskan weekends bersama. Leyna cukup kagum, mereka adalah pasangan yang bisa melewati banyaknya bahtera hubungan enam tahun sebelum memutuskan mengikat masing-masing kearah yang lebih serius.

“Aku memilih ini, Patty. Tanyakan kepada pacarmu dan keluargamu kembali supaya tidak ada yang merasa keberatan.” Leyna memutuskan pilihannya. Namun, saat melihat senyum indah melengkung di wajah sang rekan membuatnya kebingungan.

Apa pilihannya memang sangat menentukan?

“Sudah kuduga kau akan memilih yang sama denganku.”

Balasan dari Patricia tidak meredakan kebingungan meliput di sekitar Leyna.

“Gaunnya memang semuanya aku yang memilih. Leo menginginkan yang ini. Kau tahu bukan, aku tidak menyukai yang terlalu tertutup. Jadi, aku memilih yang ini,” katanya saat peka dengan raut wajah anak kedua Chayton itu.

Leyna semakin terdiam, bimbang untuk mengutarakannya atau tidak. Namun, melihat kalau dia dengan Patricia bukanlah sekedar teman biasa dan sering jalan-jalan berdua, memantapkan pilihannya. “Kau dengan pacarmu baik-baik saja, kan?” tanya Leyna penuh dengan nada hati-hati.

“Karena gaun ini? Tenang saja. Dia tidak kanak-kanak lagi seperti kami pertama bertemu. Tadi pagi, dia mengantarku jalan-jalan dan mengatakan untuk memberiku kebebasan memilih gaun yang kumau. Pilihanku tentu saja tidak akan berubah. Pernikahanku sekali seumur hidup,” kata Patricia yang membuat Leyna sedikit lega.

Sedikit banyak, dia tahu tentang hubungan mereka berdua. Tidak jarang mereka akan bertengkar dan mendiamkan satu sama lain, seingatnya, paling lama bertahan selama enam hari ketika tunangannya Patricia itu memiliki perjalanan bisnis ke Vancouver dan mengurus perusahaannya selepas pulang dari sana. Wanita itu sendiri juga tidak terlalu memusingkan hal ini, bertingkah seolah tidak ada apa-apa.

Dari yang Lena dengar saat peristiwa itu terjadi tiga tahun yang lalu. Pria itu tetap konstan mengirimkan pesan singkat seperti ucapan selamat malam dan mimpi indah, jangan lupa untuk makan, dan banyak lagi.

“Baguslah. Rasanya melihat kalian bertumbuh kearah yang lebih bersama terlihat mengharukan,” ujar Leyna dengan senyum teduh. Patricia kembali melihat hasil tangkapan gambar di dalam ponsel, berbeda dengan Leyna yang larut dalam lamunan.

Entah kenapa, dia memikirkan Dion Addison di saat seperti ini.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

  • The Stranger's Lust   59. One, Two, Three

    Dion melewati jalan setelah selesai dengan pertemuan penting di rumah Granny Greisy. Beberapa kali dia berhenti hanya untuk berbincang dengan beberapa tetangga yang dikenalnya ataupun berjongkok menyamai tinggi anak kecil yang mengenal Leyna bukan Dion yang bermain di luar rumah sembari menunggu jam mandi. “Selamat pagi, Nona Muda Olivia,” kata salah satu pengawal gedung yang langsung dibalas olehnya dengan tak kalah hangat. Dia memasuki interior gedung dengan penampilan sporty, pegawai yang berlalu lalang menyapanya formal dan dibalasnya juga dengan baik. “Nona Muda Olivia, Tuan Besar memanggil Anda untuk ke taman belakang sekarang,” kata kepala asisten rumah yang memanggilnya dari belakang. Dion langsung berbalik badan. “Baik, saya akan ke sana. Terima kasih untuk infonya.” Jiwa laki-laki itupun memutar badannya untuk sampai taman belakang gedung. Niatannya tadi itu, dia akan membersihkan dirinya dulu setelah berkeringat banyak karena dia sempat jogging dengan durasi yang lebih

  • The Stranger's Lust   58. Fall in Love

    “Jatuh cintalah. Maka kutukannya akan musnah.” Dion dan Leyna sontak terbelalak terkejut. “Maksudnya, Granny?” tanya Dion yang duluan sadar. “Granny pernah bilang kalau Virga Phantasia ini sama dengan cupid, kan?” tanya Granny Greisy lagi yang sontak diangguki oleh Leyna yang masih ingat dengan jelas pembicaraan mereka tempo lalu itu. "Maka dari itu, jatuh cintalah," sambung Granny Greisy lagi dengan tenang. Air matanya sudah berhenti mengalir. "satu-satunya jalan adalah jatuh cinta." "Jatuh cinta yang bagaimana, Granny?" Manik wanita tua itu memburam perlahan bersamaan dengan penuh dengan harapan saat menelisik kembali ke masa lalu. "Granny pernah menemui seseorang yang juga sebagai manusia terpilih untuk keajaiban satu ini. Dia seumuran dengan Granny, hidup di kota besar seperti Ottawa dan Toronto sekarang. Dia sudah menikah dan masih hamil tiga bulan," ucap wan

  • The Stranger's Lust   57. Dawn for You

    “Leyna? Kau sudah bangun?” Dion yang sedang mengikat tali sepatunya langsung mendongak mendengar suara serak terdengar tidak jauh darinya. Suara khas akan bangun tidur yang menyita perhatiannya sejenak. “Oh, kau sudah bangun? Aku hendak jogging sebentar,” jawabnya seadanya sebelum kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. “Belum. Aku hanya ingin ke toilet, masih ada dua jam sebelum mandi. Aku tidak akan membuang kesempatan itu,” jawab Quinza—sosok yang bangun di jam subuh—melangkah menjauh kearah dapur. Jelas sekali, anak sekolah itu akan mencari kamar kecil. Memang keseharian kedua gadis kesayangan Chayton itu sangat berbeda. Dari segi umur juga telah mengatakan segala. Quinza meskipun dia aktif untuk menari, dia terlalu malas untuk bangun pagi demi merenggangkan otot-ototnya yang kaku setelah bangun dan lebih rela berendam di bathup setelah seharian beraktivitas. Leyna—atau Dion sekarang—terbiasa untuk bangun pagi sejak zaman sekolah, membuatn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status