Share

32. Love Letter

Penulis: Sky
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-01 22:19:41

05.00 p.m

Classic Studio

Leyna bercermin dan merapikan sanggulan rambutnya di kamar ganti studio. Entah kenapa dia merasa untuk membiarkan rambutnya digulung menjadi satu sore itu dan menampilkan garis lehernya yang jenjang. Tangannya membuka tas selempang yang menjadi tasnya seharian ini, berniat mencari lip sheer untuk dipoles ke bibirnya yang terlihat memulas.

"Eh?"

Gadis tersebut mengerut ketika merasakan sesuatu yang janggal dari dalam tasnya, menggapai benda tersebut dan mengeluarkannya dari sana. Matanya memicing melihat amplop tersebut. Yang mana, lebih cocok dipanggil lipatan kertas daripada surat.

Bibirnya terbuka sedikit ketika ucapan Dion saat mereka kembali ke raga terngiang di otaknya. Mungkin ini yang dia bilang surat tersebut. Wanita muda itu pun langsung membuka dan membacanya. Ternyata bukan hanya satu lembaran, masih ada tiga lainnya yang mengikuti.

Hey, Leyna. Ini Dion.

Mungkin saat kau baca ini, berarti kau sudah kembali ke tubuh aslimu yang sebenarnya. Aku juga tidak tahu kapan akan terjadi.

Sebenarnya, ini tidak ada yang penting untuk dikatakan. Tetapi, aku hanya merasa aku akan memimpikanmu. Ini serius, aku sedang tidak bercanda dan tidak menyukai candaan di saat seperti ini.

I know this is strange and make you cringe.

Tapi, entah kenapa, aku merasa orang asing yang pernah datang ke mimpiku sehari sebelum aku pindah ke tubuhmu adalah kau orangnya.

Aku juga belum bisa memastikan tersebut. Tetapi, rasanya sangat nyaman berada di mimpi itu dan ketika aku berbincang denganmu pertama kali di ruang rapat itu, aku sama sekali tidak merasa canggung denganmu selayaknya dua orang asing yang bertemu atau perbedaan status di antara kita.

Seperti aku telah mengenalmu jauh sebelum hari itu. Seperti dua orang yang dipertemukan lagi setelah sekian lama kita berpisah.

Aku rasa cuma itu yang kutulis di sini. Tidak perlu dipikirkan terlalu jauh dan rumit. Aku seperti merasa ganjal kalau tidak mengutarakannya. Leyna, aku berharap kau selalu dalam kondisi sehat dan bahagia.

Begitulah tulisan tangan Dion yang terbaca dalam diam oleh wanita muda itu, matanya terlihat mengosong karena terkejut saat membaca isinya.

Ternyata, selama ini bukan hanya dia yang merasa nyaman di sekitar Dion. Dia juga merasa aman dan ingin selalu bersama pria tersebut dalam apapun kondisinya.

Meskipun, terdengar mustahil untuk menjadi kenyataan.

Dia jauh-jauh dari Burk's Falls ke restoran Ayahnya saat itu bukan hanya sekedar melihat kondisi restoran ataupun memastikan tubuhnya masih dalam kondisi sehat. Melainkan, ... ada setitik kerinduan jika barang sehari tidak melihat pemuda penyandang Addison itu.

Semakin menyelam ke masa lalu, semakin dia menyadari kalau dia benar-benar membangun hubungan tali tak kasat mata dengan Dion. Begitu banyak kejadian mereka sampai dia sendiri terlena dan tidak menyadari hal tersebut.

"Hey, Leyna! Still here?"

Wanita tersebut buru-buru melipat ulang kertas dan menyimpannya ke dalam tas lalu tersenyum tipis, "Just wanna go home after this, Miss."

Leyna kembali melihat ponselnya yang berdering. Lalu, segera berucap salam perpisahan, "I have to go. Have a nice rest, Miss."

Jessica yang menjadi orang menginterupsi acara melamun tersenyum tipis. Tanpa bertanya, dia tahu anak didiknya mengalami hal yang seharusnya dialami sejak memasuki bangku sekolah tingkat akhir. Iris hitamnya melihat punggung Leyna yang telah menghilang. Lalu, melangkah ke dalam bilik kamar mandi.

_The Stranger's Lust_

"Uncle, Daddy tetap pada pendiriannya," kata Leyna sembari melihat luar jendela yang dipasang kaca gelap satu arah dengan caramel macchiato di tangannya. Bingkisan kecil oleh seorang pria yang duduk di sampingnya, hanya berdua.

Supir yang membawanya ke sini masih menunggu di luar mobil. Dia masih di luar Classic Studio.

Memang, dia telah berniat untuk pulang. Namun, panggilan dari Lancelot yang mengatakan kalau dia telah menunggu di dalam mobilnya, segera membuat Leyna pamit undur diri.

"Tidak bisakah hanya sekali ini, Leyna? Uncle sudah putus asa mencari pekerjaan."

Serentetan kalimat tersebut tidak lagi membuatnya merasa harus lunak. Dion mungkin bisa mengatakannya dengan sopan karena bagaimanapun dia bukanlah keponakan Lancelot. Dan, tidak berhubungan sama sekali dengannya.

Leyna tersenyum miring, "Tidak bisa lagi, Uncle. Aku tahu apa yang Uncle lakukan saat mendapatkan pekerjaan. Daddy selalu membicarakan Uncle saat di mobil ataupun menikmati pemandangan dari belakang rumah dengan Mommy. Uncle sungguh tidak bisa menghargai sesuatu yang terjadi dalam hidup Uncle sendiri."

"Tapi-"

Wanita itu melipat kakinya dan mengarah tatapan kepada sang paman, dalam hati dia mungkin harus memikirkan cara untuk mendapatkan permintaan maaf dari ayahnya kalau mendengar kejadian tentang ini, "Uncle sering membolos saat pekerjaan, selalu menyuruh para rekan bahkan menindas. Itu sudah mencerminkan Uncle sudah bersikap semena-mena."

"Dari sudut pandang ini, aku bisa mengetahui alasan Daddy bersikeras tidak mau merekrut Uncle bahkan sebagai supervisor sekalipun."

Lancelot kehabisan kata-kata, untuk kedua kalinya lagi dia kalah berbicara dengan keponakannya. Tidak perlu membutuhkan banyak waktu, Leyna kembali berucap dengan tegas.

"Uncle kalau sudah tidak ada yang dibahas lagi, silakan keluar. Aku masih ada banyak pekerjaan menunggu. Daddy sudah memintaku untuk kembali ke rumah."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status