Home / Romansa / The Stranger's Lust / 33. Quinza, the youngest

Share

33. Quinza, the youngest

Author: Sky
last update Last Updated: 2021-11-04 22:42:57

[Leyna POV]

Aku segera melambaikan tanganku dari jendela mobil yang terbuka ke arah seorang gadis berpakaian kasual berdiri di depan gerbang sekolah. Outfit yang berbeda dengan saat pagi hari. Tidak lain dan tidak bukan adalah Quinza. Anak perempuan itu langsung mengambil posisi di sampingku.

"Daddy dan Mommy ke mana?" tanyanya setelah meletakkan tas di bawah bersamaan dengan bawaannya yang lain.

Aku memberikan botol air minum kepada adik satu-satunya, "Mereka sedang kencan kilat berkedok melihat museum kota sebelah."

"Leyna tidak ikut?"

Aku mengembangkan senyum, "Dan menjadi tanaman hias dianggurkan? Tidak terima kasih. Mau berhenti untuk membeli matcha?"

Quinza langsung mengangguk singkat. Tentu saja, dia menerima tawaranku, secara tidak langsung, akulah yang akan membayar minuman tersebut.

"Tolong berhenti di cafe biasa," ujarku ke arah sang supir.

"Baik, Nona Muda."

Aku kembali melihat ke arah Quinza yang sudah tidak kehausan lagi, anak itu tengah melihat pemandangan luar dari kaca gelap. Dia memang tidak banyak bicara dan hanya seperlunya kalau ada orang asing di sekitar.

"Bagaimana harimu?" tanyaku basa-basi.

Quinza mengubah posisi menjadi menyandar pada sandaran mobil dengan pandangan yang mengarah ke depan, "Berjalan dengan baik seperti kemarin. Latihan menariku juga baik, pelatihnya sedang memilih anggota untuk mengikuti perlombaan."

"Kapan pengumuman pemilihannya?"

"Dua hari dari sekarang. Freestyle dance."

Aku langsung tercengang mendengarnya, "Kau pasti masuk."

Kulihat lagi dia menghembuskan napasnya perlahan, "Tidak semudah itu. Banyak yang lebih hebat dariku. Aku juga tidak berharap banyak. Anggota yang dipilih kudengar hanya lima orang."

"Optimis, Quinza. Kau bisa melakukannya. Kau sudah tertarik dengan jenis itu sejak berusia tujuh tahun. Kau bahkan sudah sering memenangkan lomba. Kali ini, kau pasti masuk."

Si bungsu hanya mengangguk lalu berbisik pelan yang masih bisa kudengar. Dia memang lebih menyukai freestyle dan hip-hop daripada ballet dan contemporary dance. Daddy juga tidak masalah dengan kesukaan kami berdua. Malah, di beberapa kesempatan, mereka mendukung penuh.

Seperti mereka akan datang di pergelaran opera klasik yang kubintangi. Aku cukup percaya diri kalau mereka juga akan datang di perlombaan Quinza kalau anak itu terpilih.

"Semoga saja."

_The Stranger's Lust_

Apakah aku tadi mengatakan Quinza adalah anak yang pendiam? Tetapi, kalau dia bersamaku hanya berdua, dia akan menjadi pribadi yang lebih hangat dan manja.

Maksudku. berdua yang sesungguhnya.

Seperti, dia yang datang ke kamarku ataupun sebaliknya.

Seperti sekarang ini. 

Anak itu sedang merebahkan dirinya di ranjangku, begitu juga dengan aku sendiri. Tidak mau aku lari darinya, dia mengunci seluruh anggota tubuhku dengan sebuah pelukan.

Sudah biasa bagiku melihat sisi manjanya yang hanya datang sesekali. Untuk ukuran anak bungsu, dia termasuk mandiri.

"Dia datang lagi." Bisikannya membuatku berhenti mengusap anak rambutnya. Mataku turun ke bawah berusaha melihat raut wajahnya, sebagai seorang kakak yang satu-satunya tinggal di dekatnya tentu saja khawatir.

"Lanjutkan usapannya, Leyna."

Aku hanya berdehem lalu kembali mengusap surai rambutnya, "You can count on me like always."

"Kali ini sungguh membuatku takut datang ke sekolah. Dulunya itu, dia hanya menyapaku di depan gerbang sekolah. Lalu, perlahan menemaniku makan di kantin dengan teman-temanku. Kemudian, sekarang ini dia berani mengikutiku kemana saja aku pergi. Dia bahkan terang-terangan menemaniku menunggu jemputan."

"Dia tidak akan lama lagi mengganggumu. Percaya denganku, sekarang istirahatlah. Aku akan membangunkanmu saat jam makan malam nanti."

Aku mengubah posisi tanganku menjadi menepuk punggung anak gadis itu dengan pelan. Masih ada lima belas menit sebelum memulai jam makan malam, Quinza bisa beristirahat sejenak selagi aku memikirkan jalan keluar.

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status