Beranda / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 36: Ronan Sinclair 2

Share

Bab 36: Ronan Sinclair 2

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 23:11:41

Selesai makan siang, Blue, Emely, dan Amara berpindah ke ruang TV untuk menghabiskan waktu bersama. Suasana terasa nyaman dan santai. Seorang pelayan masuk membawa dua cangkir teh hangat untuk Blue dan Emely, lalu meletakkannya di atas meja kecil di depan mereka.

Sejak tadi, Amara tampak tak mau berjauhan dari Emely. Gadis kecil itu duduk di sampingnya, memeluk erat tubuhnya seolah-olah takut ditinggalkan. Tangan mungilnya menggenggam ujung baju wanita itu.

Waktu berlalu hampir satu jam. Di sela tawa ringan dan obrolan santai, suara Amara perlahan menghilang. Emely yang menyadari keheningan itu, menundukkan kepalanya untuk melihat Amara. Ia mendapati gadis kecil itu sudah berbaring di sofa dengan kepala bersandar pada pahanya, tertidur lelap.

“Dia tidur, Blue,” gumam Emely dengan suara nyaris seperti bisikan. Tatapannya beralih pada pria yang duduk di sebelahnya.

Blue menarik pandangannya dari layar TV dan menoleh ke arah Emely, alisnya sedikit terangkat. Ia lalu menunduk untuk memast
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 167: Nasehat 3

    "Salah satu bukti bahwa ayahmu menyayangimu adalah dia tidak pernah benar-benar melepaskanmu, bahkan ketika kamu berada di New York. Dia selalu memastikan kamu aman, meskipun dalam kenyataannya dia sempat kecolongan. Tidak apa-apa, semuanya sudah terjadi," kata Gamal dengan lembut. "Tapi, Nak… mungkin menurutmu ayahmu tidak percaya padamu, atau dia terlalu overprotektif hingga membuatmu merasa jenuh. Namun percayalah… dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, untuk kamu dan Early."Emely mengangguk pelan, merenungi kata-kata kakeknya. "Ya, aku tahu, Grandpa. Dari dulu, Daddy selalu berusaha agar tidak mengecewakan aku dan Early. Apapun yang kami inginkan, dia selalu berusaha mewujudkannya. Itulah yang membuatku merasa sangat menyesal telah berbuat bodoh selama ini. Aku membuatnya kecewa, Grandpa," kata Emely dengan nada penuh sesal. "Dan sekali lagi, aku minta maaf. Maaf atas sifat kekanak-kanakanku."Gamal tersenyum tipis, menatap cucunya dengan penuh kasih saya

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 166: Nasehat 2

    Setelah Lucia dan Megan menghilang dari pandangan, Gamal perlahan mengalihkan pandangannya pada Emely. Dengan suara lembut, ia memanggil cucunya, “Sayang, kemari, duduklah dekat Grandpa.” Ia menepuk tempat kosong di sampingnya.Emely, yang sejak tadi hanya diam sambil menatap kosong ke depan, segera bangkit. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia mendekat dan duduk di samping sang kakek. Begitu ia duduk, tubuhnya langsung miring, memeluk erat Gamal dengan penuh kehangatan.Pria tua itu tersenyum tipis sambil mengelus lembut kepala cucunya. “Grandpa tahu, kamu sedang memendam banyak hal. Ceritakan pada Grandpa, Sayang. Aku di sini untukmu,” ucapnya pelan, penuh kasih sayang.Emely hanya diam dalam pelukan sang kakek, matanya perlahan memanas, tetapi ia menahan air matanya. Ia tahu, dalam pelukan kakeknya, ia akan selalu menemukan rasa aman dan pengertian yang ia butuhkan.Emely mengeratkan pelukan pada kakeknya sebelum akhirnya berkata lirih, suaranya bergetar penuh penyesalan, “Aku minta

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 165: Nasehat 1

    Suasana pagi ini di kediaman Erlan terasa berbeda, jauh dari keceriaan yang biasanya menghangatkan meja makan panjang itu. Di ruangan yang biasanya dipenuhi gelak tawa dan percakapan ringan, kini hanya ada keheningan yang menekan. Duduk di sana adalah Emely bersama ayahnya, Erlan; ibunya, Lucia; adiknya, Early; serta kakek dan neneknya, Gamal dan Megan.Biasanya, Emely adalah sosok yang paling menceriakan suasana. Gadis itu terkenal sangat manja, terutama kepada ayahnya. Pagi-pagi seperti ini sering kali menjadi momen mereka untuk berbincang hangat. Namun, hari ini semuanya berbeda. Konflik yang terjadi di keluarga mereka telah merenggangkan hubungan ayah dan anak itu, dan retakan itu terasa begitu nyata.Saat baru tiba di meja makan, Emely sempat menyapa ayahnya dengan suara lembut. Ia berharap mendapatkan balasan hangat seperti biasa. Namun harapannya hancur.Erlan tidak menjawab. Bahkan sekadar menatap putrinya pun tidak. Pria itu hanya diam, memusatkan perhatian pada sarapannya se

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 164: Gabriel Menemui Blue 2

    New York, USA… Di sebuah kediaman mewah nan elegan, suasana di ruang tamu begitu hening. Dua pria duduk berhadapan di sofa yang terpisah, masing-masing dengan ekspresi yang sulit dibaca. Mereka adalah Blue dan Gabriel. Gabriel? Ya, pria itu kini berada di New York. Tak disangka, setelah meninggalkan Italia, ia bukannya langsung pulang ke Wellington seperti yang diketahui oleh Megan, Gamal, Erlan, dan Lucia. Sebaliknya, Gabriel justru memutuskan terbang ke New York untuk menemui Blue. Sudah lebih dari tiga puluh menit mereka duduk bersama, membicarakan banyak hal. Topik utama mereka, tentu saja, adalah hubungan antara Blue dan Emely. Gabriel, dengan nada tegas namun tetap terkontrol, mengungkapkan kekecewaannya terhadap Blue. Namun, dibalik rasa kecewa itu, ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas tindakan Blue yang telah melindungi Emely selama ini. Blue mendengarkan dengan tenang, meski hatinya penuh dengan rasa bersalah. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Gabriel akan m

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 163: Gabriel Menemui Blue 1

    *** ‘Pasti Mommy yang menyelimutiku,’ batinnya menebak dengan tepat. Ia menghela napas pelan, membawa sebelah tangan meraih remote kecil di atas nakas samping ranjang. Dengan satu sentuhan, lampu kamar menyala, menerangi ruangan. Matanya segera tertuju pada jam dinding. Keningnya kembali berkerut ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul dua belas malam. “Astaga…!” Emely terlonjak kaget, langsung duduk tegak di atas ranjang. “Lama sekali aku tidur?” gumamnya, menyadari bahwa ia telah melewatkan malam tanpa sadar. Ia mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih menggantung. Beberapa saat kemudian, ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Meskipun sudah tengah malam, Emely merasa harus mandi. Ia ingin menyegarkan tubuh dan pikirannya. Setelah menghabiskan sekitar dua puluh menit di kamar mandi, ia keluar dengan rambut yang masih basah, terbungkus handuk. Langkahnya membawanya ke walk-in closet. Tanpa ragu, ia melepaskan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 162: Bagaimana Dengan Amara? 2

    Setibanya di meja makan, mereka mengambil tempat masing-masing. Lucia dengan sigap melayani kedua mertuanya, memastikan hidangan lezat di atas meja tertata dengan sempurna dan dapat dinikmati mereka. Sebagai istri, ia juga tidak lupa mengutamakan suaminya, Erlan, dengan menyajikan makanan yang disukainya. Megan, yang duduk di seberang Lucia, memandang menantunya dengan lembut. “Early biasanya pulang jam berapa, Sayang?” tanyanya, berbincang ringan untuk mencairkan suasana. Lucia menoleh, tersenyum lembut sebelum menjawab. "Biasanya sekitar jam sembilan malam, Mom. Dia sedang latihan boxing sekarang. Itu memang rutinitas hariannya," jelasnya. “Dari pagi sampai malam dia nggak pulang sama sekali?” tanya Megan lagi. Kali ini, raut wajahnya tampak serius, jelas ingin tahu lebih dalam tentang rutinitas cucu laki-lakinya. “Iya, Mom,” jawab Lucia sambil mengangguk pelan. “Tapi nggak setiap hari seperti ini. Biasanya hanya dari Senin sampai Rabu saja. Kalau di hari lain, sepulang sekolah,

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 161: Bagaimana Dengan Amara? 1

    *** Setelah masuk ke dalam kamarnya, Emely langsung duduk di tepi tempat tidur, memeluk kedua kakinya erat-erat. Matanya kosong, pandangannya tertuju ke satu titik di lantai, sementara pikirannya penuh dengan beban berat yang terus menghimpit. Ia tidak hanya memikirkan situasi yang baru saja terjadi di ruang keluarga, tetapi juga Blue dan, terutama, Amara. ‘Bagaimana dengan Amara sekarang?’ batinnya bertanya getir. ‘Apakah dia mencari aku? Apakah dia menangis karena aku tidak pulang?’ Pertanyaan-pertanyaan itu bersarang di benaknya, berputar tanpa henti. Ia ingin tahu bagaimana keadaan gadis kecil itu, ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Tapi, ponselnya telah diambil oleh ayahnya saat perjalanan pulang dari bandara tadi. Sehingga rasa frustrasi menambah beban di dadanya. ‘Amara lagi ngapain ya sekarang?’ pikir Emely lagi. Dadanya terasa sesak memikirkan gadis kecil itu. Amara memang bukan darah dagingnya, tetapi rasa sayang Emely terhadap bocah itu begitu tulus. Waktu yang

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 160: Erlan Mulai Luluh 3

    “Jangan ulangi kesalahan yang pernah dilakukan kakak iparmu, Leon,” tambah Gamal. “Dulu, Sein pernah terluka karena keegoisan ayahnya. Apakah kau ingin hal yang sama terjadi pada Emely? Lihat kami, Nak. Aku dan ibumu. Saat kalian bertiga—kau, Gabriel, dan Maureen—belum menikah, apakah kami pernah memaksakan kehendak kami atas kehidupan kalian? Tidak, Nak.” Gamal menggelengkan kepalanya perlahan. “Dad bahkan tidak pernah lelah mengingatkan ibumu untuk tidak ikut campur dalam urusan asmara kalian, karena kami percaya, kalian berhak atas hidup kalian sendiri. Kalian berhak memilih pasangan kalian. Dan lihat hasilnya sekarang. Kau bahagia dengan Lucia. Gabriel bahagia dengan Caroline. Maureen juga sangat bahagia dengan Leon. Semua itu membuktikan bahwa kami tidak salah dalam percaya pada anak-anak kami.” Ruangan kembali hening setelah Gamal menyelesaikan ucapannya. Erlan tidak bisa mengelak dari kebenaran yang baru saja disampaikan oleh ayahnya. Di satu sisi, ia masih merasa sulit mener

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 159: Erlan Mulai Luluh 2

    Megan, yang sedari tadi menahan amarah, akhirnya tak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya. “Jadi, selama ini usia yang kamu permasalahkan, Erlan?!” serunya. Dengan gerakan cepat, ia menyambar bantal sofa di sampingnya dan melemparkannya ke arah putranya. Bantal itu mendarat dengan sempurna di wajah Erlan sebelum pria itu sempat menghindar. “Mom!” seru Erlan dengan suara terkejut. “Keterlaluan kamu!” bentak Megan, suaranya bergetar penuh amarah. “Kamu tidak lihat kakakmu, Maureen dan Leon? Mereka sama seperti Emely dan Blue! Selisih usia mereka bahkan lebih besar, tapi buktinya mereka bahagia, mereka baik-baik saja!” Megan mengangkat tangan, menunjuk ke arah suaminya. “Oh, tidak usah jauh-jauh! Lihat orang tuamu ini! Kami sudah punya cicit dari Sein! Kami hidup puluhan tahun bersama dan kami bahagia! Mommy bahagia meskipun ayahmu lebih tua!” Erlan mendengus, ekspresi wajahnya mencerminkan rasa frustasi yang mendalam. “Ini semua gara-gara kau, Mom,” ujarnya dengan nada rendah namun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status