Suasana di hotel mewah itu sangat meriah malam ini. Selain merayakan tahun baru Imlek, malam ini merupakan pelelangan berbagai banda seni, antik dan kuno dari sebuah balai pelelangan terkemuka di negeri ini.
Dan primadona malam ini adalah sebuah lukisan antik yang ditengarai sebagai karya pertama Zhao Mengfu. Dia merupakan salah satu dari lima pelukis kuno yang sangat melegenda.Tak heran jika lukisan itu dibandrol dengan tawaran awal yang cukup tinggi. Bisa dipastikan lukisan itu akan menjadi lukisan termahal di awal tahun ini.Pelelangan ini mendapat apresiasi dari pencinta seni di seluruh dunia. Bukan hanya para kolektor dan pemburu benda seni, bahkan beberapa kepala negara pun turut hadir.Semakin malam suasana pelelangan semakin meriah. Satu per satu para penawar menawarkan harga tertinggi untuk benda seni yang mereka incar. Tak terkecuali lukisan Zhou Mengfu.Lukisan antik ini dibanderol dengan harga awal yang cukup tinggi. Namun itu tidak mengurangi minat para kolektor untuk memilikinya.Hingga pertengahan lelang, masih cukup banyak peserta lelang yang turut meramaikan bursa. Namun seiring bertambah tingginya harga, tinggal dua orang pelelang yang terus bersaing menaikkan tawarannya.Mereka adalah Alexander Lim, CEO grup Lim dan Michael Wong, salah seorang the rich man dari Chengdu. Mereka berdua kerap terlibat persaingan dalam berbagai hal. Dan ini bukan pertama kalinya mereka bersaing secara terbuka.Suasana pelelangan semakin memanas. Harga pun merangkak naik tak terkendali. Baik Alexander mau pun Michael Wong tidak ada yang mengendurkan penawarannya. Terutama Michael Wong. Dia semakin menaikkan tawarannya sambil sesekali menyeringai mengejek lawannya, Alexander.Sementara Alexander hanya tersenyum dingin menanggapinya. Dan ketika harga semakin menggila, tiba-tiba pria tampan itu menghentikan tawarannya. Mendadak dia meninggalkan acara pelelangan.Pada akhirnya lukisan itu jatuh ke tangan seorang pengusaha berdarah cina dari Eropa. Dia kolektor dan pencinta benda seni kuno. Tak terkecuali lukisan. Dia menawar di saat-saat terakhir.Bahkan Michael Wong pun tercengang. Dia mengira tidak akan ada yang berani menawar lebih tinggi dari penawarannya, setelah Alexander mundur. Namun pria kaya itu dikejutkan dengan penawaran dua kali lipat dari sang pengusaha asal Perancis itu.Dengan begitu, Lukisan antik karya Zhao Mengfu ini menjadi lukisan termahal di awal tahun ini. Harga fantastisnya dianggap sudah sepantasnya.Pelelangan berakhir dengan meriah. Semua pihak puas dengan hasil pelelangan malam itu. Tak pernah ada yang mengira pelelangan lukisan itu akan menjadi berita besar sepanjang tahun ini. Dan masih menjadi topik panas selama beberapa tahun ke depan.Sementara itu di luar hotel tempat pelelangan diadakan, sesosok pria tengah berdiri di sudut jalan yang gelap dan sepi. Sebatang rokok menyala ada di tangannya. Samar-samar senyuman puas tergambar di lekuk bibirnya yang seksi.Tak jauh darinya, sesosok pria tampan dengan setelan mahal bersandar di mobil mewah yang terparkir di depan kedai kopi yang terkenal. Tak jauh juga dari hotel tersebut.Pria itu tampak sibuk berbicara di ponselnya. Sesekali dia memperhatikan sekelilingnya. Seakan menunggu seseorang yang sangat dinantikannya.Tak lama berselang, seiring usainya acara pelelangan, sekelompok orang berhamburan keluar dari hotel. Satu persatu mobil-mobil mewah membawa tuannya keluar dari hotel.Namun sampai suasana sepi, dan hanya satu dua pengunjung hotel yang keluar, orang yang dinantinya tak kunjung tiba. Pria tampan itu melirik arloji di tangannya. Sepertinya ini sudah larut malam, yang dinantikannya tidak mungkin akan datang.Saat hendak beranjak memasuki mobilnya, tiba-tiba seorang remaja tanggung menghampirinya. Pemuda berpakaian sembarangan dengan topi nyaris menutup wajahnya, menabraknya dengan sengaja. Tanpa sempat bereaksi, pemuda itu sudah berlalu meninggalkannya.Pria tampan itu tertegun sejenak. Tatapannya jatuh pada sesuatu yang tergeletak di dekat kakinya. Dengan ragu pria itu membungkuk mengambil benda yang sepertinya dijatuhkan pemuda tadi. Sebuah amplop putih dan polos.Diamatinya amplop putih ditangannya itu. Mungkinkah ini ditujukan untuknya? Diedarkannya pandangan matanya ke sekeliling tempat itu. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Semua seperti biasa, tidak ada yang tidak seharusnya terjadi.Setelah yakin dengan situasi yang kondusif, pria itu masuk ke mobilnya. Dan beberapa saat mobil mewah itu pun meninggalkan tempat itu.Semua yang baru saja terjadi tak luput dari perhatian sesosok pria di sudut jalan tersebut. "Kita akan bertemu kembali dua tahun lagi," bisiknya lirih.Sosok itu pun meninggalkan sudut jalan itu. Dikerudungkannya jaket hodie di kepalanya. Dengan santai dia berjalan, seakan-akan semua yang terjadi tidak ada kaitan dengannya.Keesokan harinya, lukisan itu menjadi headlines di hampir semua media, baik cetak maupun online. Bukan hanya sejarah dan nilai seni serta keindahannya saja, namun harganya yang fantastis mampu menyedot perhatian banyak orang.Berbagai komentar diluncurkan para netizen. Sebagian besar mengomentari harganya yang membuat orang biasa harus mengeluh. Harga itu sepertinya cukup untuk menghidupi mereka selama sisa usia mereka.Dan selama beberapa hari berikutnya, lukisan itu menjadi trend setter di kalangan netizen. Tak ada yang mengira, lukisan ini akan tetap menjadi bahan perbincangan setelah bertahun-tahun kemudian.Sementara itu, di salah satu gedung perkantoran termegah di negeri Singa, seorang pria tampan tengah duduk di kursi kerjanya. Secarik kertas berada dalam genggaman tangannya.Seulas senyum puas terukir di bibir tipisnya. "Aku akan menunggumu, dua tahun lagi kita akan bertemu kembali," gumam pria itu lirih.Pria tampan itu bangkit dan membuang kertas itu ke tempat sampah. Dia pun beranjak untuk mulai bekerja lagi. Dia tidak tertarik untuk mengikuti berita di berbagai media yang mengupas tentang lukisan termahal dan terpopuler tahun ini.Meski dalam pelelangan semalam, dia salah satu orang yang gencar menawar untuk mendapatkan lukisan antik itu. Namun saat ini sepertinya minatnya terhadap lukisan itu telah menghilang. Dia lebih tertarik untuk menunggu waktu si pengirim pesan rahasia itu menemuinya.Ya, dua tahun mungkin waktu yang lama, mungkin juga bisa menjadi sangat singkat. Dia akan menunggu, dan lukisan itu pasti akan menjadi miliknya.Dia yakin itu. Karena lukisan itu memang telah dijanjikan sang pemilik untuk menjadi milik keluarganya.Meski sempat terjadi kesalahan, dan lukisan itu telah jatuh ke tangan orang yang tidak seharusnya memiliki, namun sang pemilik telah berjanji padanya untuk membawa lukisan itu padanya dua tahun lagi.Jadi, dia hanya akan menjadi penonton saat lukisan itu memicu sensasi dan kekacauan. Toh, dia tidak ada hubungannya dengan apa pun yang terjadi pada lukisan itu.Dia hanya kolektor yang gagal mendapatkan lukisan itu. Setidaknya itu yang diketahui publik."Wah! Mirip istana di negeri dongeng!" Cecilia berseru saat motor besar Huan berhenti di depan sebuah bangunan megah bak istana."Rumah keluarga Wong kurang lebih juga seperti ini." Huan tersenyum melirik Cecilia yang menatap bangunan di depannya dengan kagum."Kalau kau ingin menjadi putri bak Cinderella atau Belle, kapan-kapan kita ke Chengdu." Huan menggandeng lengan gadis itu mengajaknya untuk memasuki bangunan megah itu."Tidak perlu, aku tidak mau menjadi putri. Aku hanya mau menjadi Ceci kesayangan Koko dan dirimu." Cecilia tertawa pelan dan bergayut manja di lengan Huan."Baguslah kalau begitu. Itu Tuan Theo!" Huan menunjuk pada seorang pria yang bergegas menemui mereka."Tuan Harry, saya sangat senang Anda berubah pikiran. Marilah, Nyonya Liliana sudah menantikan kedatangan Anda." Theo terlihat begitu bersemangat.Pria berkacamata itu menyambut mereka dengan ramah. Harry mengabarinya pagi tadi, bahwa dia bersedia untuk mencari kotak musik milik Nyonya Liliana.Mereka berdua me
"Pak Wang silakan!" Huan mempersilakan Darren Wang untuk duduk.Mereka kini berada di kafe yang dikelola anak buah mendiang Anthony. Di sudut kafe yang sepi karena pagi telah menjelang. Kafe ini bisa dikatakan buka sepanjang waktu."Harry, tidak pernah aku bayangkan bisa berbicara seperti ini denganmu. Mengingat kau licin seperti belut." Darren Wang tersenyum menatap pria yang lebih muda darinya itu."Terima kasih atas pujianmu Pak Wang," sahut Huan sembari menggaruk kepalanya.Dia sudah tidak lagi berbicara dengan bahasa yang formal pada pria itu. Rasanya akan terlalu berlebihan jika mereka berbincang-bincang dengan bahasa yang kaku, akan lebih terasa seperti sebuah interogasi daripa sebuah perbincangan ringan antar dua pria."Kepolisian tidak pernah bisa menemukan bukti akan keterlibatanmu dalam beberapa kasus pencurian besar hingga kini, karena itu aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Darren Wang mengangkat bahunya dan tersenyum k
Huan menatap ke sekeliling yacht. Sepi, seperti tidak ada yang menjaga. Perlahan dia menelusuri geladak dan mengetuk pintu yang diyakininya sebagai sebuah ruangan pribadi. Itu terlihat dari sebuah papan nama yang tergantung di pintu."Sebentar!" Terdengar suara seorang wanita menyahut dari dalam.Pintu terbuka perlahan dan sesosok wanita berdiri, terkejut dengan keberadaan Huan yang bersandar di pintu dengan santai bersedekap tangan."Selamat pagi Nona Anna!" Sapanya seraya melambaikan tangannya dan tersenyum menggoda."Kau!" Anna Karenina tertegun menatap Huan. Dia mengenalinya sebagai pria suruhan pamannya untuk mencari kotak musik milik neneknya."Ada apa kau kemari? Apa kau akan menawarkan kotak musik itu padaku?" Anna Karenina menatapnya dengan gaya acuh tak acuh."Anda tidak ingin mempersilakan saya masuk?" Huan kembali tersenyum menggodanya.Anna menghela napas, terlihat dia sangat kesal dan tidak menghendaki keha
Cecilia terbangun saat smartphone yang diletakkannya di bawah bantalnya bergetar dengan keras. Masih setengah terpejam diambilnya benda itu dan menerima panggilan video yang masuk."Ceci jika besok aku tak kembali, bawalah kotak musik itu ke kediaman Nyonya Liliana bersama Jonathan." Wajah tampan Huan muncul di layar smartphone-nya."Huan, kau di mana?" Ceci segera terbangun, seketika kantuknya hilang begitu saja."Aku mengejar penyusup yang masuk ke apartemen. Jangan khawatir, aku pasti kembali." Huan tersenyum dan menggerakkan tangannya seakan-akan tengah menyentuh rambutnya."Huan berhati-hatilah! Aku akan menyusulmu!" Cecilia bergegas melompat turun dari tempat tidurnya."Tidak perlu, bye Cecilia, aku pasti kembali!" Huan mengakhiri panggilan videonya."Huan," gumam Cecilia lirih. "Firasatku tidak baik, seperti saat Koko Anthony menghubungiku malam itu." Tubuh Cecilia luruh ke lantai. Dia menangis tersedu-sedu."Aku
"Ini kotak musiknya?" Jonathan menatap kotak musik di atas meja."Lihat, perhatian dengan seksama. Mirip bukan?" Huan membuka sebuah album foto yang diambilnya dari tas kerjanya."Memang mirip," gumam Jonathan seraya bergantian membandingkan kotak musik itu dengan beberapa foto yang ada dalam album foto itu."Apakah dia Liliana?" Tiba-tiba saja Cecilia menunjuk pada foto seorang balerina. Foto hitam putih tetapi masih cukup jelas dan terang. Kemungkinan foto itu hasil repro dengan teknologi masa kini yang canggih."Dari mana kau tahu mengenai Nyonya Liliana?" Huan menatapnya heran."Dari ini!" Serunya seraya meletakkan setumpuk kertas dan juga buku note kecil yang tadi ditemukannya di dalam laci kotak musik.Huan dan Jonathan mengambil kertas-kertas itu dan memeriksanya dengan teliti kemudian membaca catatan yang tertera di dalam buku itu. Mereka berdua menatap Cecilia seakan meminta penjelasannya."Baiklah!" Cecilia ter
Cecilia berganti pakaian dan membersihkan lantai mezanin. Ada beberapa serpihan kaca yang masih tertinggal. Dia memiliki praduga itu serpihan kaca dari bola kaca saljunya yang pecah. Benda itu tidak ada di dalam laci mejanya."Bukan barang berharga, tetapi itu baru saja aku beli," gumamnya seraya membuang sisa-sisa serpihan kaca ke dalam tong sampah di sudut kamarnya.Setelah memastikan tidak ada lagi serpihan kaca di lantai, dia pun turun lagi ke lantai bawah. Dia mengambil paper bag yang berada di lemari penyimpanan di bawah tangga. Dia belum sempat mengeluarkannya kemarin."Aku belum sempat memutarnya lagi semenjak diperbaiki," katanya seorang diri dan mengeluarkan kotak musik tua dari dalam paper bag itu.Cecilia membawanya ke jendela dan meletakkannya di atas meja tinggi. Kemudian dia duduk di kursi berkaki tinggi sejajar dengan meja dan jendela. Dengan hati-hati digesernya kaca jendela agar udara segar dapat masuk."Semoga saja bisa
"Kau yakin dengan informasi itu?" Wanita cantik itu menatap pria yang berdiri menunduk di hadapannya."Benar Nona!" Pria itu menganggukkan kepalanya."Baiklah! Kalian harus bisa mendapatkan kotak musik itu terlebih dahulu sebelum orang-orang suruhan pamanku." Wanita itu mengambil beberapa lembar foto di atas mejanya."Hanya seorang gadis saja, aku rasa itu mudah bagi kalian, bukan?" lanjutnya lagi setelah menatap foto-foto itu cukup lama."Iya Nona." Pria itu kembali menganggukkan kepala."Pergilah!" Wanita bergaun merah itu menjentikkan jarinya dan pria itu pun pergi meninggalkannya seorang diri.Anna Karenina, wanita itu merupakan cucu satu-satunya Nyonya Liliana. Dia digadang-gadang akan menjadi pewaris seluruh kekayaannya.Sayangnya hingga saat ini Nyonya Liliana masih hidup dan segar bugar. Selain itu dia telah membuat pernyataan akan mewariskan kekayaannya pada anggota keluarganya yang meneruskan tradisi keluarga s
"Kotak musik?" Harry menatap Jonathan dengan kening berkerut."Benar Tuan. Nyonya Liliana kehilangan kotak musiknya beberapa hari yang lalu. Sepertinya Nona Anna, cucunya telah membersihkan gudang dan menjual semua barang yang terpakai pada toko loak." Pria berkacamata yang duduk di hadapan mereka menjelaskan maksud permintaan mereka."Nyonya Liliana bersedia membayar berapa pun asalkan kalian mendapatkan kotak itu," lanjutnya dengan serius."Theo! Kau tidak perlu repot mencari benda itu! Aku memang sengaja membuangnya! Sebaiknya kalian pergi dan tidak usah mendengar omong kosong wanita tua itu!" Seorang gadis cantik tiba-tiba saja datang dan menyela pembicaraan mereka."Nona, Anda tidak bisa bersikap seperti itu pada Nyonya Liliana. Beliau adalah nenek Anda." Theo, pria berkacamata itu menegur gadis itu dengan sopan."Kau pikir kau siapa? Kau hanya asisten pribadi nenekku, begitu dia meninggal kau orang pertama yang aku depak dari rumah
"Kau bisa memperbaikinya bukan?" Cecilia berjongkok di depan pemuda yang tengah mengamati kotak musiknya."Aku rasa bisa, ini hanya tuasnya saja yang bermasalah. Sebentar aku ambil alat-alatku." Pemuda itu tersenyum dan berdiri kemudian masuk ke dalam bengkel."Kalau begitu aku pergi berbelanja dulu!" Cecilia berseru dan setelah pemuda itu mengiyakan, dia pun segera meninggalkan bengkel."Sungguh membosankan jika Huan mulai sibuk dengan pekerjaannya," keluhnya saat menelusuri trotoar menuju pasar terdekat.Huan tengah menemui Alexander Lim dan Jonathan Mo. Dia tidak pernah ikut campur jika mengenai pekerjaan, kecuali untuk beberapa hal yang dapat dikatakan aman untuknya."Ceci!" Seorang wanita setengah baya berseru memanggilnya. Cecilia menoleh, dia segera berbalik dan menghampiri wanita yang tengah menata barang dagangannya."Ada apa Bibi Yu? Apakah ada sayuran segar yang baru datang?" Cecilia tertawa dan memilih sayur-sayuran y