Desas-desus santer terdengar dalam kalangan kolektor barang seni. Sejumlah kolektor mendapatkan informasi tentang keberadaan lukisan yang diklaim sebagai asli karya Zhou Mengfu.
Itu terungkap tanpa sengaja, saat sebuah acara talk show mengundang seorang pengusaha keturunan China yang berdomisili di Kanada. Acara talk show yang meliput kediaman pengusaha kaya itu tanpa sengaja menyorot koleksi lukisan miliknya.Dan di antara lukisan itu terdapat lukisan yang sama persis dengan yang dilelang beberapa bulan lalu. Polemik pun tak terhindar. Adu klaim keaslian pun terjadi.Kedua-duanya mengaku memiliki lukisan yang asli. Sehingga para kolektor menengahi perseteruan dua pengusaha ini. Dan sebagai pihak yang melelang lukisan tersebut, balai lelang itu berinisiatif untuk membuktikan keaslian lukisan yang mereka lelang.Pameran pun diadakan kembali. Selain itu beberapa ahli seni pun berdatangan untuk menilai kedua lukisan itu. Para kolektor dan media pun tidak melepaskan kesempatan ini.Sangat jarang terjadi peristiwa yang dianggap mempermalukan karya seni ini. Jika lukisan yang merupakan koleksi dari balai lelang itu terbukti palsu, itu akan sangat berpengaruh terhadap reputasi balai lelang.Sedangkan bagi kolektor yang memiliki lukisan yang sama persis dan diakui diperolehnya dari rekan bisnisnya, asli atau tidaknya lukisan itu bukan masalah. Dia hanya korban dan menderita kerugian material saja.Dan setelah perdebatan panjang antar para ahli seni, terungkap bahwa kedua lukisan itu tidak ada yang asli. Keduanya palsu.Publik pun dibuatnya tercengang. Pasalnya para ahli ini juga yang dahulu mengkonfirmasi keaslian lukisan itu pada saat dipamerkan pertama kali di balai lelang tersebut.Dengan begitu, balai lelang pun melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Karena terdapat indikasi adanya pencurian lukisan sebelum diadakannya pelelangan.Kepolisian Singapura pun dibuat pusing tujuh keliling. Penyelidikan dan investigasi menunjukkan tidak adanya kejanggalan pada waktu sebelum pelelangan. Karena balai lelang ini terkenal dengan sistem keamanannya yang canggih.Dan selama beberapa waktu kasus ini menjadi salah satu kasus yang tak terungkap. Beberapa kalangan menduga lukisan itu hanyalah sensasi yang dihembuskan balai lelang itu sendiri. Bahkan beberapa tahun kemudian, kasus ini tidak pernah diangkat lagi dan dilupakan publik.Sampai suatu ketika, lukisan itu muncul di pesta ulang tahun seorang pengusaha terkemuka di Singapura. Cucu sang pengusaha, menghadiahinya sebuah lukisan antik, yang tak lain adalah lukisan perdana Zhao Mengfu.Polemik pencurian dan pemalsuan lukisan itu tidak hanya mengguncang dunia seni. Namun juga membuat Tuan Gong kelabakan.Dia segera menghubungi Milli. Dia tidak tahu bagaimana bisa lukisan yang dijualnya di black market itu palsu? Dia jelas-jelas telah memastikan lukisan yang ditukar si maling dogol itu asli.Fakta itu juga membuat Milli tidak mau dilibatkan dalam masalah ini. Tuan Gong sendiri telah menyatakan keaslian lukisan waktu Milli dan Harry Si menyerahkan lukisan itu.Untuk masalah setelahnya itu tidak menjadi tanggung jawab Milli lagi tentunya. Apa lagi Harry Si kini bukan lagi anggota gengnya.Tuan Gong pun semakin tidak mengerti. Ada perasaan aneh menyelimuti benaknya. Dia mendapatkan lukisan itu dari transaksi online, dua tahun lalu.Saat itu dia tidak memiliki kecurigaan apa pun. Justru dia merasa puas karena mendapatkan lukisan antik itu dengan harga yang murah.Dan selayaknya transaksi online lainnya, dia tidak bertemu langsung dengan pemilik lukisan itu. Dan hingga kini dia tidak mengetahui identitas asli sang pemilik lukisan. Dia hanya tahu nama akunnya di salah satu media sosial.Namun saat dia mengecek ulang akun tersebut sudah tidak ada lagi. Dan tidak ada kontak lainnya yang bisa dia hubungi. Tuan Gong merasa ada yang aneh dengan pemilik lukisan itu.Sama dengan Harry Si, mereka berdua menghilang tanpa jejak. Bahkan sepertinya mereka memang tidak pernah ada sedari awal.Tapi dia yakin lukisan yang dibelinya dari seseorang secara online dan yang ditukar oleh Harry Si sebelum pelelangan adalah asli. Dia sendiri telah memastikannya berkali-kali.Lagi pula kemungkinan Harry Si mengerti nilai lukisan itu sangat kecil. Milli memilihnya untuk tugas ini karena dia tahu kebodohan maling dogol itu.Hal ini sungguh membuat Tuan Gong kebingungan. Sekarang broker yang menghubungkannya dengan black market menuntut penjelasan mengenai lukisan itu. Begitu juga dengan balai lelang.Dan dia sendiri juga menjadi salah satu ahli yang turut serta meninjau keaslian kedua lukisan itu. Dan pada saat itulah dia menyadari bahwa lukisan yang diserahkan Harry Si itu juga palsu.Namun selintas lukisan itu sangat mirip dengan yang asli. Jika dia lebih teliti saat itu, dia pasti akan menyadari lukisan itu palsu. Saat bersama Milli dan Harry Si, dia hanya berpatokan pada tanda yang dia buat pada lukisan tersebut. Hingga dia tidak memastikan keaslian lukisan itu lebih lanjut."Sialan, kau Harry Si. Kau telah menipuku. Ternyata kau tak sebodoh yang mereka sangkakan!" geram Tuan Gong dengan marah.Apa hendak dikata, sekarang si maling dogol itu menghilang tanpa jejak. Bahkan Milli, bosnya pun tidak tahu di mana pria itu berada sekarang.Tuan Gong pun tidak bisa mendesak Milli untuk bertanggung jawab atas kesialan yang menimpa dirinya. Selain dia tidak berani melawan para preman jalanan anak buah Milli, dia juga menyadari kecerobohannya.Entahlah, apakah benar dia terlalu ceroboh atau karena dia meremehkan Harry si. Dia juga bisa menangkap kegeraman Milli pada si maling dogol itu. Pada akhirnya mereka berdua lah yang tertipu oleh Harry si.Memang Milli merasa tertipu mentah-mentah oleh si maling dogol itu. Jika benar Harry Si memiliki lukisan yang asli maka itu artinya pria itu paham betul nilai dan bagaimana cara menjual benda itu. Dan artinya Harry Si mendapat keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan upah yang diterimanya dari Milli.Milli tak pernah menilai tinggi Harry Si. Di matanya pria itu hanya perusak pemandangan. Dia selalu mengekor kemana pun kakaknya pergi.Selain Harry Si, Milli pernah mendengar isu tentang salah satu orang kepercayaan kakaknya yang juga selalu ada disampingnya. Orang itu dijuluki Thousand face, baik oleh sang kakak atau pun orang-orang di sekitar mereka.Dia dijuluki demikian karena memiliki kemampuan menyaru menjadi siapa saja. Dan dia telah banyak merepotkan lawan dan musuh geng mereka. Juga kepolisian.Namun pada kenyataannya tak satu pun anggota geng yang pernah bertemu langsung dengannya. Milli juga tidak. Dan Harry Si pernah menyatakan orang itu tidak pernah ada, saat Milli menanyakannya.Entah mengapa, kini timbul kecurigaan dalam benak gadis itu. Mungkinkah Harry si adalah Thousand face?Milli semakin yakin dengan kecurigaannya saat mencoba mencari informasi tentang maling dogol itu. Tak satu pun informasi yang bisa didapatkannya selain fakta dia adalah sahabat mendiang kakaknya.Bahkan Milli terkadang merasa Harry Si hanyalah khayalannya saja. Banyak anggota geng kakaknya yang tak terlalu mengingatnya. Menurut mereka Anthony tidak pernah dekat dengan siapa pun. Dan orang yang berada di sisinya selalu berganti, bukan orang yang sama. Namun Harry Si tidak termasuk di antaranya.Ya, Milli baru menyadari dia mengenal sosok Harry Si setelah kematian kakaknya. Pria itulah yang mengatakan padanya bahwa dia sahabat dekat Anthony. Milli mempercayainya karena Harry Si mengetahui banyak rahasia yang hanya diketahui mendiang Anthony, Milli dan sahabat masa kecil Anthony.Namun kini Milli samar-samar mulai mengingat sosok sahabat mendiang kakaknya. Tapi itu tidak akan ada gunanya lagi. Yang dihadapinya adalah Thousand face sosok yang bisa menjadi siapa saja dan di mana saja. Milli tidak cukup pandai untuk melawannya."Wah! Mirip istana di negeri dongeng!" Cecilia berseru saat motor besar Huan berhenti di depan sebuah bangunan megah bak istana."Rumah keluarga Wong kurang lebih juga seperti ini." Huan tersenyum melirik Cecilia yang menatap bangunan di depannya dengan kagum."Kalau kau ingin menjadi putri bak Cinderella atau Belle, kapan-kapan kita ke Chengdu." Huan menggandeng lengan gadis itu mengajaknya untuk memasuki bangunan megah itu."Tidak perlu, aku tidak mau menjadi putri. Aku hanya mau menjadi Ceci kesayangan Koko dan dirimu." Cecilia tertawa pelan dan bergayut manja di lengan Huan."Baguslah kalau begitu. Itu Tuan Theo!" Huan menunjuk pada seorang pria yang bergegas menemui mereka."Tuan Harry, saya sangat senang Anda berubah pikiran. Marilah, Nyonya Liliana sudah menantikan kedatangan Anda." Theo terlihat begitu bersemangat.Pria berkacamata itu menyambut mereka dengan ramah. Harry mengabarinya pagi tadi, bahwa dia bersedia untuk mencari kotak musik milik Nyonya Liliana.Mereka berdua me
"Pak Wang silakan!" Huan mempersilakan Darren Wang untuk duduk.Mereka kini berada di kafe yang dikelola anak buah mendiang Anthony. Di sudut kafe yang sepi karena pagi telah menjelang. Kafe ini bisa dikatakan buka sepanjang waktu."Harry, tidak pernah aku bayangkan bisa berbicara seperti ini denganmu. Mengingat kau licin seperti belut." Darren Wang tersenyum menatap pria yang lebih muda darinya itu."Terima kasih atas pujianmu Pak Wang," sahut Huan sembari menggaruk kepalanya.Dia sudah tidak lagi berbicara dengan bahasa yang formal pada pria itu. Rasanya akan terlalu berlebihan jika mereka berbincang-bincang dengan bahasa yang kaku, akan lebih terasa seperti sebuah interogasi daripa sebuah perbincangan ringan antar dua pria."Kepolisian tidak pernah bisa menemukan bukti akan keterlibatanmu dalam beberapa kasus pencurian besar hingga kini, karena itu aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Darren Wang mengangkat bahunya dan tersenyum k
Huan menatap ke sekeliling yacht. Sepi, seperti tidak ada yang menjaga. Perlahan dia menelusuri geladak dan mengetuk pintu yang diyakininya sebagai sebuah ruangan pribadi. Itu terlihat dari sebuah papan nama yang tergantung di pintu."Sebentar!" Terdengar suara seorang wanita menyahut dari dalam.Pintu terbuka perlahan dan sesosok wanita berdiri, terkejut dengan keberadaan Huan yang bersandar di pintu dengan santai bersedekap tangan."Selamat pagi Nona Anna!" Sapanya seraya melambaikan tangannya dan tersenyum menggoda."Kau!" Anna Karenina tertegun menatap Huan. Dia mengenalinya sebagai pria suruhan pamannya untuk mencari kotak musik milik neneknya."Ada apa kau kemari? Apa kau akan menawarkan kotak musik itu padaku?" Anna Karenina menatapnya dengan gaya acuh tak acuh."Anda tidak ingin mempersilakan saya masuk?" Huan kembali tersenyum menggodanya.Anna menghela napas, terlihat dia sangat kesal dan tidak menghendaki keha
Cecilia terbangun saat smartphone yang diletakkannya di bawah bantalnya bergetar dengan keras. Masih setengah terpejam diambilnya benda itu dan menerima panggilan video yang masuk."Ceci jika besok aku tak kembali, bawalah kotak musik itu ke kediaman Nyonya Liliana bersama Jonathan." Wajah tampan Huan muncul di layar smartphone-nya."Huan, kau di mana?" Ceci segera terbangun, seketika kantuknya hilang begitu saja."Aku mengejar penyusup yang masuk ke apartemen. Jangan khawatir, aku pasti kembali." Huan tersenyum dan menggerakkan tangannya seakan-akan tengah menyentuh rambutnya."Huan berhati-hatilah! Aku akan menyusulmu!" Cecilia bergegas melompat turun dari tempat tidurnya."Tidak perlu, bye Cecilia, aku pasti kembali!" Huan mengakhiri panggilan videonya."Huan," gumam Cecilia lirih. "Firasatku tidak baik, seperti saat Koko Anthony menghubungiku malam itu." Tubuh Cecilia luruh ke lantai. Dia menangis tersedu-sedu."Aku
"Ini kotak musiknya?" Jonathan menatap kotak musik di atas meja."Lihat, perhatian dengan seksama. Mirip bukan?" Huan membuka sebuah album foto yang diambilnya dari tas kerjanya."Memang mirip," gumam Jonathan seraya bergantian membandingkan kotak musik itu dengan beberapa foto yang ada dalam album foto itu."Apakah dia Liliana?" Tiba-tiba saja Cecilia menunjuk pada foto seorang balerina. Foto hitam putih tetapi masih cukup jelas dan terang. Kemungkinan foto itu hasil repro dengan teknologi masa kini yang canggih."Dari mana kau tahu mengenai Nyonya Liliana?" Huan menatapnya heran."Dari ini!" Serunya seraya meletakkan setumpuk kertas dan juga buku note kecil yang tadi ditemukannya di dalam laci kotak musik.Huan dan Jonathan mengambil kertas-kertas itu dan memeriksanya dengan teliti kemudian membaca catatan yang tertera di dalam buku itu. Mereka berdua menatap Cecilia seakan meminta penjelasannya."Baiklah!" Cecilia ter
Cecilia berganti pakaian dan membersihkan lantai mezanin. Ada beberapa serpihan kaca yang masih tertinggal. Dia memiliki praduga itu serpihan kaca dari bola kaca saljunya yang pecah. Benda itu tidak ada di dalam laci mejanya."Bukan barang berharga, tetapi itu baru saja aku beli," gumamnya seraya membuang sisa-sisa serpihan kaca ke dalam tong sampah di sudut kamarnya.Setelah memastikan tidak ada lagi serpihan kaca di lantai, dia pun turun lagi ke lantai bawah. Dia mengambil paper bag yang berada di lemari penyimpanan di bawah tangga. Dia belum sempat mengeluarkannya kemarin."Aku belum sempat memutarnya lagi semenjak diperbaiki," katanya seorang diri dan mengeluarkan kotak musik tua dari dalam paper bag itu.Cecilia membawanya ke jendela dan meletakkannya di atas meja tinggi. Kemudian dia duduk di kursi berkaki tinggi sejajar dengan meja dan jendela. Dengan hati-hati digesernya kaca jendela agar udara segar dapat masuk."Semoga saja bisa
"Kau yakin dengan informasi itu?" Wanita cantik itu menatap pria yang berdiri menunduk di hadapannya."Benar Nona!" Pria itu menganggukkan kepalanya."Baiklah! Kalian harus bisa mendapatkan kotak musik itu terlebih dahulu sebelum orang-orang suruhan pamanku." Wanita itu mengambil beberapa lembar foto di atas mejanya."Hanya seorang gadis saja, aku rasa itu mudah bagi kalian, bukan?" lanjutnya lagi setelah menatap foto-foto itu cukup lama."Iya Nona." Pria itu kembali menganggukkan kepala."Pergilah!" Wanita bergaun merah itu menjentikkan jarinya dan pria itu pun pergi meninggalkannya seorang diri.Anna Karenina, wanita itu merupakan cucu satu-satunya Nyonya Liliana. Dia digadang-gadang akan menjadi pewaris seluruh kekayaannya.Sayangnya hingga saat ini Nyonya Liliana masih hidup dan segar bugar. Selain itu dia telah membuat pernyataan akan mewariskan kekayaannya pada anggota keluarganya yang meneruskan tradisi keluarga s
"Kotak musik?" Harry menatap Jonathan dengan kening berkerut."Benar Tuan. Nyonya Liliana kehilangan kotak musiknya beberapa hari yang lalu. Sepertinya Nona Anna, cucunya telah membersihkan gudang dan menjual semua barang yang terpakai pada toko loak." Pria berkacamata yang duduk di hadapan mereka menjelaskan maksud permintaan mereka."Nyonya Liliana bersedia membayar berapa pun asalkan kalian mendapatkan kotak itu," lanjutnya dengan serius."Theo! Kau tidak perlu repot mencari benda itu! Aku memang sengaja membuangnya! Sebaiknya kalian pergi dan tidak usah mendengar omong kosong wanita tua itu!" Seorang gadis cantik tiba-tiba saja datang dan menyela pembicaraan mereka."Nona, Anda tidak bisa bersikap seperti itu pada Nyonya Liliana. Beliau adalah nenek Anda." Theo, pria berkacamata itu menegur gadis itu dengan sopan."Kau pikir kau siapa? Kau hanya asisten pribadi nenekku, begitu dia meninggal kau orang pertama yang aku depak dari rumah
"Kau bisa memperbaikinya bukan?" Cecilia berjongkok di depan pemuda yang tengah mengamati kotak musiknya."Aku rasa bisa, ini hanya tuasnya saja yang bermasalah. Sebentar aku ambil alat-alatku." Pemuda itu tersenyum dan berdiri kemudian masuk ke dalam bengkel."Kalau begitu aku pergi berbelanja dulu!" Cecilia berseru dan setelah pemuda itu mengiyakan, dia pun segera meninggalkan bengkel."Sungguh membosankan jika Huan mulai sibuk dengan pekerjaannya," keluhnya saat menelusuri trotoar menuju pasar terdekat.Huan tengah menemui Alexander Lim dan Jonathan Mo. Dia tidak pernah ikut campur jika mengenai pekerjaan, kecuali untuk beberapa hal yang dapat dikatakan aman untuknya."Ceci!" Seorang wanita setengah baya berseru memanggilnya. Cecilia menoleh, dia segera berbalik dan menghampiri wanita yang tengah menata barang dagangannya."Ada apa Bibi Yu? Apakah ada sayuran segar yang baru datang?" Cecilia tertawa dan memilih sayur-sayuran y