Share

Bab 3

Memindahkan Koleksi

Kesibukan terlihat di area gudang balai lelang. Tampak beberapa orang tengah memindahkan barang ke sebuah truk besar. Hari ini, sebagian besar barang-barang koleksi milik balai lelang ini akan dipindahkan ke lokasi pelelangan tahun baru Imlek.

Acara itu diadakan di salah satu hotel termewah di negeri Singa ini. Satu per satu barang-barang itu berpindah ke dalam truk. Selain guci-guci antik, furniture kuno, gulungan naskah kuno, dan keramik antik, ada juga lukisan-lukisan karya pelukis terkenal.

Mereka memindahkan barang-barang antik itu dengan hati-hati. Sedikit kecerobohan bisa berakibat fatal. Hampir semua barang antik itu bernilai jutaan dolar.

Pemindahan barang ini merupakan sebuah upaya yang besar. Karyawan balai lelang ini tidak mungkin bisa menangani sendiri. Karena itu pihak pengelola balai lelang menyewa jasa tukang untuk memindahkan barang-barang ini ke lokasi pelelangan.

Proses pemindahan barang ini memakan waktu hampir tiga hari. Dan selama pemindahan tidak terjadi insiden yang berarti. Semua berjalan lancar. Hanya ada beberapa hal kecil yang sepertinya tidak mempengaruhi proses pemindahan benda-benda antik itu.

Hanya saja salah satu truk pengangkut sempat terjebak kemacetan di jalan raya. Karena diburu waktu, sopir truk memutuskan untuk melalui jalan pintas. Jalur sepi yang menghubungkan balai lelang dengan area di belakang hotel menjadi pilihannya. Itu cukup menghemat waktu sehingga mereka bisa menyelesaikan pemindahan benda-benda antik tersebut tepat waktu.

Begitu juga di lokasi pelelangan. Pihak Hotel telah mempersiapkan ballroom sebagai tempat untuk pelelangan. Berbagai persiapan telah dibuat dengan matang.

Balai lelang hanya tinggal memindahkan barang-barang yang akan di pamerkan ke ballroom tersebut. Lokasi ini dijaga dengan ketat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian misalnya.

Mengingat barang-barang itu tidak hanya antik tapi juga mahal. Meski tidak mudah untuk dicuri mau pun dijual, namun penjagaan tetap diperketat baik oleh hotel maupun balai lelang. Bahkan kedua belah pihak sepakat untuk menggunakan jasa security dan kepolisian.

Dengan pengamanan ganda dan ketat, pihak balai lelang merasa cukup yakin dengan keamanan koleksi mereka. Apa lagi hotel tersebut juga dilengkapi dengan sistem pengaman yang canggih.

Harry Si duduk di depan Milli dan seorang pria yang tak dikenalnya. Nampak sebuah lukisan tergelar di atas meja di hadapan mereka. Pria berkacamata tak dikenalnya itu mengamati lukisan itu. Dia membolak-baliknya dengan teliti. Sesekali dia menganggukkan kepalanya atau mengerutkan keningnya.

"Milli, ini sempurna! Ini lukisan dari balai lelang. Ada tanda khusus di sudut dalam lukisan yang dicap oleh balai lelang." Pria itu terlihat gembira.

"Baiklah Tuan Gong, sesuai perjanjian aku menunggu bayaranku." Milli bersedekap tangan menatap pria itu dengan serius.

"Jangan khawatir, tunggu sebentar." Tak lama pria itu sibuk mengeluarkan bungkusan tebal berlapis kertas coklat.

"Milli, ini bayaranmu. Hitunglah. Transaksi kita dijamin aman." Pria itu tersenyum puas.

Milli menerima uang itu dan menghitungnya. "Oke Tuan Gong, jangan segan menghubungiku jika kau butuh bantuan."

Milli menjabat tangan pria itu dengan erat. Keduanya terlihat sangat puas dengan kerjasama mereka. Sementara itu Harry Si hanya memperhatikan mereka dengan senyum konyolnya.

Setelah pria itu pergi, Milli segera merangkul Harry Si dengan gembira. Dan Harry Si hanya bisa memamerkan tampang konyolnya itu saat Milli mencium pipinya.

"Harry kau benar-benar berhasil! Tunggu sebentar, ini uangmu." Perempuan itu sibuk menghitung upah hasil kerja keras untuk pria itu.

Dia tidak menyadari saat Harry Si memeluknya dan membawanya duduk di pangkuannya. Pria konyol itu membenamkan kepalanya di ceruk leher wanita itu.

"Harry, jangan menggangguku!" Milli memprotes tindakan Harry.

"Milli mari rayakan keberhasilan ini." Harry dengan malas mengangkat kepalanya dan menatap Milli dengan sayu.

"Harry jangan konyol, jangan menatapku seperti itu ! Baiklah, aku akan mentraktirmu minum sepuasnya." Milli mengalungkan lengannya di leher pria itu.

Harry menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin minum apalagi mabuk. Dia ingin membawa perempuan di pangkuannya itu pergi dari kawasan kumuh ini.

"Milli ikutlah denganku. Tinggalkan tempat ini." Harry kembali menatapnya dengan memohon.

"Kau benar-benar bodoh, sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan tempat ini. Apa lagi dengan pencuri bodoh sepertimu," dengan nada bercanda, Milli menusuk dahi pria itu dengan jarinya.

Dia tidak melihat sorot kesedihan di mata pria itu. Harry menyadari kenyataan. Milli tidak pernah menganggap serius dirinya.

"Baiklah kalau begitu. Cukup temani aku malam ini." Harry kembali memeluk dan menciumi wanita itu.

Dalam sekejap ruangan itu telah dipenuhi hawa panas sepasang pria dan wanita. Dan malam itu, Milli si gadis pemberontak takluk di ranjang Harry si, pencuri bodoh yang tak pernah sukses mencuri sebelumnya.

Keesokan harinya, saat Milli terbangun, dia tidak lagi menemukan Harry Si. Pria itu telah pergi seperti yang direncanakannya.

Dia meninggalkan tempat itu, seperti dia tidak pernah ada. Rumah itu terlihat kosong tanpa ada satu pun barang. Hanya ranjang yang ditidurinya saja yang tersisa. Menjadi saksi kebersamaan mereka semalam.

Milli turun dari ranjang, dan segera ke kamar mandi. Sejenak dia merasa asing dengan tempat ini. Meski sedari kecil dia telah menganggap rumah ini sebagai rumah keduanya.

Dia dan kakaknya hampir setiap hari lebih sering menghabiskan waktu bersama Harry si di rumah ini. Dan kini rumah terasa sepi, kosong dan dingin.

Namun Milli tidak peduli. Harry Si telah memutuskan untuk pergi. Dia juga tidak ingi mengurusi si maling dogol itu. Toh, pria konyol itu memiliki cukup banyak uang saat ini. Jika dia cukup pintar, dia pasti bisa bertahan hidup dengan uang itu.

Dan sejak saat itu, Harry Si menghilang bak ditelan bumi. Tak ada jejak keberadaannya yang dapat diselusuri. Seakan-akan dia tidak pernah ada di kota ini.

Tak ada orang yang mengingatnya lagi. Dalam sekejap, dia dan Anthony yang pernah begitu dihormati di kalangan preman jalanan itu, menjadi legenda yang terlupakan.

Bahkan Milli, adik Anthony pun seakan-akan tidak peduli. Sepertinya gadis itu justru merasa tak terbebani lagi dengan tingkah konyol sahabat mendiang kakaknya itu.

Dia tidak keberatan dengan menghilangnya pria itu. Meski mengenalnya semenjak kecil, Milli tidak pernah merasa dekat dengan Harry Si. Gadis itu tidak tahu dan tidak ingin tahu mengenai kehidupan dan latar belakangnya, selain fakta dia adalah sahabat kakaknya.

Sementara itu, di salah satu sudut bangunan tertinggi di lingkungan itu, sesosok pria memandang lingkungan kumuh itu dengan sinis. Lingkungan yang telah menjadi tempat tinggalnya itu telah banyak berubah. Tidak lagi nyaman baginya. Karena itu dia memutuskan untuk pergi.

"Milli, aku telah berusaha untuk membawamu pergi seperti yang diinginkan mendiang kakakmu. Sayang kau tidak mengerti." Dia bergumam lirih.

Sosok itu berbalik dan meninggalkan gedung itu. Sebelum benar-benar pergi, sekali lagi dia menoleh seakan ingin mengucapkan selamat tinggal pada semua kenangannya bersama Anthony.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status