"Pak Wang silakan!" Huan mempersilakan Darren Wang untuk duduk.
Mereka kini berada di kafe yang dikelola anak buah mendiang Anthony. Di sudut kafe yang sepi karena pagi telah menjelang. Kafe ini bisa dikatakan buka sepanjang waktu."Harry, tidak pernah aku bayangkan bisa berbicara seperti ini denganmu. Mengingat kau licin seperti belut." Darren Wang tersenyum menatap pria yang lebih muda darinya itu."Terima kasih atas pujianmu Pak Wang," sahut Huan sembari menggaruk kepalanya.Dia sudah tidak lagi berbicara dengan bahasa yang formal pada pria itu. Rasanya akan terlalu berlebihan jika mereka berbincang-bincang dengan bahasa yang kaku, akan lebih terasa seperti sebuah interogasi daripa sebuah perbincangan ringan antar dua pria."Kepolisian tidak pernah bisa menemukan bukti akan keterlibatanmu dalam beberapa kasus pencurian besar hingga kini, karena itu aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Darren Wang mengangkat bahunya dan tersenyum k"Wah! Mirip istana di negeri dongeng!" Cecilia berseru saat motor besar Huan berhenti di depan sebuah bangunan megah bak istana."Rumah keluarga Wong kurang lebih juga seperti ini." Huan tersenyum melirik Cecilia yang menatap bangunan di depannya dengan kagum."Kalau kau ingin menjadi putri bak Cinderella atau Belle, kapan-kapan kita ke Chengdu." Huan menggandeng lengan gadis itu mengajaknya untuk memasuki bangunan megah itu."Tidak perlu, aku tidak mau menjadi putri. Aku hanya mau menjadi Ceci kesayangan Koko dan dirimu." Cecilia tertawa pelan dan bergayut manja di lengan Huan."Baguslah kalau begitu. Itu Tuan Theo!" Huan menunjuk pada seorang pria yang bergegas menemui mereka."Tuan Harry, saya sangat senang Anda berubah pikiran. Marilah, Nyonya Liliana sudah menantikan kedatangan Anda." Theo terlihat begitu bersemangat.Pria berkacamata itu menyambut mereka dengan ramah. Harry mengabarinya pagi tadi, bahwa dia bersedia untuk mencari kotak musik milik Nyonya Liliana.Mereka berdua me
Sekali lagi diamatinya lukisan itu. Sejujurnya dia tidak mengerti nilai artistik lukisan tersebut. Baginya itu hanya sebuah lukisan kuno dan antik.Lukisan yang menggambarkan dua orang tengah bermain musik dengan alat musik kuno di bawah sebatang pohon plum itu merupakan warisan dari kakek buyutnya. Selama bertahun-tahun lukisan itu telah menghiasi dinding rumahnya. Selintas tidak ada yang istimewa dari lukisan kuno itu.Hingga suatu hari, tanpa sengaja dia mengunggah foto lukisan itu di salah satu aplikasi penggemar foto. Dan tiba-tiba ada seseorang yang tertarik untuk membeli lukisan itu.Pada awalnya dia tidak ingin menjual lukisan warisan kakek buyutnya. Namun suatu kebutuhan mendesak, membuatnya rela melepas lukisan itu.Harga yang ditawarkan cukup mahal. Dia menganggap itu sepadan. Toh bukan dia yang melukis. Dia hanya merawat lukisan itu selama ini.Dan kini, di dinding salah satu balai lelang internasional yang terkenal, lukisan itu tergant
"Harry, buka pintunya!" Seseorang menggedor pintu rumahnya dan berteriak-teriak dengan keras.Harry dengan malas bangkit dari tempat tidurnya. Diseretnya kakinya dengan berat untuk membuka pintu. Dengan malas dibukanya pintu kayu yang cukup berat itu. Dan di saat bersamaan sang penggedor pintu tengah mengayunkan kaki hendak menendang pintu kayu yang lumayan berat itu. Sementara sebuah tas ransel bergelantungan di dadanya.Untuk sesaat keduanya saling bertatapan. Dengan jengkel, sang penggedor pintu menurunkan kakinya. Dan dengan marah dia meraung pada pria di depannya yang tengah menyender dengan santai di daun pintu."Harry Si, bisakah kau berpakaian dengan benar?" teriaknya dengan salah tingkah."Milli, bisakah kau tidak berteriak? Suaramu terdengar sampai ke ujung gang," Pria itu menjawabnya dengan acuh tak acuh.Sang penggedor pintu bernama Milli itu pun memelototi pria di depann
Hari ini, dia kembali berkunjung ke balai lelang. Seperti biasanya, dia menyusuri balai lelang yang luas dengan menenteng kameranya. Dia mengambil gambar beberapa obyek yang menarik perhatiannya. Sebuah guci cina antik, patung Buddha, dan beberapa lukisan yang tergantung berjejer. Fotografi merupakan hobinya semenjak masih sekolah. Dan kini dia menjalankan tugasnya sebagai fotografi freelance untuk sebuah majalah. Dia ditugaskan untuk mengambil potret koleksi antik balai lelang terkenal ini untuk melengkapi artikel mereka. "Hai, kau datang lagi? Lebih baik kau segera menyelesaikan tugas pemotretanmu. Besok balai lelang ini akan memindahkan semua koleksinya ke hotel berbintang lima untuk acara pelelangan perayaan tahun baru," seorang petugas keamanan menyapanya dengan antusias. "Oh ya? Wah aku harus segera menyelesaikan tugasku kalau begitu. Terima kasih bro untuk informasinya." Fotografer itu tersenyum gembira. Kembali dia berkeliling untuk memotret beberapa obyek yang memang diiji
Memindahkan Koleksi Kesibukan terlihat di area gudang balai lelang. Tampak beberapa orang tengah memindahkan barang ke sebuah truk besar. Hari ini, sebagian besar barang-barang koleksi milik balai lelang ini akan dipindahkan ke lokasi pelelangan tahun baru Imlek. Acara itu diadakan di salah satu hotel termewah di negeri Singa ini. Satu per satu barang-barang itu berpindah ke dalam truk. Selain guci-guci antik, furniture kuno, gulungan naskah kuno, dan keramik antik, ada juga lukisan-lukisan karya pelukis terkenal. Mereka memindahkan barang-barang antik itu dengan hati-hati. Sedikit kecerobohan bisa berakibat fatal. Hampir semua barang antik itu bernilai jutaan dolar. Pemindahan barang ini merupakan sebuah upaya yang besar. Karyawan balai lelang ini tidak mungkin bisa menangani sendiri. Karena itu pihak pengelola balai lelang menyewa jasa tukang untuk memindahkan barang-barang ini ke lokasi pelelangan. Proses pemindahan barang ini memakan waktu hampir tiga hari. Dan selama pemindah
Suasana di hotel mewah itu sangat meriah malam ini. Selain merayakan tahun baru Imlek, malam ini merupakan pelelangan berbagai banda seni, antik dan kuno dari sebuah balai pelelangan terkemuka di negeri ini. Dan primadona malam ini adalah sebuah lukisan antik yang ditengarai sebagai karya pertama Zhao Mengfu. Dia merupakan salah satu dari lima pelukis kuno yang sangat melegenda. Tak heran jika lukisan itu dibandrol dengan tawaran awal yang cukup tinggi. Bisa dipastikan lukisan itu akan menjadi lukisan termahal di awal tahun ini. Pelelangan ini mendapat apresiasi dari pencinta seni di seluruh dunia. Bukan hanya para kolektor dan pemburu benda seni, bahkan beberapa kepala negara pun turut hadir. Semakin malam suasana pelelangan semakin meriah. Satu per satu para penawar menawarkan harga tertinggi untuk benda seni yang mereka incar. Tak terkecuali lukisan Zhou Mengfu. Lukisan antik ini dibanderol dengan harga awal yang cukup tinggi. Namun itu tidak mengurangi minat para kolektor untu
Desas-desus santer terdengar dalam kalangan kolektor barang seni. Sejumlah kolektor mendapatkan informasi tentang keberadaan lukisan yang diklaim sebagai asli karya Zhou Mengfu. Itu terungkap tanpa sengaja, saat sebuah acara talk show mengundang seorang pengusaha keturunan China yang berdomisili di Kanada. Acara talk show yang meliput kediaman pengusaha kaya itu tanpa sengaja menyorot koleksi lukisan miliknya. Dan di antara lukisan itu terdapat lukisan yang sama persis dengan yang dilelang beberapa bulan lalu. Polemik pun tak terhindar. Adu klaim keaslian pun terjadi. Kedua-duanya mengaku memiliki lukisan yang asli. Sehingga para kolektor menengahi perseteruan dua pengusaha ini. Dan sebagai pihak yang melelang lukisan tersebut, balai lelang itu berinisiatif untuk membuktikan keaslian lukisan yang mereka lelang. Pameran pun diadakan kembali. Selain itu beberapa ahli seni pun berdatangan untuk menilai kedua lukisan itu. Para kolektor dan media pun tidak melepaskan kesempatan ini. Sa
"Tuan Lim, lukisan ini merupakan warisan dari kakek buyutku. Aku sendiri tidak pernah menyadari nilai lukisan ini. Jika saja tidak ada keributan dua lukisan palsu itu, aku tidak akan pernah mengetahuinya." Pria muda itu berbicara dengan tenang. Dia tengah bernegosiasi dengan Alexander Lim. CEO Lim grup itu tertarik dengan lukisan miliknya. "Tuan Xie, aku juga tidak mengetahui keaslian lukisan ini. Namun salah satu ahliku meyakinkan ini adalah lukisan yang asli. Karena itu aku bersedia membelinya dengan harga yang pantas. Aku ingin menghadiahkan lukisan ini untuk kakekku." Alexander tersenyum menatap pria yang duduk di depannya. Sesungguhnya usia mereka tidak terpaut jauh. Dan keduanya merupakan pria yang menawan. Alexander Lim berusia 35 tahun. Dia merupakan pewaris grup Lim yang sangat dominan dalam perekonomian negeri ini. Tidak hanya berlimpah harta, dia juga tampan dan menawan. Namun sayang, sebuah gosip tak sedap merusak minat para wanita terhadapnya. Gay, itu yang dituduhkan p