Share

PART 3

Fatma dan Windy langsung masuk ke dalam rumah begitu Hana membukakan pintu. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Jonathan sedang duduk di kursi ruang tamu dengan wajah yang tak enak dipandang. Mereka tahu apa yang sedang Jonathan dan Hana lakukan di dalam rumah, karena penampilan Hana yang tampak acak-adul.

Fatma merasa sakit hati, ibu mana yang rela jika anaknya sendiri di perlakukan seperti itu oleh lelaki kejam seperti Jonathan? Tapi sekali lagi semuanya kembali pada kekuasaan duniawi. Fatma dan dua buah hatinya berada dibawah genggaman Jonathan.

"Maaf." Fatma menundukkan kepalanya sembari mengepalkan kedua tangannya erat. Hatinya terasa teriris saat mengucapkan kalimat barusan. Ia merasa seperti ibu yang tidak berguna, yang menjual anak gadisnya lalu memakai uang yang dihasilkan untuk berobat.

Jonathan menghela napas kasar lalu berdiri. Mengabaikan permintaan maaf Fatma, Jonathan lantas menatap Hana tajam. "Aku akan menunggumu di dalam mobil." Ia berjalan keluar dari rumah meninggalkan ketiga wanita yang sedang menundukkan kepalanya itu.

Sepeninggal Jonathan, Fatma langsung memeluk Hana. "Maafkan ibu, Nak. Maafkan ibu," isaknya pelan, takut didengar oleh Jonathan.

Hana membalas pelukan Fatma dan menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu meminta maaf, Bu. Aku akan menjalaninya dengan kuat." Windy ikut terlarut dalam kesedihan, ia memeluk Hana dan Fatma. Mereka bertiga saling berpelukan dan menguatkan diri di dalam ruangan tamu yang kecil itu.

***

Jonathan memandangi tubuh polos Hana dari belakang. Ia menyeringai puas menyaksikan tubuh menggigil Hana yang diguyur oleh air dari shower. "T- tolong ... saya sudah ti-  tidak tahan...," cicit Hana lirih.

Ia memeluk tubuhnya sendiri. Jonathan menyuruhnya untuk tetap berdiri dan diam di bawah shower. Ini sudah hampir satu jam lebih sejak Hana menuruti perintah pria itu hingga tubuhnya menggigil dan bibirnya memucat.

"Sekali lagi kamu berbicara, akan saya tambah waktunya hingga dua jam," ancam Jonathan.

Hana menundukkan kepalanya pasrah. Kakinya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Bibirnya bergetar. Hana merasa tersiksa. Ia hampir tumbang ke lantai jika saja tubuhnya tidak ditahan oleh Jonathan. Ia menggendong Hana hingga kaki wanita itu secara otomatis melingkari pinggangnya.

Jonathan membawa tubuh Hana hingga punggung wanita itu menyentuh dinding. Mulut pria itu langsung mengulum puting payudara Hana. Lidahnya bermain-main dengan kedua benda coklat yang sudah mengeras itu. Hana memejamkan mata dan menengadahkan kepalanya ke atas. kedua tangannya mencengkeram kuat bahu Jonathan. Ia membenci dirinya karena semudah ini menikmati sentuhan pria yang ia benci. Suhu tubuh Hana yang awalnya dingin menjadi hangat akibat sentuhan itu.

Ciuman Jonathan berpindah pada ceruk leher Hana. Di sana ia mencecap dan menghisap kuat kulit Hana hingga wanita itu mengerang pelan.

Jonathan mengangkat wajahnya yang telah dipenuhi oleh kabut gairah. "Oh, fuck!" geramnya lalu membawa Hana dan mendudukkan wanita itu ke kloset duduk yang tertutup. Jonathan membuka ikat pinggang dan celana kerjanya dengan tergesa-gesa hingga menyisakan boxer-nya yang sudah menggembung.

Jonathan membuka kain terakhir yang membungkus tubuh bagian bawahnya itu hingga menampilkan miliknya yang sudah siap. Jonathan segera mengarahkannya tepat di hadapan wajah Hana. Hana yang tak mengerti apa-apa hanya bisa melongo, tidak tahu harus berbuat apa.

"Tunggu apa lagi?!" bentak Jonathan tidak sabaran.

"Y- ya?" Hana masih tak paham.

"Ck, lakukan seperti saat aku mengulum tanganmu tadi!" seru Jonathan.

Hana menelan ludahnya susah. Tangannya mulai bergerak dan menyentuh benda itu. Jonathan mengerang nikmat. Ini gila! Padahal Hana hanya menyentuhnya, tapi kenapa langsung terasa nikmat bagi Jonathan?

Hana membuka mulutnya dan memasukkan benda itu ke dalamnya. Baru saja masuk, Hana ingin memuntahkannya tapi kepalanya sudah dulu ditahan oleh Jonathan. Jonathan menggeram, menunggu Hana untuk melakukan bagiannya terasa sangat menyiksa! Wanita itu benar-benar payah dan tidak bisa melakukan tugasnya dengan benar! Akhirnya, Jonathan-lah yang mengambil alih. Ia menahan kepala Hana dan mendorong miliknya masuk ke dalam mulut wanita itu. Melakukan gerakan maju-mundur berulang-ulang. Ritme gerakannya semakin lama semakin cepat. Ia tak peduli dengan kondisi Hana di bawah sana yang hampir tidak bisa bernapas. Jonathan mengerang, "Shit! Ini nikmat sekali!" Ia mencapai klimaksnya.

Jonathan membuka lebar paha Hana dan mengarahkan miliknya ke dalam tempat penyatuan. Ia menggerakkan pinggulnya pelan, dan kemudian mempercepat gerakannya. Desahan Hana terdengar memendek namun cepat setiap detiknya.

Mereka terbuai dalam kenikmatan. Jonathan maupun Hana tak bisa menghentikannya. Sekalipun Hana ingin berhenti, ia tak akan sanggup. Ia telah jatuh ke dalam dosa. Dosa yang membuat tubuhnya pasrah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status