Seorang gadis memasuki kamar yang ditempati Liora. Dia terlihat lebih muda dari Liora.
"Selamat pagi Nona.... Saya ditugaskan di sini untuk menjadi pelayan pribadi Nona. Perkenalkan nama saya Lili." ucapnya sambil menundukkan kepalanya. "Pelayan? Pfft.. Hampir saya aku tertawa terbahak. Apa di zaman sekarang itu masuk akal?" batin Liora. "Iya, salam kenal Lili. Angkat kepalamu, jangan menunduk begitu. Aku merasa tidak nyaman." "M-maaf Nona.. Saya tidak bermaksud membuat Nona tidak nyaman. Maafkan saya..." Lili gemetar ketakutan. Ini tugas pertamanya untuk melayani setelah selama ini hanya bertugas mencuci di belakang. Apa dia membuat kesalahan yang membuat Nona Liora tidak nyaman. Dia juga takut jika dia akan dihukum oleh Yang Mulia Pangeran Pertama, beliau terkenal kejam dan berdarah dingin. Liora bingung melihat ekspresi Lili yang ketakutan seolah dia melakukan kesalahan. "Maaf Lili.. aku tidak bermaksud menyalahkanmu karena membuatku tidak nyaman. Aku hanya belum bisa memahami semua yang terjadi di sini. Tiba- tiba aku terbangun di tempat yang asing dan sangat berbeda dengan tempat tinggalku dulu. Sudahlah... Mari kita berteman Lili..." Lili takjub dengan Liora, rupanya dia melayani Nona yang baik hati. "Nona tidak perlu meminta maaf, terimakasih Nona... Nona sangat murah hati.. Saya akan melayani Nona dengan sepenuh hati." "Lili panggil saja aku Liora." "Saya tidak berani Nona, maaf..." "Huhh baiklah terserahmu saja." Jika ini seperti novel-novel romance klise yang Liora baca, maka Liora termasuk diperlakukan dengan sangat baik. Ahh tunggu... bukankah biasanya di jaman ini para bangsawan dibantu oleh pelayan dalam segala hal? Liora merasakan firasat buruk. "Saya sudah menyiapkan air mandi Nona, silahkan.. Saya juga akan membantu Nona bersiap." "Tidak usah Lili, akun akan melakukannya sendiri. Letakkan saja pakaian gantiku di kamar mandi." "Jangan begitu Nona, saya dan pelayan lain sudah mempersiapkan semuanya." "Aku bisa sendiri Lili, dan juga aku tidak terbiasa. Jadi biarkan aku melakukan semuanya sendiri." "Mana mungkin aku melakukan itu, membayangkannya saja sudah membuatku malu. Seorang Aku? Bahkan kamar mandi pun aku bersihkan sendiri, dan sekarang aku akan dibantu oleh pelayan dari mulai mandi sampai memakai baju sekalipun?!" batin Liora. "Nona saya mohon... maaf jika Nona merasa tidak nyaman, tapi Yang Mulia Pangeran Pertama akan menghukum kami jika tidak melayani Nona." "Benar.. kami mohon Nona.." sahut pelayan lain. Sesungguhnya Liora ingin sekali memaki pria menyebalkan yang disebut sebagai pangeran itu. Namun dia tidak tega dengan para pelayan itu. Bagaimanapun ini bukan salah mereka. "Yasudah.. lakukan saja apa yang kalian mau." Liora memutuskan untuk mengalah kali ini. "Terimakasih Nona.. kami akan melakukan yang terbaik." "Benar.. percayakan saja pada kami Nona." "Ya.. baiklah..." Hahhh, lihat saja nanti.. Pangeran brengs*k yang hanya tampan wajahnya itu akan kubalas. Benar-benar menyebalkan! Liora tidak habis pikir, segala hal yang ada di sini sangat tidak praktis. Apa-apaan pakaian yang berlapis dan tidak nyaman ini? Bahkan sekarang ada orang yang merias dan menata rambutnya. Memangnya dia akan tampil di opera? "Nona sangat cantik, bahkan semakin cantik setelah dirias." ucap salah seorang pelayan yang menata rambutku yang kuketahui bernama Lulu. Lulu ternyata adalah saudara kembar Lili. Pantas saja mereka terlihat mirip. "Jangan mengatakan hal yang membuatku geli begitu. Ini karena kalian sangat ahli." "Rupanya Nona orang yang pemalu jika dipuji." Jawab Lili "Benar.. Nona lucu sekali." Ucap Lulu sambil terkekeh. "Kalian memang kembar, benar-benar mirip. Kompak sekali kalian meledekku." "Kami memang kembar, tapi tolong jangan mengatakan hal yang kejam begitu Nona. Kami tidak mirip sama sekali." jawab LuLu. "Nona.. tolong jangan samakan saya dengan gorilla ini." timpal Lili. "Enak saja, dasar kelinci cengeng." "Aku tidak cengeng! Kapan aku menangis? Dasar kelinci gorilla. Kau seharusnya terlahir sebagai gorilla mengingat sikapmu itu." "Wahh.. apa kau pura-pura lupa sekarang? Kau bahkan hampir menangis ketakutan saat tadi Nona ingin melakukan semuanya sendiri. Huh!" "Kh..hha.. hahhahahhaha...." tawa yang sedari tadi Liora tahan meledak. Suara tawanya memenuhi ruangan itu. Lili dan Lulu ikut tertawa menyadari kekonyolan obrolan mereka di depan Nona Liora. Sementara di sebelah kamar yang di tempati Liora, seorang pria tersenyum mendengar tawanya. "Syukurlah, sepertinya bocah itu tidak terlalu tertekan." Tok.. tok... "Yang Mulia... saya Javier" "Masuk." "Yang Mulia Raja memanggil anda." "Baiklah, aku segera ke sana." Pemilik kamar itu adalah Pangeran Pertama Zevariel Valtor. Sebenarnya dia berniat melihat bagaimana keadaan Liora. Mengingat dia belum memberi penjelasan apapun pada bocah itu, barangkali dia merasa frustasi dan melakukan hal nekat. Tapi ternyata dia sedang bersenda gurau dengan para pelayan. Baguslah. Keputusan tepat memilihkan pelayan yang usianya tidak berbeda jauh dengannya. Dengan begitu dia punya teman bicara."Kenapa kau sudah pulang bocah!" Zevariel baru datang setelah menyelesaikan pekerjaannya."Kakk!" Mereka bersalaman dan berpelukan sebentar."Keluarga yang harmonis, antar kakak adik saja tidak saling memusuhi." batin Liora.Zevariel duduk di sebelah adiknya karena Liora duduk dengan Ratu."Apa pendidikanmu lancar?""Kakak serius menanyakan ini? Aku sangat bosan. Aku ingin cepat-cepat lulus. Huh! Mereka mengajarkan apa sih? Semuanya sangat mudah, memangnya aku anak kecil? Kak, apa standar pendidikan sekarang diturunkan?""Tidak, justru semakin ditingkatkan. Kepalamu saja yang tidak normal.""Aku anggap itu pujian, mau bagaimana lagi. Aku tidak juga tidak mengerti dengan kejeniusanku yang berlebihan ini.""Kau semakin sombong saja bocah!""Uugh... aku sudah bukan bocah kak!""Hei, tapi terlepas dari otakmu yang jenius. Apa kau masih gemetar saat menggenggam pedang?""Jangan meledekku! Huh, itu kan masa lalu. Tentu saja sekarang aku sudah bisa berpedang walaupun tidak sehebat kakak. Kak
Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden kesalahpahaman itu. Kini Liora sedang berada di taman sambil minum teh dengan Ratu. "Liora, kau belum bertemu dengan anakku yang satunya lagi kan?" Dia tidak kalah tampan dengan Zevariel. Anak-anakku itu semuanya memiliki rupa yang menawan, tapi sikapnya tidak ada yang beres." Ratu berkata sembari menerawang memikirkan anaknya, Beliau juga sesekali memijat kepalanya menandakan betapa pusingnya Beliau memiliki anak seperti mereka. "Tentu aja mereka rupawan, ibu juga sangat cantik." "Liora, kau tahu? Semenjak melahirkan anak-anakku baru kali ini aku mendengar pujian yang begitu tulus dari seorang anak. Anak perempuan memang yang terbaik, membesarkan anak laki-laki memang tidak ada gunanya." Rupanya istilah tidak ada gunanya membesarkan anak lelaki juga berlaku disini. Liora tertawa kecil. "Mereka pasti sangat menyayangi Ratu namun tidak mengerti cara untuk mengungkapkan rasa sayangnya." "Benar... oh Liora.. minggu depan aku memanggil desai
"Sayang... Tunggu sebentar dii sini, aku akan melihat apa yang terjadi." Liora menahan tangan Zevariel. "Sebentar saja sayangku.. apa sekarang kau tidak mau berpisah denganku walaupun sekejap?" "Tolong kurangi sikap dramatismu itu. Huh!" "Zevariel... Jangan terlalu marah..." "Bagaimana bisa aku tidak marah jika waktu berhargaku denganmu diganggu seperti ini?" Liora kemudian memeluk Zevariel. "Aku tahu kau pasti sangat marah, tapi jangan terlalu tersulut. Jangan sampai kau kehilangan kesadaranmu seperti kemarin." ucap Liora sembari mengeratkan pelukannya. (Ahh... rupanya Liora mengingat tragedi makan malam itu...) Zevariel tersenyum usil. "Kalau begitu kau tinggal menyadarkanku lagi kan?" "Tapi kau bisa saja melukai orang terdekatmu! kemarin saja kau hampir membunuh Javier. Hiks.." Zevariel mengepalkan tangannya. "Kenapa kau tiba-tiba menangis? Apa kau sebegitu khawatirnya aku melukai Javier?" "Aku mengkhawatirkanmu dasar bodoh!!" "Bagaimana jika mau menyesal setelah sadar
Kejadian itu tidak luput dari pandangan seluruh kesatria yang sedang berlatih di sana. Awalnya mereka menoleh saat mendengar Zevariel tertawa terbahak-bahak. Mereka baru pertama kali melihatnya. "Pangeran benar-benar tertawa? Pangeran yang itu?" ucap salah satu kesatria "Sepertinya kita berhalusinasi karena kelelahan." "Benar. Uugh aku merinding..." Begitulah perbincangan diantara mereka, sampai mereka menyaksikan Liora membalas Zevariel dengan serangan langsung. Mereka langsung syok sekaligus khawatir. "Astaga... kasihan sekali nona itu..." "Padahal beliau nona yang cantik dan baik hati..." "Bagaimana ini sepertinya Pangeran sangat marah." "Haruskah kita membela nona itu?" "Kau mau mati?" "Benar, jangan gila..." Zevariel menoleh, membuat mereka semua terdiam. Dia kemudian menggendong Liora dan berteleport ke kamarnya. Kepergian Zevariel dan Liora menimbulkan gosip lain. "Apa sekarang nona itu sedang dihukum oleh Pangeran?" "Sepertinya begitu..." "Kira-kira Pangeran aka
Mereka asyik bersenda gurau sampai tidak menyadari kehadiran Zevariel. Ernest yang pertama kali menyadari itu langsung terdiam. Leon yang tidak paham dengan situasinya sekarang terus saja mengoceh. "Kau hanya beruntung saat itu Ernest, jika tidak...." Leon seketika terdiam, dia merasakan aura membunuh di belakangnya. Dan benar saja ketika dia menoleh Zevariel sudah berdiri di sana. "Salam Yang Mulia..." sapa Leon, Ernest dan Lili serempak. "Salam..." Liora juga memberi salam kepada Zevariel. "Kenapa kau tidak bilang jika mau ke sini? Tempat ini terlalu berbahaya untukmu." (Apalagi mata para kesatria sial*n itu yang berani menatapmu. Ingin kucongk*l saja rasanya.) lanjut Zevariel dalam hatinya. "Tapi Yang Mulia, bukankah ini tempat yang paling aman karena banyak kesatria kerajaan di sini?" Zevariel mengernyit, baru saja dia memanggil Ernest dan Leon dengan akrab. Dan sekarang dia bersikap formal padanya. "Leon, Ernest, lari 100 putaran sekarang!!" "Baik Yang Mulia..." jawab k
Sudah satu bulan sejak Liora tinggal di istana kerajaan Velmoria. Setiap hari dia makan malam bersama Zevariel dan sesekali minum teh dengan Ratu Seraphine. Dia juga sudah mengetahui seluk beluk istana itu karena setiap hari berjalan-jalan di sekitar istana ditemani Lili dan Ernest. Kini Liora sudah mulai menikmati kehidupannya di kerajaan Velmoria. Sebagai seorang mahasiswa yang dulu hidup sendiri, selain itu dia juga bekerja sambilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, Liora juga memiliki hobi membaca buku dan untuk membeli semua buku-buku itu juga membutuhkan biaya. Tapi di sini semuanya sudah tersedia, dia bisa bersantai sesuka hatinya. Seperti yang dilakukannya sekarang. "Hhoooaaaaammmmm...." "Hmmm.... jam berapa ini? Sepertinya sudah agak siang." "Uuugggh... semenjak di sini aku hanya makan dan tidur. Yah... kapan lagi bisa begini.. Hehe.." "Aku malas banguunn.... Hmmm..." Liora hampir memejamkan matanya lagi saat seseorang mengetuk pintunya. Tokk.. t