"Ada apa Ayah memanggilku?"
Zevariel masuk ke ruang kerja tanpa mengetuk pintu. "Hh... Bocah kurang ajar, ketuk pintu dahulu jika mau masuk." "Ohh.. Rupanya ada Ibunda Yang Mulia Ratu yang selalu cantik di sini.. salam Ibunda." "Lihatlah sikapnya yang semakin tak sopan itu. Sekarang bahkan dia tak mengindahkan Ayahnya dan hanya menyapa Ibunya." "Sudahlah suamiku.. Bukankah kita memanggilnya ke sini karena mau menanyakan sesuatu yang penting?" Raja Alaric kemudian menurut dan duduk di samping istrinya. "Jadi bagaimana dengan pengantimu nak? Bagaimana caramu membujuknya hingga dia mau dibawa ke sini? Apa dia terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu? Putraku ini kan sangat tampan. Dan bagaimana caramu menjelaskan padanya tentang dimensi ini, kerajaan Velmoria, dan juga klan serigala? Apa ini adalah semacam cinta beda ras yang romantis itu?" tanya Ratu Seraphine, yang juga adalah ibu dari Zevariel. "Ratu.. tanyakanlah satu-satu, istriku ini terlalu antusias rupanya." ucap Raja Alaric, Ayah dari Zevariel. Zevariel berkeringat dingin, dia tidak tau harus menjawab apa. Ibunya pasti akan marah besar jika mengetahui kebenarannya. Dan kemarahan Ibunya adalah yang paling menyeramkan melebihi Ayahnya. Sudah menjadi rahasia umum di kerajaan ini jika sang ratu yang dulunya jenderal perang adalah orang yang sangat hebat sekaligus menakutkan. Jika Raja alaric adalah orang yang baik dan bijaksana, maka Ratu Seraphine adalah sosok kuat yang tegas. Jadi sekalipun sang raja terkenal dengan kebaikannya, tidak ada seorang pun yang berani memanfaatkan kebaikan raja. Karena jika itu terjadi, akan sangat menakutkan berurusan dengan ratu. "Nak.. kenapa kau diam saja? Apa kau malu pada ibumu ini? Ibu sungguh penasaran dengan calon menantu ibu yang imut itu. Tidak mungkin kan putraku ini menculik calon istrinya sendiri?" "Uhukk..." Javier yang menunggu di depan pintu tersedak mendengar kata-kata sang ratu. Ratu Seraphine mulai curiga dengan reaksi anak pertamanya ini. "Zevariel.. jawab ibu." ucap Ratu dengan senyum. Namun siapapun yang ada disana tau jika senyuman sang ratu saat ini menyiratkan sesuatu yang berbahaya. "Ibu.. tenanglah... Aku hanya membawanya kemari, tapi dia tertidur. Jadi kupindahkan dia ke kamar yang memang sudah disediakan untuknya." "Jadi kau membuatnya tertidur dengan kekuatanmu dan membawanya kemari?? Lalu apa kau sudah menjelaskan apa situasi yang sedang dihadapinya saat ini?" "Itu.... Belum." Praaangg.... Ratu Seraphine melempar cangkir teh yang sedang dipegangnya. "Zevariel!!!" Seketika udara di sekitar mereka terasa berat. Lantai mulai bergetar, tembok yang sudah dilindungi sihir ini pun menunjukkan garis tanda-tanda keretakan. Penerangan di sekitar mulai terganggu dan terjadi konslet di beberapa tempat. Matanya berkilat marah. Jika dibiarkan ini bisa menimbulkan serangan petir yang bisa menghancurkan seluruh istana. "Ibu.... ibu tenanglah... aku bersalah.. tapi di istana ada Liora bu.. dia bisa terkena dampaknya." Mendengar nama calon menantunya disebut, amarah ratu langsung reda. Dia lupa jika gadis itu hanya manusia biasa. Akibat kemarahana ratu, istana harus melakukan renovasi besar-besaran. Pasukan istana diluar sana yang sempat mengira ada serangan dan dalam keadaan siaga sudah diberi info oleh Javier agar kembali ke posisi masing-masing. Javier yang kerjaannya sudah menumpuk jadi semakin menumpuk akibat ulah Pangeran Pertama yang seenaknya. "Mungkin aku harus menjual mansionku, hidupku hampir seperti keluarga kerajaan yang tinggal di istana." ucap Javier meratapi kemalangannya. Kembali ke ruang kerja Raja Alaric yang sudah porak poranda. "Zevariel, kami tidak mendidikmu untuk menjadi lelaki brengs*k!" Raja Alaric menyetujui ucapan istrinya dengan mengangguk-anggukan kepalanya. "Dengarkan kata-kata ibumu bocah." "Katakan apa alasanmu melakukan hal itu." "Saat aku datang ke dimensi dimana Liora berada, aku mengamatinya terlebih dahulu. Aku hanya ingin tau calon istriku orang yang seperti apa, lalu setelah itu aku berniat mendekatinya. Dia adalah orang yang banyak disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Dia orang yang bersinar ketika sedang memainkan alat musik. Tapi aku bingung harus mengatakan apa saat aku akan menemuinya nanti. Dan ketika dia sendirian aku memutuskan untuk mendekatinya dan bermaksud mengajaknya bicara. Tapi dia malah ketakutan. Aku terpaksa membekap mulutnya saat dia mencoba untuk berteriak. Dan setelah itu segalanya terjadi begitu saja. Aku terpaksa membuatnya tertidur agar dia tenang, lalu membawanya kemari. Sungguuh ibuu, aku tidak bermaksud buruk kepada calon istrinya." Ratu hanya menghela napas lelah. Dia tidak menyangka jika putranya sebodoh ini soal wanita. "Lalu sampai sekarang pun dia tidak tau apa-apa?" "Tidak bu." "Jika kau bukan anakku, aku sudah mengurungmu di penjara bawah tanah." Ada alasan kenapa ratu sangat sensitif soal calon istri anaknya. Keturunan keluarga kerajaan Velmoria sudah memiliki pasangannya sejak lahir. Masing-masing pasangan akan memiliki tanda di punggungnya yang akan bereaksi jika bersentuhan. Biasanya pasangan dari keluarga kerajaan akan langsung dibawa ke istana sejak mereka kecil atau bahkan ada yang sejak bayi. Ada benang merah yang menghubungkan keduanya yang hanya bisa dilihat oleh keluarganya. Namun karena pasangan dari Zevariel ada di dimensi yang berbeda pencarian jadi semakin sulit. Raja dan Ratu tidak mungkin meninggalkan tahtanya dalam waktu yang lama. Akhirnya pencarian itu baru dilakukan setelah Zevariel dewasa dan membangkitkan kekuatannya. Dan bagi ratu itu sangat tidak adil, karena mereka yang menjadi pasangan seolah tidak memiliki pilihan lain. Jika pasangan mereka adalah orang baik seperti Raja yang saat ini mencintai rat, maka ini akan menjadi sebuah anugerah. Namun jika sebaliknya, rasanya seperti mendapat kutukan. Namun jika mereka tidak menikah sesuai dengan pasangannya dan berani menyentuh lawan jenis selain pasangannya, mereka akan merasa sangat kesakitan di bagian punggung yang terdapat simbol. Dan bagi ratu situasi ini berkali lipat tidak adil bagi Liora. Dia pasti ketakutan dan kesepian berada di dunia yang asing ini. Sesungguhnya ratu sudah sejak dulu mendambakan anak perempuan, tapi kedua anaknya adalah laki-laki. Keduanya pun sama-sama pembuat onar sejak kecil. "Huhh.. tidak bisa begini. Ibu tidak bisa tinggal diam. Besok ibu akan menemui Liora dan mengajaknya minum teh. Sampaikan pada pelayan yang melayani Liora." "Kau. Keluar. Jangan panggil aku ibu jika kau belum meminta maaf pada Liora." "Baik Ibunda.." ucap ZevarielKeesokan harinya, Morgan masih belum melepaskan Liora. Liora sudah sangat lelah. Sekujur tubuhnya sakit, terutama kakinya.Morgan berada di ruangan yang dia gunakan untuk bertemu dengan para barbarian. Salah seorang barbarian bertanya pada Morgan."Ketua, kita harus menakuti para serigala itu. Terutama sang pangeran yang sok hebat itu.""Benar ketua. Kita kirim saja salah satu jari tangan gadis tawanan itu." ucap barbarian lain."Dia pasti akan kehilangan akal melihatnya." mereka semua tertawa mendengar usulan itu, membayangkan Zevariel yang terkenal hebat itu terpuruk adalah hiburan bagi mereka.Tidak seperti lainnya, Morgan tampak berpikir. Itu bukan ide yang buruk. Tapi dia terpikirkan hal yang lebih menarik, haruskah dia memotong salah satu kaki Liora ketimbang jari tangannya? Agar Liora tidak bisa kabur darinya, kalaupun Zevariel melihatnya, dia pasti tidak akan mau lagi menerima Liora. Liora sudah cacat. Benar, dengan begitu hanya dirinya yang bisa menerima Liora, begitu pikir M
Liora pikir dia sudah salah langkah. Dia bermaksud memancing emosi Morgan agar dia memukulnya, tapi Liora malah membangkitkan sisi obsesi Morgan. Liora menyadari saat Morgan menatapnya, bukan cinta, bukan kasih sayang, Liora melihat obsesi di dalamnya.Seperti halnya dia terobsesi menginginkan tahta Velmoria, dia juga terobsesi pada Liora.Dugaan Liora tidak salah, Morgan kini duduk di ujung ranjangnya sambil menatap Liora yang sedang terkantuk sambil berdiri karena tangannya diikat ke atas di tembok.Setiap kali matanya terpejam, Liora langsung terbangun karena tangannya sakit menahan beban tubuhnya sendiri. Morgan menyeringai setiap melihat Liora kesakitan, Liora yang berada di balik penjara buatannya, penjara yang sengaja dia tempatkan di hadapannya. Peliharaan cantik yang selalu marah dan membangkang.Entah sejak kapan, Morgan mulai tertarik pada Liora. Alasan Liora tidak pernah disiksa oleh bawahannya, juga atas perintah Morgan. Hanya dia yang boleh melakukannya.Tak lama, Morgan
Di salah satu ruangan yang ada di sebuah mansion dekat perbatasan Utara, Zevariel sedang bersama Hugo. Di luar, hujan turun. Langit seolah ikut bersedih dengan keadaan Velmoria. Seorang pelayan masuk setelah dipersilakan oleh Zevariel, dia membawakan teh dan kudapan untuk menemani teh."Hugo, menurutmu apa yang mereka lakukan pada Liora?""Mereka pasti menyekap Nona Liora Yang Mulia, mereka masih memerlukan nona Liora. Saya yakin mereka tidak akan gegabah menyakiti Nona Liora.""Kau benar, tapi.. saat aku duduk berhadapan denganmu seperti ini, di atas kursi yang empuk, dengan secangkir teh di atas meja. Liora mungkin sedang duduk di lantai yang dingin." Zevariel menunduk, tangannya mengepal."Ini tidak terlihat seperti Yang Mulia.""Apa maksudmu?" Tatapan Zevariel beralih ke Hugo, pandangannya tajam mengarah ke Hugo."Yang Mulia Pangeran Zevariel yang saya kenal adalah sosok yang kuat, selalu memenangkan pertarungan, yang hebat dalam hal strategi maupun serangannya. Yang Mulia yang te
Situasi di ibukota Velmoria sedang dihebohkan oleh berita Madam Estelle yang dihukum mati karena berkhianat pada kerajaan. Dan yang lebih mengejutkan semua orang, dia adalah barbarian. Tidak ada yang menyadarinya selama ini.Hal ini pun turut disaksikan oleh beberapa tamu undangan festival sebelumnya yang masih terkurung di ibukota. Mereka akhirnya diperbolehkan pulang ke wilayahnya masing-masing hari ini.Mereka menyaksikan, betapa kerajaan Velmoria tidak kenal ampun pada siapa pun yang berkhianat. Bencana yang menimpa saat festival menjadi situasi yang menguntungkan dimana kerajaan Velmoria jadi semakin ditakuti sekaligus dihormati.***Sementara itu di perbatasan, langit sore mulai dibungkus oleh awan kelabu saat Zevariel dan Ernest kembali dari hutan. Keduanya berlumuran debu dan wajah mereka tidak kalah kelam dengan langit Velmoria.Zevariel menghela napas berat. Jejak yang mereka temukan menghilamg begitu saja dan berakhir di tepi sungai.Mereka baru saja melewati gerbang saat s
Zevariel memacu kudanya sangat cepat, hingga akhirnya dia tiba di sana...Di tepi sungai, jejak itu menghilang. "Si*l!!" Zevariel berteriak frustasi.Di sisi lain hutan, seorang pria dengan jubah hitam menyenderkan dirinya di sisi pohon. Napasnya tersengal, jantungnya masih berdebar kencang. "Hosh... Hosh... Untung saja aku berhasil melarikan diri. Jika tertangkap bisa mati aku."Dia bergegas kembali ke markas untuk melaporkan situasi saat ini."Ketua!" panggilnya kepada seorang lelaki yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu."Mereka berhasil melacak jejak kita, wanita itu sengaja menjatuhkan perhiasannya untuk memberi mereka petunjuk.""Brengs*k! Mereka selalu saja menyusahkan!" Umpat lelaki berambut sebahu yang tentu saja berwarna merah. Dia adalah ketua barbarian, Morgan, anak kepala barbarian sebelumnya.Dia berhasil kabur bersama pengasuh dan beberapa bawahan ayahnya dulu saat perang dengan Velmoria yang dipimpin oleh Ratu Seraphine. Dan ayahnya kalah telak.Kini setelah meng
Pagi itu, Velmoria terlihat kelam. Meskipun hujan sudah reda, dan menyisakan embun tipis di halaman utama Istana Velmoria. Suasana yang seharusnya terasa syahdu itu justru membuat suasana semakin kelabu.Seorang lelaki dengan baju kumal dijaga oleh dua pengawal di penjara bawah tanah. Tangan penyusup itu terikat rantai besi, lututnya hampir tidak mampu menopang tubuhnya. Darah mengering di sudut bibirnya.Di depannya, Ratu Seraphine duduk tegak di atas kursi yang sudah disediakan oleh kesatria penjaga, mengenakan gaun gelap tanpa ornamen. Matanya tajam mengamati setiap gerak penyusup itu.“Katakan.” suara Ratu Seraphine terdengar lembut, tapi keras menusuk udara. “Siapa yang memberimu akses masuk ke festival dan memanah Raja?”Lelaki itu menggigit bibirnya, tubuhnya gemetar, bukan karena takut. Dia lalu tertawa terbahak-bahak.Ratu mengernyitkan alisnya. "Siapa? Jawab!" Ratu hanya menjentikkan jarinya, tanpa perlu bangun dari kursinya, Ratu membuat lelaki itu sesak napas."Ohhokkk...