Belum sehari sejak Liora dibawa ke kerajaan itu, tapi dia sudah merasa sangat lelah. Satu-satunya hal baik sejak dia tiba di tempat ini adalah dua anak lucu dan usil yang sudah sangat akrab dengannya. Liora baru mengenal si pelayan kembar, tapi dia sudah merasa dekat dengan mereka. Untunglah orang yang dipercaya untuk membantunya di sini bukanlah oarng yang sulit.
Kasur yang empuk ini, udara yang tertiup sepoi dari jendela yang terbuka, semerbak aroma wangi bunga. Liora belum pernah merasa sesantai ini dalam hidupnya. Semua kenyamanan yang dirasakannya ini membuatnya matanya mengantuk. Liora pun terlelap. Saking lelapnya Liora sampai tidak terbangun sekalipun hingga waktu makan malam tiba. Bahkan ketika Zevalier masuk ke dalam kamarnya, Liora masih terlelap. Awalnya Zevalier hendak mengetuk pintu. Namun dari balik pintu itu dia mendengar suara napas yang teratur. Dia pun memutuskan untuk masuk diam-diam karena tak ingin membangunkan Liora. Dia hanya ingin melihat wajah calon istrinya itu sebentar kemudian keluar. Namun saat melihat Liora yang sedang tertidur pulas, dia terlihat begitu..... lucu. Pffffttttt..... "Astaga.... Apakah benar dia calon istriku? Menarik sekali.." Tanpa sadar Zevalier duduk di tepi ranjang. Diam-diam mengagumi wajah calon istrinya yang tertidur dengan mulut melongo, tangan yang direntangkan ke atas, posisi kaki yang entah bagaimana sulit untuk dideskripsikan karena posisi tidurnya sangat tidak simetris. Zevalier bermaksud untuk membenarkan posisi tidur Liora supaya lebih nyaman. Dia meluruskan kaki Liora perlahan, dia tidak terbangun. Zevalier hanya sedikit menyentuh kulit kaki Liora, namun hal itu membuat sebuah tanda yang sejak lahir terpatri di punggung Zevalier terasa sejuk. Zevalier menjadi serakah, dia ingin sedikit lagi menyentuh Liora. Kenyamanan yang terasa hanya karena sentuhan kecil itu sungguh membuat candu. "Aku hanya ingin membantunya sedikit lagi. Benar.. aku ingin dia tidur lebih nyaman." gumam Zevalier. Zevalier menyentuh pergelangan tangan Liora, dia bermaksud memindahkan posisi tangan Liora. Tapi lagi-lagi rasa nyaman itu kembali dia rasakan. Sedikit lagi..... Tanpa Zevalier sadari, Liora mulai merasa terusik. Liora juga merasakannya, hawa sejuk menyenangkan yang mengalir di punggungnya. Perlahan Liora membuka matanya. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Zevalier yang berada persis di depannya, dan tangan Zevalier yang memegang pergelangan tangannya seolah dia sedang berusaha mengungkung Liora. Apalagi tubuhnya yang entah sejak kapan ada di atas Liora. "AAaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk........." Liora berteriak. Dia ingat salah satu adegan dalam novel yang dia baca. Adegan seperti ini sangat klise, bahkan hampir semua novel dark romance memasukkan adegan tersebut untuk menciptakan suasana yang mendebarkan sekaligus menegangkan. Biasanya sang tokoh utama pria yang terobsesi dengan wanitanya akan melakukan sesuatu jika berada dalam posisi ini. Apalagi bagi Liora, Zevalier adalah Pangeran Brengs*k yang menculiknya ke kerajaan ini. Karena kaget tiba-tiba Liora berteriak, reflek Zevalier membungkam mulut Liora. "Hhmmmppppp..... hhmmmpppppppp...!!!!" "Setelah ini apa yang harus kulakukan? Jika kulepaskan tanganku, dia pasti akan berteriak lagi. Tapi jika terus membiarkannya seperti ini, aku akan terlihat seperti memiliki niat jahat." batin Zevalier. Di tengah kebingungannya, Zevalier memutuskan untuk pergi menggunakan teleportasi. Liora yang masih syok karena perbuatan Zevalier barusan, semakin syok melihat Zevalier menghilang di depan matanya. "Apa aku mulai menjadi gila? Yang barusan itu apa? Jangan-jangan.... hantu????" Tok... tok... tok.... Astaga! Liora yang sedang terpikirkan hantu terlonjak kaget dengan suara ketukan pintu itu. "Nona... ini saya Lili.." Fyuuhhh Lili rupanya.. "Masuklah." "Permisi nona, saya membawakan makan malam.." "Terimakasih..." "Sudah menjadi tugas saya nona, kalau begitu saya permisi..." "Tunggu Lili, bisakah kau menemaniku makan di sini?" "Ya? Nona mau saya temani? Apa nona tidak suka makan sendirian? Saya akan memanggil Yang Mulia Zevalier jika nona mau. Saya yakin Yang Mulia pasti akan sen..." "Jangan!" sela Liora. "Ekhem, maksudku... Aku masih belum merasa nyaman dengannya. Bisa-bisa aku sakit perut jika makan bersamanya." "Baiklah jika itu yang nona inginkan.." Sementara itu dibalik tembok, Zevalier yang masih berusaha menetralkan detak jantungnya diam-diam merasa sedikit kecewa mendengar perkataan Liora. Sesungguhnya saat Liora terbangun dan mata mereka bertatapan sejenak, Zevalier rassanya seperti terhipnotis oleh keindahan mata Liora yang berwarna biru, biru laut yang dalam, membuat Zevalier tenggelam di dalamnya. Zevalier merutuki kebodohannya, dia tahu semua tindakannya hingga saat ini membuat Liora berpikiran buruk tentangnya. Sejak lahir dia sudah ditetapkan memiliki pasangan. Hal itu membuatnya menjaga jarak dengan semua wanita. Bukan karena takdir itu dia tidak pernah dekat dengan wanita, hanya saja sejak dulu hatinya sudah mendambakan sosok Liora. Jauh sebelum Zevalier bertemu dengan Liora, dia selalu tersiksa dengan rasa rindu yang menyesakkan. Walaupun dia belum tau siapa dan bagaimana rupa Liora, ada hari dimana suasana hatinya sangat buruk. Dan jika saat itu datang, Zevalier akan memimpikan sosok wanita yang wajahnya bahkan tidak terlihat. "Liora..... " Di tengah kesunyian dan cahaya temaram di kamarnya, Zevalier menggumamkan nama Liora dalam kesendiriannya. "Padahal aku sudah sangat lama menantikan hal ini. Maafkan aku calon istriku.... calon suamimu ini sungguh bodoh."Paginya, perasaan Zevariel belum juga membaik.Tidak ditemukan jejak kaisar Luzark, dan itupun Zevariel mengetahuinya karena merasakan aura dari sang kaisar. Dia tidak benar-benar melihat kehadirannya. Dan menurut laporan dari Javier, kaisar tidak ada agenda kemana-mana dan selalu berada di istananya. Jadi Zevariel tidak bisa menuntut apapun dan tidak ada bukti akan dirinya yang semalam menyusup ke kamar Liora."Ernest, sementara rahasiakan hal ini. Jangan sampai Liora tahu. Aku tidak mau membuatnya cemas." titah Zevariel."Baik Baginda." jawab Ernest patuh.Mereka kemudian tidak membahas apa pun lagi mengenai kejadian itu melihat Liora turun ke lantai bawah untuk ikut sarapan.Leon terlihat baru saja masuk untuk sarapan. Melihat tampangnya saja Ernest sudah tahu apa yang akan dikatakan si mulut ember itu."Oh nona!" sapa Leon sambil melambaikan tangannya. "Apakah semalam.."Buukkkk!!!!!!Ernest menendang Leon dengan telak sebelum Leon menyelesaikan kata-katanya."Brengs*k! Apa yang k
Salah seorang pasukan mengetuk pintu kamar tempat Zevariel beristirahat."Masuk.""Maaf mengganggu waktu istirahat anda Baginda." ucap salah seorang pasukan sambil menundukkan kepalanya. "Saya mendapat surat dari istana, dari Sir Javier."Zevariel menyeringai. "Letakkan di atas meja."Seketika aura di dalam ruangan tersebut terasa mencekam. Pasukan tersebut segera meletakkan surat yang di bawanya di atas meja dan bergegas pamit undur diri, tidak mau berlama-lama di ruangan yang terasa menyesakkan itu.Zevariel membuka surat tersebut, matanya tajam membaca kata demi kata. "Sial*n, Javier." tangannya meremas kertas dan membuangnya ke perapian.Di kejauhan, Javier yang hendak bersiap tidur merasakan firasat buruk. Dan dia mendadak merinding entah apa sebabnya.Liora sedang memakan kukis sambil melihat keluar jendela saat Zevariel tiba-tiba membuka pintu kamarnya dengan paksa. Lebih tepatnya mendobrak."Astaga! Kau ternyata." Liora mengatur napasnya yang terengah saking terkejutnya. "Ada
Keesokan harinya, halaman istana dipenuhi oleh pasukan serigala hitam. Ernest dan Leon pun sudah siap di sana dan hanya tinggal menunggu komando."N-nona.. anda yakin akan melakukannya? Itu sangat berbahaya.." tanya Lili dalam perjalanannya mengantar Liora."Aku akan kembali Lili." ucap Liora percaya diri dengan senyumannya."Nona.." mata Lili berkaca-kaca."Jangan menatapku begitu. Seolah aku sedang melempar diriku ke jurang kematian saja.""Jangan mengatakan hal mengerikan begitu nona." protes Lili."Pffttt..""Bisa-bisanya anda tertawa."Mereka sampai di halaman. Terlihat wajah-wajah yang Liora kenal sedang menunggunya."Bukankah kau terlihat terlalu bersemangat untuk sebuah misi yang berbahaya ini, Liora?" sindir Zevariel, dia seperti masih enggan untuk membiarkan Liora memimpin pencarian kali ini."Aku mengandalkanmu, calon suamiku." Liora mengedipkan sebelah matanya.Sontak Zevariel bungkam, dia salah tingkah dipanggil calon suami oleh Liora ditambah sikap Liora yang semakin ber
Zevariel membawa Liora ke perpustakaan untuk mencari tahu isi dari buku aneh yang ada di kamar Liora. Liora menceritakan pada Zevariel karena dia butuh bantuan Zevariel untuk memastikannya. Apakah itu sebuah jebakan, atau justru petunjuk.Zevariel sedang mencari referensi di bagian rak buku terlarang, sementara Liora membalik halaman demi halaman buku kuno yang ditemukannya. Di salah satu halaman, ada tulisan yang bentuknya berbeda dari sebelum-sebelumnya.Dan tanpa sengaja, tulisan kuno itu menyala samar ketika disentuh oleh Liora."Carilah kegelapan dengan cahaya. Biarkan kekuatan suci menyingkap tabir yang tersembunyi." gumam Liora membaca tulisan kuno yang entah kenapa bisa dia mengerti."Padahal aku baru pertama kali melihat huruf-huruf ini. Tapi.. apa yang kupikirkan ini benar artinya?" Liora mengamati tulisan kuno itu.Sesaat kemudian, Liora menegakkan punggungnya. Dia menyadari sesuatu. Nafasnya tercekat dan matanya berbinar karena semangatnya yang membara."Ini dia… cara untu
Tidak ada yang berani menjawab."Gadisku harus mengayunkan pedang di garis terdepan karena para bangsawan culas seperti kalian!" ucap Zevariel lantang.Beberapa bangsawan menunduk takut, namun beberapa bangsawan lain terlihat marah. Tapi bagaimana pun mereka tidak berani membalas.Zevariel mengepalkan tangannya. "Aku tidak membutuhkan izin kalian untuk menentukan siapa yang layak berada di sisiku. Bagiku, selamanya ratuku hanyalah Liora. Siapa pun yang menentang, akan kuanggap sebagai pemberontak."Kata-kata Zevariel bagai pedang yang menebas udara.Rapat selesai begitu saja. Zevariel melangkah keluar meninggalkan ruang rapat yang hening membeku."Javier, sihir apa yang digunakan oleh wanita itu sampai Yang Mulia begitu membelanya?" tanya salah seorang bangsawan kepada Javier yang masih berada di ruang pertemuan.Namun bukan jawaban yang dia terima, Javier mengacungkan pedangnya tepat di leher bangsawan itu."Jaga mulut anda Sir. Kecuali jika anda ingin memisahkan kepala dan badan and
Keesokan harinya.Liora duduk di sisi ranjang, jemarinya tidak lepas dari tangan Kael yang terkulai lemah. Nafasnya teratur, namun wajahnya masih terlihat pucat."Kael…" bisik Liora lirih. “Aku sudah mencoba menggunakan kekuatan suciku, tapi kenapa kau masih saja belum bangun.”Liora menunduk menempelkan dahinya pada tangan Kael yang terasa dingin. "Aku ingin makan strawberry yang kau petik." ucapnya lemah.Sesaat hati Liora diliputi ketakutan, belum lama sejak Raja Alaric berpulang, bagaimana jika Kael juga..Namun kata-kata tabib pagi tadi masih terngiang di telinganya Liora. "Keadaan Pangeran kedua sudah membaik, racunnya perlahan menghilang. Ini sebuah keajaiban."Setelah beberapa lama duduk di sisi Kael, Liora akhirnya berdiri. Tubuhnya lunglai, pikirannya lelah. Dia berjalan keluar dengan langkah pelan menuju kamarnya sendiri."Nona, anda ingin jalan-jalan sebentar di taman?" usul Ernest, dia melihat Liora yang lesu dan tidak bersemangat."Tidak Ernest, aku lelah. Aku mau istira