LOGINDi saat yang sama di kamar Liora.
"Tadi itu apa?" "Bukan apa-apa Nona." jawab Lili. "Lili jangan berbohong padaku." sahut Liora sambil menatap Lili dengan pandangan menyelidik. "Oh saya lupa harus membantu Lulu memandikan tanaman." Sebelum Lili berhasil kabur, Liora menangkapnya. Liora menyeringai licik. Kini Lili terlihat seperti kelinci yang terjebak di depan binatang buas. "Kau mau mengalihkan pembicaraan? Kau jahat sekali Lili, padahal hanya kau satu-satunya teman bicaraku di sini. Kau membuatku sedih." ucap Liora sembari memalingkan wajah. Sebenarnya Liora tidak benar-benar sedih, dia hanya berpura-pura agar Lili mau memberitahunya. Dalam sekali lihat Liora sudah tahu kalau Lili lemah terhadap hal-hal semacam ini. "Tidak Nona.. Saya tidak bermaksud..." "Sudahlah Lili. Aku tidak apa-apa. Biarlah aku kesepian di sini sendirian tanpa ada yang memberitahuku apapun. Aku sudah biasa seperti ini. Bahkan di tempat asalku sebelumnya pun aku selalu sendirian." "Nonaa... baik saya akan memberitahu Nona. Tolong jangan bersedih lagi." ucap Lili dengan raut wajah sedihnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Kena kau. Khukhu. "Tadi itu Yang Mulia Ratu Seraphine hampir melepaskan kekuatannya. Sepertinya ada sesuatu yang membuat beliau marah." "Hampir? Jadi maksudmu kejadian yang hampir seperti bencana alam itu karena Yang Mulia Ratu hampir melepaskan kekuatan? Apa yang akan terjadi jika Beliau benar-benar melepaskan kekuatannya?" Lili tampak ragu-ragu saat menjawabnya, lalu setelahnya dia hanya mengatakan, "Saya juga kurang mengerti Nona, tapi semua yang ada di kerajaan ini tahu jika Yang Mulia Ratu adalah Ratu terhebat sepanjang sejarah. Beliau dulunya adalah jenderal perang. Beliau sangatlah kuat dan berkarisma. Sungguh luar biasa." "Oh iya Nona, Beliau adalah ibu dari para pangeran. Nona sudah melihat Yang Mulia Pangeran Pertama kan, bisakah Nona membayangkan betapa cantiknya beliau yang sudah melahirkan para pangeran tersebut." Lili bercerita dengan sangat antusias. Dari semua penjelasan Lili, bisa disimpulkan jika Ratu di kerajaan ini adalah seorang yang sangat hebat sekaligus menakutkan. "Ukh.. kuharap aku tidak bertemu dengannya." batin Liora. "Tapi Lili.. bisakah kau menceritakan padaku tentang tempat ini? Ini kerajaan apa? Dimana? Dan kenapa aku di sini?" "Maaf nona, untuk yang satu ini saya benar-benar tidak bisa menjawabnya. Tapi Nona jangan khawatir, saya mendapat kabar bahwa besok Yang Mulia Ratu Seraphine ingin minum teh bersama nona." "A-apa..? Kenapa" "Sudah pasti karena Yang Mulia ingin mengenal nona dan ingin tahu tentang nona lebih banyak. Saya yakin Yang Mulia pasti juga akan langsung menyukai nona, karena adalah orang yang sangat baik dan menyenangkan." "Entah kenapa aku sering mendengar omong kosong semenjak dibawa ke sini." batin Liora. "Lili.. mungkinkah kemarahan Yang Mulia Ratu tadi adalah karena aku?" "Kenapa Nona berpikir seperti itu? Itu tidak mungkin nona..." "Yaahhh.. bisa saja karena si Pangeran Brengs*k itu.. Ekhem... Pangeran Pertama membawa wanita yang tidak jelas asal usulnya ini ke dalam istana." "Bisa-bisanya Nona berpikir seperti itu. Nona adalah orang paling penting di sini. Nona adalah wanita dengan kedudukan tertinggi kedua setelah Yang Mulia Ratu di kerajaan ini. Bagaimana bisa nona mengatakan hal itu. Nona sungguh tidak masuk akal." Lili berkata sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Apa dia sedang mengejekku? Rasanya ingin kujitak saya kepalanya itu. Huhh.. T-tunggu... Wanita dengan kedudukan.. apa tadi? "Lili apa kau salah bicara?" "Hah?! Maaf nona saya sudah lancang... Hukumlah saya yang kurang ajar ini.." "Kenapa kau sedikit-sedikit minta dihukum sih?! Bukan.. Bukan soal kau mengejekku." "Jadi nona tau saya mengejek nona? Ups." Harus kuapakan wajahnya yang menyebalkan itu, rasanya seperti memilik adik perempuan saja. Perasaan seperti ini, rasa ingin mengajaknya ribut sekadar untuk bersenang-senang. Duh sadarlah! Bocah licik ini sedang berkelit lagi. Sepertinya dia keceplosan. "Lili rupanya aku salah menilaimu. Kukira kau kelinci yang lucu, ternyata kau ular yang pandai bersilat lidah ya. Jangan mengecohku lagi.." Ketika Lili kebingungan harus menjawab apa, Lulu datang tiba-tiba. "Liliiiiiii..!!" panggil Lulu. "My sister!!! Kau pasti memerlukan bantuanku kan?!!" ucap Lili dengan wajah memelas. "Tentu saja!! Kita harus menyuapi sapi karena mereka tidak mau makan. Ayo!!" "Benarkah??? Itu gawat sekali.. Bagaimana ini.. jika sapi-sapi itu kurus bagaimana nanti jika nona ingin makan daging.." jawab Lili dengan akting pura-pura terkejutnya yang sangat payah. "I-tu be-nar!" "A-yo ki-ta per-gi se-ka-rang. Ha-ha-ha." "Ma-af no-na ka-mi ha-rus per-gi ka-re-na su-dah ter-ja-di se-su-a-tu yang ga-wat." Tanpa menungguku menjawab, mereka segera berlari keluar. "Bocah-bocah ituu..." Liora tidak habis pikir dengan sikembar. Hanya disaat seperti ini mereka mengakui satu sama lain sebagai saudara. Akting mereka yang kaku dan canggung itu pun sama saja. Meskipun begitu Liora tidak membenci mereka. Justru dia bahagia karena rasanya dia memiliki dua adik perempuan yang nakal. Bahagia?! Tunggu... Aapa yang aku pikirkan barusan. Huhhh sadarlah Liora..Sejak malam saat Morgan menangis, Liora sedikit menjauh dari Morgan.Liora memutuskan untuk menciptakan jarak dengan Morgan secara perlahan, sedikit demi sedikit. Karena Morgan yang masih sangat rapuh. Liora mulai mengurangi waktu menemani Morgan belajar, meminta Morgan untuk sarapan sendiri, dan sesekali menolak permintaan Morgan untuk berjalan-jalan bersama.Namun Morgan bukanlah remaja biasa, dia sangat peka.. bahkan terlalu peka. Jika ada perubahan pada Liora walaupun hanya sedikit, dia langsung tahu."Kak, hari ini aku akan berpedang melawan paman John. Kakak akan melihatku kan? Aku mau menunjukkan..""Maaf Morgan, bisakah kau berlatih pedang sendiri dulu? Ada hal yang harus kulakukan, sebagai gantinya.. nanti sore kita jalan-jalan. Kau selesai sore kan hari ini?""...""Hmmm? Morgan?" Liora mengayunkan tangannya di depan wajah Morgan. "Mau kan? Jalan-jalan denganku nanti?" ucap Liora dengan senyum yang selalu terlukis dari bibir mungilnya."Baiklah." jawab Morgan patuh. Hanya sa
Malam harinya, setelah memastikan Morgan tertidur, Liora keluar untuk mencari kucing emas yang tadi dia temui. Namun sudah mengitari seluruh mansion dan taman sekitar pun tidak ketemu.Akhirnya Liora memutuskan untuk kembali, namun langkah Liora terhenti ketika dia mendengar suara Isak tangis dari kamar Morgan. Liora masuk terburu-buru, namun dia tidak melihat keberadaan Morgan."Morgan?" panggil Liora.Tidak ada sahutan, hanya ratapan Morgan yang terdengar oleh Liora."Di sana kau rupanya." Liora berjalan perlahan menghampiri Morgan.Morgan terduduk di lantai pojok ruangan. Wajahnya sudah basah oleh air mata, ini pertama kalinya Liora melihat Morgan menangis lagi setelah sekian lama. Kondisi Morgan terlihat tidak biasa."Morgan.." panggil Liora lembut.Dia tidak menjawab, setelah Liora perhatikan.. mata Morgan terpejam. Namun tangan Morgan berusaha meraih udara kosong, dia seperti sedang mencari sesuatu yang hilang."Kakak.. kak Liora.. Jangan, jangan pergi. Kumohon.." jeda sejenak,
Waktu berlalu tanpa terasa. Liora tidak tahu sudah berapa lama dia terdampar di masa lalu. Hari-harinya diisi dengan menemani tumbuh kembang Morgan. Bocah yang dulu kecil dengan pipi bulat menggemaskan, kini semakin tinggi. Bahunya hampir setinggi Liora. Gerak-geriknya sudah lebih dewasa dan tidak cengeng seperti dulu. Namun tatapannya yang selalu mencari keberadaan Liora tidak pernah berubah.Lamanya waktu yang dihabiskan keduanya bersama membuat rasa sayang tumbuh. Tidak dipungkiri, Liora sangat menyayangi Morgan sebagai adiknya sendiri, seperti Liora pada Kael. Berbeda dengan Liora, rasa sayang yang ada di dalam hati Morgan sepertinya bukan pada seorang kakak.Tetapi semakin lama Liora berada di masa lalu, membuat Liora semakin putus asa. Dia sudah sangat merindukan Zevariel."Zevariel.." gumam Liora.Liora berjalan melewati halaman, mengacuhkan bunga dia sekelilingnya. Indahnya bunga-bunga di taman itu tidak mampu mengalihkannya dari semua yang berkecamuk di pikirannya.Tiba-tiba
"Astaga dasar bocah."Ucapan Liora membuat Morgan semakin mengerucutkan bibirnya."Aku akan cepat besar dan lebih tinggi dari kakak.""Iya iya.""Aku serius.""Iya aku tahu.""Dan aku akan menikahi kakak jika sudah besar nanti.""Bicara apa kau bocah, aku sudah punya calon suami.""Tidak boleh, siapa yang menemaniku jika kakak tidak ada.""Morgan, tidurlah. Sudah malam.""Kakak akan pergi sekarang?""Aku saja belum tahu bagaimana caraku kembali. Tidurlah, aku akan disini."Karena Morgan terus merengek. Liora menemani di samping Morgan sampai dia tertidur. Morgan tidur sambil menggenggam tangan Liora."Dia jadi lebih rewel hari ini. Selamat tidur Morgan kecil."***Siang itu Morgan sedang berlatih pedang seperti biasa. Setelah ini dia akan ada kelas memanah. Liora sudah hafal dengan jadwal Morgan. Tidak ada libur, setiap hari padat. Morgan hanya bisa beristirahat di malam hari. Itulah saat dimana dia biasanya berbincang dengan Liora sebelum tidur, menceritakan harinya yang padat dan me
Usai pesta yang memuakkan itu, ayah Morgan mengumpulkan semuanya. Termasuk kakek dan ibu tiri Morgan. Kemarahan terlihat jelas di wajahnya, ditambah dengan kesaksian para pekerja di sana.Untunglah setelah itu Morgan mendapat perlakuan yang layak, pendidikan yang bagus, dan juga latihan pedang. Dan yang lebih mengejutkan Liora, ternyata Morgan bisa berubah menjadi.. serigala? Serigala merah."Mungkin saja ibumu siluman serigala?" tanya Liora di waktu sore saat mereka sedang bersantai."Mungkin saja, tapi tidak pernah melihat ibu berubah jadi serigala?" jawab Morgan.Serigala merah itu berlarian kesana kemari mengelilingi Liora. "Sepertinya dia sendiri takjub dengan perubahan dirinya." gumam Liora.'Tunggu.. tapi Morgan yang kulihat saat sudah dewasa, tidak pernah memperlihatkan sosok serigalanya padaku.' ucap Liora dalam hatinya.Saat itu Morgan dan Liora mendengar suara seseorang mendekat."Morgan, kau harus sembunyi. Percayalah padaku, nanti aku akan menjelaskan padamu alasannya.""
Sudah tiga hari berlalu sejak Liora ada di dunia Morgan kecil. Karena sering menghabiskan waktu bersama, mereka jadi semakin akrab. Kini Liora tahu alasan dibalik kekerasan yang Morgan terima.Ayah Morgan mencintai seorang wanita yang bukan kaum barbarian, ibu kandung Morgan adalah rakyat Velmoria. Kakek Morgan sangat menentang keduanya, namun dua-duanya keras kepala dan melarikan diri. Mereka hidup damai di sebuah pedesaan kecil. Suatu hari terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa ibu kandung Morgan.Ayah Morgan memutuskan untuk pulang kembali ke keluarganya setelah menerima surat permintaan maaf dari kakek Morgan. Kakeknya yang menyarankan ayah Morgan untuk menikah lagi karena Morgan masih kecil dan membutuhkan sosok ibu. Itulah kenapa ayahnya menyetujui pernikahan ini.Lalu tidak terasa tibalah hari saat pesta. Selama ini Liora dan Morgan hanya berbincang saat tidak ada orang. Liora selalu mengikuti kemana pun Morgan pergi, apa saja aktifitas Morgan, Liora selalu ada di sampingnya.







