Hai guys 🤗 Siapa yang suka lihat bola? Jangan lupa nonton bola ya, malam ini Indonesia vs Irak. Aaaaaa senang banget Indonesia sudah mencetak gol, ada yang senang kayak aku gak? Bye aku mau nonton bola dulu👋
Sampai di kelas Aisyah dan Nurul baru bisa bernapas lega, setelah berlari-lari dari lantai 1 ke lantai 3. Tidak lama Abian pun masuk ke dalam kelas dengan aura dingin dan tatapan tajam, melihat seseorang sedang tersenyum dia pun jadi ikut tersenyum sangat tipis. " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucapnya dengan menatap semua anak didiknya. " Wa'alaikumsalam pak Abian." jawab mereka semua dengan kompak. Abian hanya merespon dengan mengangguk dan seperti biasa sebelum memulai mengajar, dia akan mengabsen mahasiswa-mahasiswi nya yang hadir di kelasnya. " Baik, sekarang baca buku kalian. Setelah itu, saya akan memberikan pertanyaan secara acak." " Paham semuanya?" tanyanya. " Paham pak." jawab mereka semua. Selagi mahasiswa-mahasiswi nya pada sibuk baca buku, Abian langsung menyibukkan diri dengan laptopnya. Aisyah melihat ke depan Abian sedang sibuk dengan laptop itu, dia langsung menoleh ke arah sampingnya. " Ssst.. Nurul." panggil Aisyah dengan menyenggol lengan Nu
" Ya Allah, sayang ku." Arkan sampai beristighfar melihat dapur jauh dari kata baik-baik saja.Tepung pada berhamburan ke mana-mana, telur pada pecah di meja dan di lantai, gula berserakan di lantai, dan terakhir banyak Pecahan kaca yang hampir memenuhi lantai dapur.Belum ada setengah jam Arkan meninggalkan Aisyah di rumah, tapi sudah di beri kejutan dengan permandangan dapur yang hancur seperti kapal pecah. Aisyah menundukkan kepalanya yang tidak berani menatap tatapan Arkan, dia pun bingung kenapa bisa membuat dapur sampai begitu. Arkan menarik napas terlebih dahulu, setelah itu langsung mendekati Aisyah. " Sayang lihat aku." pintanya dengan menarik pelan dagu Aisyah. Aisyah menatap Arkan yang sudah berada di hadapannya. " Maaf." Arkan hanya diam dan menatap Aisyah.Melihat Arkan diam saja, Aisyah jadi berpikir keras mencari cara untuk membujuk Arkan, supaya tidak marah dan mendiaminya. " Byy maaf. Aku juga gak tau kenapa bisa jadi begini dapurnya." Tadi niat awalnya Aisyah ma
Saat ini mereka berada di salah satu store makeup yang ada di dalam mall, Arkan tidak merasa kelelahan saat mengikuti Aisyah ke mana pun pergi. " Itu apa sayang ?" tanya Arkan penasaran dengan benda berbentuk persegi dan berwarna warni di tangan Aisyah. " Coba tebak ini apa?" tanya Aisyah balik. Arkan mencoba mengingat benda berbentuk persegi dan berwarna warni itu, dia seperti tidak asing dengan benda tersebut. Tapi di lupa akan nama benda tersebut. " Nyerah? gak tau nih?" Aisyah menatap Arkan yang sepertinya sedang mengingat sesuatu. Ingat dengan nama benda tersebut, dengan penuh percaya diri Arkan langsung menjawabnya." Pelangi-pelangi itu kan sayang?" Aisyah mengalihkan pandangannya dan tertawa lepas, bahkan perutnya terasa keram karena kebanyakan tertawa. Melihat Aisyah tertawa, kening Arkan mengerut bertanda bingung. " Salah ya?" Arkan menarik ujung pakaian Aisyah supaya menatapnya. Sebisa mungkin Aisyah menahan tawanya agar tidak lepas kendali, tapi saat melihat
Melihat anak kecil itu murung dan menundukkan kepalanya, Aisyah merasa bersalah akan pertanyaan yang dia berikan tadi. Melirik ke samping Arkan sedang menatapnya dengan tatapan yang selalu melemahkan jantungnya, tatapan dalam tapi terdapat kehangatan dan penuh cinta. " Maaf ya. Sudah buat kamu sedih." ucap Aisyah dengan membawa anak kecil itu ke dalam pelukannya. Anak kecil itu terkejut tapi juga merasa bahagia saat di peluk, selama ini dia hanya bisa berangan-angan di peluk dengan seorang ibu. Dan hari ini dia bisa merasakannya di peluk seorang ibu, dia bahagia dan ingin selalu bersama perempuan yang dia anggap mommy ini. " Mommy gak salah." balas anak kecil itu yang tidak ingin mommy nya merasah bersalah akan pertanyaan tadi. Walaupun dia belum mengerti terlalu banyak tentang orang dewasa, tapi dia bisa merasakan kalau perempuan yang sedang memeluknya ini baik dan tulus. Melihat istrinya memeluk pria lain walaupun pria itu anak kecil, tetap saja dia merasa cemburu. Aisyah te
Sehabis subuh Aisyah sudah sibuk berkutat dengan alat-alat masaknya yang ada di dapur, dia akan memasak sarapan pagi yang sederhana untuk keluarga kecil dadakannya.Terlalu fokus memasak Aisyah sampai tidak sadar, seseorang baru saja masuk ke dalam penthouse. Dan saat ini sedang berjalan menuju ke arahnya." Assalamu'alaikum sayang."Aisyah sampai tersentak kaget ketika ada yang memeluknya dari belakang, tidak lama dia tersenyum karena begitu mengenali suara dan wangi parfum seseorang tersebut.Arkan memberikan kecupan di pipi Aisyah karena belum menjawab salamnya. " Sayang jawab salam aku."Masih dengan senyumnya, Aisyah segera menjawab salam Arkan. " Wa'alaikumussalam suamiku."Telinga dan wajah Arkan langsung bersemu merah saat mendengar itu, bahkan tanpa di pinta bibirnya sudah melengkung lebar.Melihat wajah Arkan sudah memerah bahkan telinganya juga, Aisyah hanya terkekeh kecil dan kembali menyibukkan dirinya dengan memasak." Sayang." panggil Arkan yang terdengar manja." Apaan
Seorang gadis baru saja turun dari motor temannya, keningnya mengerut melihat ada beberapa mobil terparkir rapi di pekarangan rumahnya. " Bau-bau ada yang di datangi tamu nih?" ujar seorang gadis bernama Widia. Gadis itu segera sadar dan menatap Widia. " Gak tau." jawabnya dengan gelengan kepala. " Tapi kan Aisyah.." Gadis yang di panggil Aisyah itu mengangkat sebelah alisnya, bertanda dia penasaran dengan kelanjutan ucapan temannya itu. " Tapi apa!?" sahut Aisyah terdengar sedikit kesal. " Kayaknya bukan keluarga kau deh itu. Coba ingat-ingat, emang keluarga kau ada yang punya mobil." " Bangke kau!" Aisyah menjitak kening Widia sedikit kuat. Walaupun faktanya seperti itu, baik dari keluarga bapaknya atau mamaknya tidak ada yang memiliki mobil. Mungkin mereka belum kepinginan untuk memiliki mobil atau pun karena gak ada uang. " Tapi betul kan aku." ujar Widia membela dirinya sendiri. Mengatakan seperti itu, karena dia tau siapa-siapa saja keluarga Aisyah, walaupun ti
" Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Siti Aisyah binti Amat Jailani alal mahri 1 wahdat bintihawis wamajmueat min 'adawat alshalat hallaan." " Qalbiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur hallaan." Dengan sekali hentakan dan satu tarikan napas pria itu tersenyum dengan bernapas lega setelah selesai mengucapkan kalimat qobul di hadapan semua orang. " Bagaimana para saksi, sah?" tanya sang penghulu. Semua para tamu dan para saksi mengangguk kepala dengan kompak, dan menjawab dengan lantang. " SAH." " Alhamdulillah." Tidak lupa mereka memanjatkan doa kepada Allah SWT atas keberlangsungan pernikahan hari ini yang berjalan dengan lancar. Tempat berlangsung akad berada di mesjid Syuhada pada hari Jum'at tepat di jam 10.00 pagi, hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, dia begitu bahagia karena sudah menjadi seorang suami. Pada bagian shaf perempuan terdapat seorang gadis tengah melamun dengan air mata yang sudah terjatuh membasahi pipinya tanpa dia
Jangan terlalu berharap dengan ekspektasi, jika tidak ingin sakit pada realitanya. Seperti halnya dengan pengantin baru ini, bukannya mendapatkan senyuman atau pun hanya sekedar mengobrol. Tiba-tiba malah mendapatkan kejutan yang tidak pernah terduga, yaitu sebuah tamparan. Yaps, sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, bahkan sekarang pipinya terasa sakit. Tapi entah kenapa dia tidak bisa marah saat mendapatkan tamparan itu." Sayang pipi saya sakit." ucap Arkan mengadu, sambil berusaha memegang tangan Aisyah. Mengabaikan rengekan pria di sampingnya Aisyah lebih memilih memainkan handphone, cara paling tepat bagi Aisyah adalah mengabaikan keberadaan pria di sampingnya. Arkan yang tidak suka di abaikan pun langsung mengambil handphone Aisyah, dan menyimpannya di saku celananya. Aisyah menghela napas berat dengan menatap Arkan, dia melihat pria itu sedang tersenyum di saat dia lagi kesal." Kembali kan handphone aku." pinta Aisyah dengan berbicara masih baik. Arkan menggel