Share

Tidak Ada Nama Lorenzo

Author: Leon Hart
last update Huling Na-update: 2025-07-11 10:58:30

Di dalam sebuah rumah bergaya eropa kuno, seorang pria tampan berbicara di ruang kerja.

"Ayah. Apa Hector tidak akan datang?" tanyanya pada pria berusia 70 tahun di depannya. Dia bernama Umberto, yang kini berbicara dengan putranya Victor.

"Neil melapor kalau kemungkinan Hector sudah dalam perjalanan."

"Maaf, Yang Mulia. Pangeran Hector sudah di bandara. Tidak sampai dua jam di pastikan sampai di sini," koreksi sang pelayan di sampingnya.

Victor tersenyum mencibir. "Aku kira anak itu tidak punya nyali buat menghadap ayah."

"Kalau menurutmu karena masalahnya dengan putri Agustine, sepertinya itu tidak akan mempengaruhinya."

"Sampai kapan ayah membelanya terus? Dia cuma anak manja yang suka bikin masalah. Ini rencana proyek bisnis besar. Mana bisa dia di beri tanggung jawab besar?"

Mendengar protesan Victor, dada Umberto mendadak sesak.

"Yang Mulia. Anda tidak apa-apa? Apa perlu saya panggilkan dokter?" tanya sang pelayan panik.

Umberto menolak, tapi lebih meminta hal lain. "Tidak. Tinggalkan kami," perintahnya. Setelah pelayannya itu pergi, baru kemudian berbicara lagi pada Victor. "Apa yang sedang kamu rencanakan, anakku?" tanyanya to the point.

"Nikahkan Hector, Ayah."

"Dengan putri Agustine? Kamu sudah tahu Hector tidak menyukainya. Bagaimana kalau dia menghilang lagi, dan semakin membuat malu keluarga kita?"

"Cari wanita yang terakhir kali bersama dia. Hanya ayah yang bisa meyakinkannya. Hector itu gayanya saja playboy, tapi sebenarnya pengecut!"

"Victor. Hentikan. Dia adikmu!"

"Ayah selalu membelanya. Ayah sama saja dengan orang-orang bodoh di parlemen dan perdana menteri itu. Kalian menghendaki Hector yang jadi raja dan pemegang kendali perusahaan Kingdom Emporium, bukan?"

"Victor. Tidak seperti itu. Semua terjadi karena kamu juga yang sudah buat kesalahan, sampai mosi tidak percaya itu muncul."

"Tapi aku adalah anak tertua ayah, dan Hector bukan adikku, dia hanya saudara tiriku!"

"Tapi dia putra mendiang ratu, sebelum di ambil alih ibumu."

"Ayah ayah ... Ratu terdahulu sudah di kenal wanita lemah. Tentu saja Hector mewarisi sifatnya!" ngotot Victor. Rasa benci itu selalu menghinggapi Victor bila mengingat kenyataan.

Memang benar, ratu terdahulu bernama Catharina adalah wanita lemah lembut, serta di kenal lemah kandungan. Mengetahui hal ini, Catharina mengijinkan Umberto mengambil selir dan memiliki anak. Setelah bertahun-tahun berlalu, di luar dugaan Catharina mengandung lagi. Dengan bantuan seorang bidan handal, akhirnya berhasil melahirkan, meskipun nyawa sebagai penggantinya.

"Siapa itu?" Umberto sengaja mengalihkan pembicaraan dengan memperhatikan layar pengawas di CCTV gerbang utama.

Victor menjadi tertarik. Ia mengitari meja, sampai berdiri di samping kursi Umberto.

"Maksud ayah gadis itu?" tanggapnya.

"Hmm."

Tanpa meminta ijin Umberto, Victor mencari tahu dengan menanyakan pada penjaga gerbang utama. "Laporkan!" ucapnya pada petugas yang menerima panggilan interkom darinya.

"Gadis ini ngotot minta masuk, Tuan."

"Sudah ku bilang tidak ada nama Tuan Lorenzo di sini!" suara lantang dari salah satu penjaga lain ini terdengar oleh Umberto dan Victor.

"Lorenzo?" gumam Victor dengan menaikkan satu alis di sertai senyuman tipis. "Bukankah itu ..." lanjutnya sembari menatap ayahnya yang memegang dadanya. "Ayah." Victor berganti menggenggam tangan Umberto. "Aku tahu ayah sudah mengira aku sudah punya rencana. Percayakan padaku, ayah. Anggap saja ini penebusan atas kesalahanku." Victor kemudian memanggil pelayan dan memintanya membawa Umberto ke kamarnya.

"Victor ... Lakukan yang terbaik ..." ucap Umberto menahan sesak di dada. Keadaan kesehatan yang terus menurun, membuatnya tak ada pilihan selain mempercayai anak tertuanya ini.

"Pulihkan dulu jantung ayah, dan serahkan semua padaku." Victor tersenyum. Titah ayahnya ini merupakan awal jalan pikiran untuk menyingkirkan Hector. "Bawa gadis itu masuk," perintahnya kemudian pada penjaga gerbang utama.

**

Di bagian beranda rumah. Bella berjalan pelan, kepalanya menengadah tak henti-hentinya mengagumi interior rumah berukuran berkali-kali lipat tempat tinggalnya sendiri.

"Wow. Bagus sekali!" Bella putar tubuhnya sambil berjalan mundur, seolah tak ingin terlewat detil dari interior mewahnya. "Eh!" Bella kikuk setelah merasakan sudah menabrak seseorang.

"Lewat sini, Nona."

Pria berpakaian jas lengkap itu mengarahkan tangannya ke sebuah lorong samping. Bella mengikutinya dengan rasa gugup. Ibunya dulu pernah bercerita pernah membantu persalinan orang kaya. Bella kini takjub, penggambaran tempat tinggal mewah dari ibunya atau video-video di media sosial itu kini telah dia masuki secara nyata.

Bella ragu ketika pelayan itu membuka sebuah pintu berornamen kepala naga, lalu terkejut saat seorang pria berpostur jangkung menyambut di baliknya.

"Masuklah, Nona. Aku Victor. Tuan rumah di sini."

Bella melangkah pelan. Jemarinya saling bertaut untuk menutupi kegugupan. "Terima kasih," ucapnya pelan.

"Siapa namamu?" Hector menelusuri gadis sederhana di hadapannya ini dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Bella, Tuan." Setelah menjawab, Bella kembali tertunduk kikuk. Rambutnya berantakan setelah sempat berargumen dengan para penjaga gerbang utama.

"Apa kau mencari Lorenzo?" Victor berjalan mendekat. Kali ini wajah cantik alami Bella yang jadi santapan tatapan tajamnya.

"Iya, Tuan."

"Ada perlu apa?"

"Ini alamat yang di berikan customer tempat saya bekerja, tapi kata penjaga tidak ada nama Tuan Lorenzo di sini."

"Apa tujuanmu kemari mencari Lorenzo? Apa kamu ada hubungan dengan dia?"

"Saya mencari barang, dan berniat bertanya sama beliau. Apa sempat terbawa atau tidak."

"Barang apa?"

Bella mulai tak nyaman. Setiap mengajukan pertanyaan, Victor lebih mendekatkan wajahnya. "Ka Kalung pemberian nenekku."

"Kalung? Apa itu kamu pakai sewaktu bersama Lorenzo?"

Bella beranikan diri mengangkat wajah. Pertanyaan Victor menurutnya perlu jawaban yang tidak mencurigakan. "Saat di pesta topeng itu, saya asisten Tuan Lorenzo dan ..."

"Apa ada yang terjadi antara kamu dan dia? Kalung itu ada di lehermu. Mana mungkin bisa berpindah kalau tidak bersentuhan atau hal yang mirip dengan itu?" Victor memajukan wajahnya lebih dekat lagi, sampai Bella harus menahan napas, mendongak dengan sedikit menarik ke belakang. "Apa asisten adalah kata lain dari wanita sewaan?"

"Tidak, Tuan!" Suara jawaban Bella lebih keras dari Victor yang berbisik. "Saya bukan wanita seperti itu!" Lanjut Bella bergetar. Sebenarnya tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Memang dia bukanlah gadis jalang, tapi bercinta dengan pria yang baru di kenal, bukan juga di sebut wanita hebat yang masih mampu menjaga diri.

Victor tersenyum, lalu mengambil ponsel untuk menunjukkan sesuatu pada Bella.

"Apa pria bernama Lorenzo yang kamu cari itu dia?"

Sebuah foto terdiri dari beberapa orang berpose bersama sambil mengenggam gelas berisi anggur. Mereka semua memang memakai topeng, tapi dari pakaian dan topeng yang di kenakan salah satunya masih di ingat jelas oleh Bella.

"Iya. Dia pria itu. Aku yakin sekali. Bisakah aku bertemu dengannya, Tuan. Kumohon."

Hibahan Bella ini semakin membuat senyuman Victor melebar. Sebuah ide menyelinap segera dalam pikirannya.

"Tenang, Nona. Akan aku atur segala sesuatunya. Kamu pasti bertemu dengan pria bernama Lorenzo itu dalam suasana yang tidak di sangka-sangka!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (15)
goodnovel comment avatar
Nana caem
apa yg sedang Victor rencana kan untuk bella
goodnovel comment avatar
Lita Lito
Victor ada rencana ap nih sama bella, dan apakah lorenzp itu si hector??
goodnovel comment avatar
Dinds
Victor suka banget ngurusin hidup orang
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Kabar Tak Menyenangkan?

    "Ada undangan penting dari media." "Benarkah? Secepat itu?" Sandra utarakan perasaan senang lewat ujung telpon. "Media apa? TV kah? Kalau misalkan dekat-dekat sama atasan kita, berarti Media TV. Benarkah?" Sandra tak sabar ingin jadi yang pertama tahu dari Bella. "Aku sendiri belum tahu banyak, jadi sepertinya kita sama-sama harus menunggu hingga besok." Bella memilih jalur aman. Kenyataannya dia memang tidak di beri informasi detilnya acara konferensi pers esok hari. "Aku sama-sama tak sabarnya denganmu, jadi ayo kita segera tidur dan berangkat pagi untuk segera tahu. Ngomong-ngomong, apa Pak Victor sudah tahu kegiatan barumu ini?" Sandra jadi teringat atasan mereka. Meskipun semua masih samar, tapi Sandra perlu melibatkan Victor pada pembicaraan soal pekerjaan mereka berdua. "Iya, Pak Victor sudah tahu." Bella melirik Hector yang masih menatap dengan wajah dinginnya. Terkatup bibirnya mencegah banyak kalimat keluar. Bella tidak berani banyak berbicara seperti biasanya, di karena

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Bukan Pengecut

    Sedangkan Bella berjalan mondar-mandir di kamar dengan perasaan tak tenang. Di balik pintu kamar itu memang ada beberapa pria yang di tugaskan untuk menjaganya, tapi pikirannya masih menyangkut pada peristiwa di ruang tamu tadi. "Dimana Hector? Apa dia pergi?" Kedua tangan Bella bersatu membentuk harapan dan doa. "Apa dia selalu alami hal seperti ini?" Tanda tanya pengusik pikirannya kini. Jantung Bella seperti mau copot ketika ketukan di pintu itu bersambut suara panggilan dari Hector. "Bella. Kamu belum tidur, kan?" Bella berjalan cepat menyambut Hector. "Tidur? Kamu kira aku bakal bisa tidur setelah kejadian tadi?!" Protes Bella bernada kesal, terlebih niatnya ingin melihat keadaan Hector dengan memeriksa bagian tangan bila terjadi luka akhirnya terhalang oleh baki yang di bawa Hector. "Apa ini?" tanyanya setengah bingung. "Makanan. Memang kamu kira ini bom?" Hector menjawab dengan senyuman tipis. Memaklumi keadaan Bella yang masih gemetaran ketakutan. Dengan polosnya Bella m

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Hampir Terbunuh

    "Kalau begitu kita akhiri saja sampai di sini. Pertemuan ini tidak ada gunanya!" Hector masih memendam amarah. Pikirnya, akan sangat percuma bila pembicaraan yang tak akan membuahkan kesepakatan baik itu tetap di lanjutkan. Dirinya dan Bella jadi pihak yang pada akhirnya terus di rugikan. "Ayo Bella, kita pergi dari ruangan ini!" "Kau tidak bisa seperti itu, Hector. Ada ibuku di sini. Hormati dia!" Victoria mencegah dengan suara keras. Uluran tangan Hector tidak di respon Bella begitu saja. Bella berdiri, tapi kemudian memberi hormat kerajaan pada Camilla, Victor, dan Victoria secara bergantian, baru kemudian mengikuti langkah Hector untuk keluar dari ruangan. Untuk pertama kalinya Bella merasakan menjadi pemberontak seperti halnya sebutan itu tersemat pada Hector. Kehidupan sebagai bangsawan sungguh di luar dugaannya. "Sekarang aku mulai bisa merasakan berada di posisimu," ucapan pertama Bella setelah mereka sampai di kediaman pribadi Hector. "Kota Milan bukan hanya menyajikan h

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Bella Jadi Boneka

    "Menurutmu dia sudah pantas untuk kamu tunjukkan pada dunia?" Camilla jadi penanya selanjutnya. Wanita setengah baya dengan gaya aristrokat itu menunjukkan ekspresi tidak jauh berbeda dengan putrinya, Victoria. "Aku konsisten dengan ucapanku." Jawaban tenang Hector ini semakin membuat Victoria meradang. "Oh aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiranmu Hector!" ucapnya geram. Kedua tangannya terkepal seperti geregetan. "Dari cara dia belajar sebagai bangsawan dalam satu hari ini saja susah buatku muak. Gadis desa memalukan ini sungguh jauh dari harapan!" lanjutnya merendahkan Bella. Bella hanya bisa tertunduk lesu. Setiap kali mendapatkan kekuatan untuk terus melangkah maju, tapi selalu saja seperti ada yang akan siap menjegal, sehingga rasa percaya dirinya kembali runtuh. "Dia bisa melakukannya. Hanya butuh waktu saja untuk membuktikan." Hector memberikan pembelaan. Setiap hinaan untuk Bella adalah ruang, semakin di jatuhkan maka Hector akan menjadikannya pancingan untuk b

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Bella Yang Baru

    Bella menjadikan ucapan Hector sebagai pemikiran selanjutnya. "Jadi apa yang harus aku lakukan?" Pertanyaan polos Bella. "Ikuti kata hatimu. Itu saja yang aku inginkan." Hector mengecup kening Bella, sekaligus melepaskan pelukannya. "Bersiaplah. Aku tunggu di ruang tamu." Bella berikan anggukan. Terlepas sudah ikatan tangan Hector pada tubuhnya. Ada perasaan kehilangan, namun Bella biarkan niatnya menahan Hector mengurai agar tak terbebani. Niatannya masih ingin menjaga jarak dengan Hector sampai dia yakin bisa menerima sepenuh hati. Kini Bella sendiri di area kolam renang. Kilauan bias air dengan pantulan lampu, membuat seolah ada beriak yang terlihat samar. Bella berbalik, lantas kembali ke bagian utama kamar. "Jadi di sini tempat Hector tidur?" gumam Bella menelusuri kembali kamar tidur tersebut. Kali ini lebih intens di bandingkan saat memasukinya tadi. Bella mendekat lemari berukuran tak terlalu besar berbeda dengan yang ada di sana. Bella meyakini itu adalah tempat yang di

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Pantas Untukmu

    Apa aku harus mendekati dan berbicara dengannya? Bella mengalami dilema. Masih ragu akankah menjadi orang yang akan selalu berada di dekat Hector ataukah masih menjaga jarak? Ya Tuhan, apa aku mencintai Hector? Pertanyaan itu akhirnya muncul. Semua ini karena perasaan simpati itu lebih pada dorongan hati. Bella pegang handle pintu kaca itu, menurunkannya dan akhirnya menjadi tanda untuk Hector untuk menoleh. "Kamu sudah di sini?" tanya Hector dengan ekspresi dingin ciri khasnya. "Aku bisa tidur di kamar tamu, dan kamu tetap di kamarmu ini." Hector memperlihatkan ekspresi tak suka. Kedua tangannya berganti masuk ke dalam kantong celana. Hector kemudian ingin lebih santai meskipun bukan ini reaksi yang dia mau dari Bella. "Bukankah seharusnya kita tidur dalam satu kamar?" "Jangan memulai pembicaraan seperti ini." "Kenapa?" "Aku malu." "Malu?" Wajah dingin Hector langsung cair. Ada senyum tertahan akan jawaban polos Bella. Bella duduk di kursi malas dengan kedua tangan bert

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status