Share

Chapter 26

Author: Mariahlia
last update Last Updated: 2025-06-28 19:06:40
Pagi itu, Anaya berdiri di depan cermin besar di kamar mereka.

Piyama tidurnya yang longgar kini mulai terlihat sempit di bagian perut. Wajahnya tampak membengkak, kantung mata terlihat karena semalam ia susah tidur. Kakinya pun kadang bengkak, membuatnya tidak percaya diri.

Ia memandangi dirinya lama… terlalu lama.

“Siapa kamu?” gumamnya lirih.

Di sisi lain ruangan, Revan baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, dan mengenakan kemeja putih serta jam tangan kesayangannya. Wajahnya tenang, maskulin, dan… makin menawan.

“Van,” panggil Anaya dengan suara lemah.

Revan menoleh. “Hm?”

“Kamu sadar gak sih? Kamu makin keren tiap hari. Sedangkan aku…”

Anaya menunjuk pantulan dirinya sendiri. “Aku... kayak balon jalan. Tambah besar, lebar, lelah, dan... gak cantik.”

Revan mendekat, mengerutkan alis. “Nay…”

“Aku serius. Kamu keluar rumah, semua cewek bisa langsung kagum liat kamu. Sedangkan aku? Aku bahkan butuh lima menit buat duduk dari kasur ke sofa.”

Rev
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 93

    Udara pagi Jakarta masih membawa sisa hujan semalam. Jalanan basah berkilau terkena pantulan lampu-lampu kendaraan yang padat merayap. Namun di dalam ruang kerja Raka, dunia terasa berbeda—hampa, berat, seperti langit-langit akan runtuh kapan saja. Ia duduk di depan meja kerjanya, jasnya sudah rapi, dasi terikat sempurna, tapi tangannya gemetar setiap kali ia mencoba menulis. Pikirannya kacau, seolah seluruh energi malam tadi belum benar-benar hilang. Di sakunya, ada goresan kecil di kulit akibat ujung flashdisk yang ia genggam terlalu erat saat keluar dari apartemen Bima. Luka kecil, tapi cukup mengingatkannya: semalam nyata. Ia baru saja mencuri sesuatu dari kakaknya sendiri. “Pak Raka?” suara sekretarisnya memecah lamunan. Raka menoleh cepat, hampir berlebihan. “Ya?” “Ini berkas untuk rapat jam sepuluh. Dan… ada seorang tamu menunggu di lobi. Katanya, Raymond.” Darah Raka seakan turun ke kaki. “Bilang saya akan turun.” Sekretaris itu mengangguk, lalu pergi. Raka menarik na

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 92

    Udara malam itu lebih dingin dari biasanya. Jakarta di tengah pekan selalu riuh, tapi di dalam mobil hitam yang melaju pelan di jalan kecil Menteng, dunia terasa sepi. Raka duduk di kursi penumpang, jari-jarinya menggenggam erat ponsel. Panggilan masuk dari Nayara sudah tiga kali ia abaikan. Ia tak sanggup mendengar suaranya sekarang. Raymond yang mengemudi tampak tenang, seolah mereka sedang dalam perjalanan biasa. Padahal bagi Raka, setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju jurang. “Masih ada waktu buat mundur,” kata Raymond sambil melirik sekilas. “Kalau kamu mau, aku bisa suruh supirku balikin kamu ke rumah sekarang.” Raka menghela napas panjang, menatap keluar jendela. “Kalau aku mundur… Bima nggak akan berhenti. Dia akan datang ke aku. Ke Nayara.” “Bagus.” Raymond tersenyum miring. “Kamu sudah mulai paham.” Raka tak merespons. Ia tahu Raymond hanya ingin memastikan dirinya tetap di jalur. Mobil berhenti di depan sebuah ruko tua tiga lantai dengan papan nama yang

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 91

    Udara di gedung parkir itu terasa pengap, meski malam sudah larut. Lampu neon yang menggantung di langit-langit hanya berkedip redup, menambah suasana mencekam. Raka berdiri kaku, kedua tangannya menggenggam amplop berisi foto-foto itu erat-erat, seolah nyawanya sendiri ada di dalamnya. Pria di depannya—yang mengaku sebagai orang yang paling dibenci Bima—masih duduk santai di dalam mobilnya. Jas abu-abu yang ia kenakan tampak mahal, tapi lebih dari itu, sorot matanya menunjukkan satu hal: ia terbiasa mengatur orang. “Duduk,” katanya, menunjuk kursi di sebelahnya. Raka ragu. “Kalau ini jebakan—” “Kalau aku mau mencelakai kamu, Raka, kamu udah nggak berdiri di sini sekarang.” Pria itu menyelanya cepat, suaranya datar tapi tegas. “Percaya sama aku, kalau Bima bisa mengancam kamu sampai seperti ini, aku lebih dari sekadar mampu menghancurkannya.” Kata-kata itu membuat jantung Raka berdetak lebih cepat. Dengan berat hati, ia membuka pintu dan duduk di kursi penumpang. Bau kulit

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 90

    Keesokan paginya, Raka bangun lebih awal dari biasanya. Hujan semalam masih menyisakan genangan di jalan-jalan kompleks, dan udara pagi Jakarta terasa lembap menusuk kulit. Nayara masih terlelap di sampingnya, wajahnya terlihat lelah dengan sisa-sisa tangis semalam. Raka menatapnya lama. Ada ketakutan yang sulit ia bendung—bukan takut pada Bima, tapi pada kemungkinan kehilangan wanita ini. Nayara adalah rumahnya. Dan Bima… bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap. Ponselnya bergetar di meja nakas. Sebuah pesan masuk. Bima: “Sudah mikirin jawabanmu? Ingat, Dek… jam terus berjalan.” Raka mengepalkan tangan. Baru satu malam, tapi Bima sudah mendesak lagi. Di meja makan, Nayara menyiapkan sarapan sambil berusaha tersenyum, seolah kejadian semalam tidak mengguncang hatinya. Tapi tatapan matanya tidak bisa berbohong—ada keresahan yang ia sembunyikan. “Ra, kamu yakin nggak mau cerita yang sebenarnya?” tanya Nayara pelan, memecah keheningan. Raka menatapnya. “Aku janji semuan

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 89

    Hari berjalan lambat keesokan harinya. Dari luar, Raka terlihat seperti biasanya—mengenakan jas hitam rapi, masuk ke kantornya tepat waktu, menyapa beberapa karyawan dengan senyum sekilas—tapi di dalam, pikirannya berkecamuk.Ia tak bisa berhenti memikirkan foto-foto yang dikirimkan Bima. Foto-foto Nayara. Istrinya. Wanita yang selama ini ia lindungi mati-matian. Rasa marah dan takut menyatu menjadi satu gumpalan yang membuat dadanya sesak.Raka tahu apa yang harus ia lakukan malam ini. Tapi ia juga tahu jika ini bukan pertemuan biasa. Ini bisa menjadi awal dari kehancuran.Sore menjelang malam, hujan kembali turun. Jalan-jalan Jakarta terlihat berkilau oleh pantulan lampu kendaraan. Di rumah, Nayara berdiri di dapur, menyiapkan makan malam sambil sesekali melirik jam. Ia tahu Raka biasanya pulang sebelum pukul delapan, tapi kali ini ponselnya sunyi.Setiap suara di luar rumah membuatnya gelisah. Sejak kejadian semalam, ia merasa diawasi. Saat menutup tirai jendela, ia sempat melihat

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 88

    Pagi itu Jakarta masih basah oleh hujan semalam. Jalanan terlihat seperti cermin besar, memantulkan cahaya lampu kendaraan yang lalu-lalang terburu-buru. Di dalam rumah besar bergaya minimalis itu, Nayara duduk di meja makan, mengaduk-aduk sarapannya yang sudah dingin. Tatapannya kosong. Raka baru saja turun dari lantai atas dengan pakaian kerja yang rapi. Wajahnya terlihat lebih segar dari semalam, namun sorot matanya tetap berat. Nayara menatap suaminya, mencoba menebak apa yang ada di pikirannya. “Pagi,” ucap Raka singkat. “Pagi,” jawab Nayara, suaranya pelan. Ia ingin berbicara banyak, ingin mengeluarkan semua kekhawatirannya, tapi ia tahu Raka butuh ketenangan pagi ini. Sejak pertemuan dengan Bima kemarin, Nayara merasa ada jurang yang menganga di antara mereka, jurang yang perlahan membuat napasnya sesak. Raka mengambil roti, menggigitnya sedikit, lalu menyesap kopi. Namun matanya tetap terpaku pada ponsel. Nayara mendesah pelan. “Dia hubungi kamu lagi?” tanya Nayara, men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status