Share

Bab 170 Membuka Mata

last update Last Updated: 2025-09-07 11:56:16
Aqeela menatap Bramasta. Pria itu menggenggam tangan sang istri dan mencium berkali-kali. Mata dan wajah yang masih basah. Terdiam tanpa bicara lagi.

“Om,” sapa Aqeela.

“Iya, Sayang. Apa ada yang sakit? Apa kamu mau sesuatu?” tanya Bramasta.

“Tidak. Rasanya tubuhku lelah karena terus berbaring di kasur,” jawab Aqeela.

“Cepat sembuh agar kita bisa pulang dan jalan-jalan.” Bramasta membelai kepala Aqeela.

“Kamu mau pergi kemana, Sayang? Katakan saja. Aku akan memenuhinya.” Bramasta benar-benar semangat untuk berbicara dengan Aqeela.

“Om, kenapa masih menangis?” Aqeela menyentuh pipi Bramasta dengan lembut. Dia menghapus air mata yang membasahi pipi suaminya.

“Aku bahagia karena kamu sudah bangun. Aku sangat merindukan kamu.” Bramasta mencium tangan Aqeela dengan bibirnya yang kering.

“Om tidak usah menangis lagi,” ucap Aqeela.

“Aku tidak akan menangis jika kamu tidak sakit, Sayang.” Bramasta tersenyum.

“Mmm.” Aqeela pun tersenyum.

“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Bramasta.

“T
Fit Tree Fitri

Terima kasih. Semoga suka.

| 30
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Terima kasih. Udah up lagi yaa
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Udah up 1 chap lagi yaa
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Udah up yaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 172 Berlebihan

    Aqeela pulang ke rumah. Gantian Alina yang berada di ruang ICU dan Calizta masih dirawat di kamar pasien.“Sayang, kita tinggal di rumah ini ya.” Bramasta menggendong Aqeela turun dari mobil.“Rumah siapa ini?” tanya Aqeela.“Rumah kita juga. Aku jarang memakainya,” jawab Bramasta.“Silakan, Tuan.” Blade membuka pintu kamar. Wanita itu langsung keluar dan pergi ke tempatnya dan Nave.“Jadi, kamu tidak perlu naik turun tangga,” ucap Bramasta melepaskan sang istri di kasur.“Rumah kaca,” ucap Aqeela melihat sekeliling. Rumah dengan nuansa putih bersih sehingga terlihat terang tanpa ada campuran warna lain.“Ya. Ini baru selesai diubah kemarin. Aku memberi mereka waktu satu minggu,” jelas Bramasta.“Ini kursi roda baru yang bisa bergerak otomatis.” Bramasta menarik kursi roda dari sudut kamar.“Aku rasa tidak perlu. Lukaku sudah sembuh.” Aqeela mengangkat baju dan melihat perutnya. Ada bekas jahitan yang masih terlihat.“Perutku jadi jelek,” ucap Aqeela.“Tidak usah khawatir, Sayang. Aku

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 171 Terlalu Banyak Rahasia

    Aqeela duduk di kursi roda. Dia memperhatikan Bramasta yang sedang bekerja. Pria itu sudah satu minggu tidak mempedulikan perusahaan.“Sayang, apa aku boleh bekerja?” Bramasta menyadari bahwa Aqeela terus memperhatikannya.“Tentu saja.” Aqeela tersenyum.“Aku hanya sebentar saja. Setelah meeting kita jalan-jalan ke halaman,” ucap Bramasta.“Ya.” Aqeela mengangguk.“Kamu pindah ke sofa.” Bramasta menggendong Aqeela dengan hati-hati dan memindahkan istri ke samping dirinya.“Om kan mau meeting. Kenapa aku duduk di sini? Aku bisa pergi ke tempat tidur agar tidak terlihat,” ucap Aqeela.“Kamu harus terlihat, Sayang. Bukankah dunia sudah tahu bahwa kamu adalah istriku? Pernikahan kita tidak dirahasiakan lagi. Apa kamu lupa?” Bramasta menatap Aqeela.“Tidak.” Aqeela menggeleng.Layar laptop di depan Bramasta telah terhubung dengan rekan bisnis. Mereka melihat bos besar tampak kurus begitu juga dengan istrinya. Untungnya pria itu sudah membersihkan wajah dan mencukur semua rambut yang mulai m

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 170 Membuka Mata

    Aqeela menatap Bramasta. Pria itu menggenggam tangan sang istri dan mencium berkali-kali. Mata dan wajah yang masih basah. Terdiam tanpa bicara lagi. “Om,” sapa Aqeela. “Iya, Sayang. Apa ada yang sakit? Apa kamu mau sesuatu?” tanya Bramasta. “Tidak. Rasanya tubuhku lelah karena terus berbaring di kasur,” jawab Aqeela. “Cepat sembuh agar kita bisa pulang dan jalan-jalan.” Bramasta membelai kepala Aqeela. “Kamu mau pergi kemana, Sayang? Katakan saja. Aku akan memenuhinya.” Bramasta benar-benar semangat untuk berbicara dengan Aqeela. “Om, kenapa masih menangis?” Aqeela menyentuh pipi Bramasta dengan lembut. Dia menghapus air mata yang membasahi pipi suaminya. “Aku bahagia karena kamu sudah bangun. Aku sangat merindukan kamu.” Bramasta mencium tangan Aqeela dengan bibirnya yang kering. “Om tidak usah menangis lagi,” ucap Aqeela. “Aku tidak akan menangis jika kamu tidak sakit, Sayang.” Bramasta tersenyum. “Mmm.” Aqeela pun tersenyum. “Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Bramasta. “T

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 169 Air Mata Pertama

    Bramasta mendekatkan ponsel ke telinga Aqeela dan memutar video penyiksaan Alina. Suara teriakan dan tangisan kesakitan sangat menyayat hati.“Tolong! Aku kesakitan. Aku akan mati!” teriakan Alina terus terdengar di telinga Aqeela.“Ampun. Aaah. Sakit! Tolong!” Alina benar-benar tersiksa ditusuk Blade dengan pisau tajam.“Aqeela. Aku tahu kamu tidak ingin menyakiti siapa pun. Tidak mau balas dendam. Kamu bahkan memaafkan Marlina.” Bramasta menatap Aqeela. Dia tidak punya cara lain untuk membangunkan Aqeela yang sudah satu minggu tidak sadarkan diri.Layar computer menunjukkan perubahan, Ada pergerakan yang cepat dan kuat. Jari-jari Aqeela mengepal kuat. Kepalanya menggeleng.“Dokter!” Bramasta segera menekan tombol darurat. Pria itu terkejut karena respon Aqeela sangat berbeda dari yang diharapkannya.Tim dokter masuk dengan cepat. Mereka segera memeriksa kondisi Aqeela. Detak jantung berdetak lebih cepat.“Apa yang terjadi?” Bramasta menarik kerah baju seorang dokter.“Pasien kritis.

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 168 Balas Dendam

    Alina membuka mata dan Blade berdiri di depannya dengan memegang pisau yang sama. Wanita itu memang menunggu kakak Aqeela bangun.“Apa yang mau kamu lakukan?” tanya Alina melihat pisau di tangan Blade.“Balas dendam,” jawab Blade menatap tajam pada Alina. “Apa? Ti….” Kalimat Alina terhenti.Pisau tajam telah menancap di perutnya bagian bawah. Posis yang jauh dari jantung, tetapi dekat dengan organ penting seorang wanita.“Aaahh!” Mata Alina melotot. Dia merasakan sakit tidak terkira di perut.Darah menetes jatuh ke lantai. Mengalir dengan cepat. Tumpah bagaikan mata air. “Selamat menikmati balasan karena telah menyakiti Nyonya Aqeela.” Blade sangat ingin membunuh dan menyiksa Alina.“Tolong. Berikan aku obat.” Air mata Alina mengalir membasahi pipinya. Dia memeluk perutnya.“Aarrggh. Sakit. Tolong!” Alina benar-benar kesakitkan.“Obati sendiri.” Blade memberikan kotak obat kepada Alina. “Hhhhh.” Alina dengan cepat membuka kotak obat. Dia mengambil suntik dan mengisi dengan cairan. W

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 167 Menculik Alina

    Nave duduk bersama Blade. Mereka memperhatikan rumah Alina. Mendeteksi pengamanan dan penjaga.“Tidak terlalu banyak penjaga,” ucap Blade.“Itu karena mereka tidak tahu bahwa lawan sesungguhnya adalah Tuan Bramasta.” Nave tersenyum.“Ini kesempatan bagus untuk menculik Alina.” Blade menatap Nave.“Aku mau menculik Alina tanpa melibatkan Aleandro,” tegas Nave. “Kapan kamu mau melakukannya?” tanya Blade.“Malam hari atau ketika wanita itu berada di luar,” jawab Nave.“Benar. Musuh kita tidak mudah karena kakeknya adalah Aleandro.” Blade mengangguk.“Untungnya, Aleandro tidak tahu bahwa Bramasta adalah lawannya yang seimbang.” Blade tersenyum.Blade dan Nave telah merencanakan apa yang akan mereka lakukan untuk membawa Alina ke depan Aqeela. Bramasta masih terus berada di sisi istrinya. Pria itu berharap cinta pertamanya segera membuka mata.Siang berganti malam. Waktu terus berputar dan Bramasta benar-benar setia dan berusaha sabar berada di sisi Aqeela dengan tidak membunuh dokter dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status