Cakra yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. Cakra menajamkan penglihatannya dan ternyata sahabat yang meminta dirinya untuk melepaskan masa lajang. Beno sahabat pompong Cakra mendekati sahabatnya itu dan tersenyum ke arah Cakra dia mendengar kalau Cakra tidak jadi melepaskan masa lajang karena wanita tersebut tidak datang. Melihat sahabatnya Beno muncul dengan senyuman yang menyebalkan membuat Cakra kesal dan berdecih. Beno tau jika sahabatnya ini pasti marah kepadanya. Beno menepuk pundak Cakra dan menaikkan alisnya ke atas. "Jangan komentar, pergi sana," ujar Cakra mengusir Beno yang mengejeknya. "Hahaha, bro sabar sebentar jangan marah bro, ingat kamu harus sabar jangan buat semuanya jadi runyam. Kalau ga bisa melakukannya maka lakukan lagi nanti, makanya jangan gila kerja dunk, masih perjaka tingting kan kamu," sindir Beno sambil tertawa memegang perut dan menepuk pundak Cakra. Cakra yang kesal menepis pundaknya Beno dia tidak
"Gila kamu itu, jangan buat masalah. Kalau mau bertemu dia ya sudah, dasar playboy," ejek Cakra. Beno tertawa geli mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra dia tidak menyangka jika sahabatnya ini percaya jika dia menemui dua wanita di rumah sakit tersebut dan satu profesi. Melihat, Beno tertawa membuat Cakra menunjukkan wajah masamnya. Dia tidak menyangka jika dipermainkan lagi oleh Beno. Dari kecil selalu di jahili oleh Beno. "Bro, jangan serius kali jadi orang. Lebih baik kamu itu pikirkan masalah yang terjadi. Oh ya, kalau aku boleh tanya, masalah itu bagaimana?" tanya Beno. Cakra mendekati meja kasir dan tidak memperdulikan pertanyaan dari Beno. Dia fokus dengan pesanan Alena. "Gado~gado satu, tunggu dulu satu apa dua? Oh gado~gado du ...." Cakra menghentikan ucapannya karena mendengar ada suara dari belakang. Beno juga ikut menoleh dan melihat siapa yang memotonh pembicaraan Cakra. Saat melihatnya, Cakra lagi~lagi harus menghela nafas, bocah kosong datang. Siapa lagi kalau b
Cakra tidak mengatakan apapun, dia tidak bisa berhenti dari dunia yang sudah lama dia geluti, baginya menjadi mafia itu sangat menyenangkan dan ada hal yang tidak dia dapatkan di dunia nyata dalam artian dunia bisnis. "Tidak bisa ya? Kalau tidak bisa, kamu harus jaga dia, jangan sampai mereka terluka karenamu. Aku tidak menakutimu, tapi aku menasehatimu untuk menjadi pria yang tangguh menjaga mereka. Apa kamu mencintai dia atau tidak?" tanya Beno. Cakra masih diam, dia tidak tahu apakah yang dia rasakan ini cinta atau hanya rasa kasihan saja karena dirinya sudah merebut sesuatu yang berharga dari Alena. Beno masih belum mendapatkan jawaban lagi dari Cakra. Beno menghela nafas, sahabatnya ini terkenal irit bicara tapi jika sudah dalam mode cerewet maka kepala mereka akan pusing mendengarkannya. Akhirnya Beno menyerah untuk menanyakan kepada Cakra. Percuma pikirnya toh, Cakra tidak akan menjawabnya sia~sia pikirnya. "Satu pesanku, jika kamu merasa nyaman maka jangan lepaskan dan ji
Cakra memandang ke arah sahabatnya, dia tidak tahu harus berkata apa, mungkin saat ini dirinya terlihat bodoh dimata teman-temannya yang memandangnya karena Alena mengatakan dia bodyguard. "Nona cantik, dia bukan bodyguard. Dia itu calon suami, kamu ga mau kah dengan dia? Kalau tidak mau ya sudah denganku saja, bagaimana mau tidak?" tanya Beno sambil mengedipkan mata ke arah Alena yang saat ini tersipu malu. Cakra yang melihatnya, segera melempar Beno dengan jasnya tapi beruntung Beno bisa menangkapnya. Beno, Malik dan Pasha tertawa geli karena Cakra emosi melihat mereka termasuk Beno yang menggodanya. Cakra memandang ke arah Alena yang masih menatapnya. "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka ditatap seperti itu."Cakra meminta Alena untuk tidak menatap dirinya karena dia tidak mau sahabatnya itu makin menggodanya. Alena mendengar apa yang Cakra katakan segera menundukkan kepala. Cakra menghela nafas saat melihat Alena mulai dalam mode yang seperti ini. "Kalian pulang, be
"Kenapa kamu tidak mengundangku Cakra? Kenapa kamu tega padaku, setelah pembatalan itu kamu sama sekali tidak anggap aku sama sekali. Oh ya, kenalkan aku Della istri dari Cakra eh calon istri Cakra, kamu pasti wanita yang sudah merebut dia dari aku, apa yang kamu punya? Apa kamu punya perusahaan atau kamu menyerahkan harga diri kamu?" tanya Della. Della menatap ke arah Alena dengan sinis. Dia sebenarnya tidak mau datang tapi dirinya marah saat mengetahui dari mata~mata yang dia sewa untuk membuntuti Cakra dan ternyata dirinya menemukan Cakra di hotel dengan pakaian yang rapi dan sebelahnya ada wanita yang memakai kebaya putih. Della tidak terima dia yang harusnya menikah dengan Cakra bukan wanita ini. Cakra mendengar apa yang dikatakan oleh Della membuat Cakra mengepalkan tangannya. Dia tidak suka jika orang lain mengatakan hal itu padanya. "Harga diri seperti apa hmmm? Bukannya kamu yang ga ada harga dirinya muncul di depan orang yang tidak memilihmu," jawab Cakra tegas. Della m
Cakra yang melihat sahabat menepuk kening menyerngitkan kening. Ada apa dengan mereka. Tapi, dia tidak peduli, Cara terus menikmati pesta pernikahannya. Arvin dan tiga sahabat Cakra sudah tidak peduli padanya. Mereka menikmati pesta pernikahan sang Mafia. Mereka menari melupakan jika ada yang membenci mereka berdua. Dari kejauhan, seorang wanita menyamar sebagai pelayan. Dirinya menatap tajam ke arah kedua pengantin yang tersenyum kecil membuat wajah wanita tersebut menakutkan."Kalian boleh tersenyum dan bahagia, tapi nanti aku akan buat kalian merasakan apa yang aku rasakan. Tidak akan aku biarkan kalian bahagia di atas penderitaanku," ucap wanita tersebut yang tidak lain Della. Della keluar dari gedung, dia meletakkan nampan dan keluar dari ballroom. Della berjalan menuju parkiran. Dia menahan rasa sakit karena ditolak oleh Cakra. Pria yang dia incar menikah dengan wanita lain dia ingin sekali membalaskan dendam ke wanita yang menikahi Cakra. "Apa yang kamu, Nona manis? Apa kam
Della dan Minahashiro benar-benar menghabiskan malam berdua mereka terus melakukan malam indah nan panas berdua. Berbeda dengan Cakra dan Alena. Selesai dari acara keduanya berjalan menuju kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. "Mulai sekarang jangan panggil saya, Pak. Saya suami kamu, mengerti!" tegas Cakra meminta kepada Alena untuk tidak memanggilnya Pak. Alena menganggukkan kepala menandakan dia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Cakra. Cakra melirik Alena yang menjawabnya hanya dengan anggukkan kepala dia tidak mengerti kenapa Alena takut padanya. Alena masih memikirkan apa yang akan dia panggil kepada bosnya ini. 'Apa yang harus aku panggil nantinya, Mas, abang, apa..." Alena tersentak karena Cakra mengatakan sesuatu. "Panggil sayang saja, tidak masalah buatmu bukan? Dan satu lagi, bisa tidak kamu tidak bersikap seperti ini, aku suamimu lakukan yang menurutmu benar, aku tidak suka kamu diam saja, bisa tidak?" tanya Cakra kembali karena meminta Alena unt
Sejak bertemu dengan Della dan pria tersebut di lift Cakra memperketat penjagaan atas Alena. Dia sangat curiga dan waswas terhadap wanita itu. Pernikahan Cakra dan Alena sangat harmonis, Cakra benar-benar bucin dengan Alena, selalu ingin bersama dan tidak mau jika Alena pergi sendirian apa lagi kehamilan Alena sudah semakin besar. Cakra yang tengah duduk di ruang tamu bersama ibu Aminah melihat ibu hamil tersebut berjalan sambil membawa nampan. Jalan yang pelan ke arah dirinya. "Sayang, kamu jangan terlalu banyak jalan, minta saja Bibi yang bawain. Kenapa kamu yang melakukannya," ucap Cakra yang segera berdiri dan mengambil nampan yang ada ditangan. Cup! Cakra mengecup kening Alena dikarenakan dia gemes melihat istrinya yang susah dibilangin. Berkali-kali dia melakukan itu hingga dia harus bekerja dari rumah dikarenakan kandungan istrinya sudah menginjak tua.Alena tersipu malu dengan perlakukan manis suaminya ini. Sejak menikah, Cakra selalu memperlakukan dia dengan manis hingga