Share

Bab 3. Hamil

Penulis: ZeeHyung
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-06 17:40:13

Alena menangis di ruangannya, hatinya sakit ternyata dirinya disamakan dengan perempuan yang menjajah tubuhnya hanya karena uang.

"Aku bukan perempuan murahan. Aku juga tidak mau jika tubuhku disentuh oleh pria yang bukan suamiku," ucap Alena dengan suara lirih dan air mata yang berlinang. 

Puas menangis, Alena segera menghapus air matanya dan berdiri. Dia mulai bertekad kalau dirinya tidak akan menangis dan akan hadapi masalahnya  sendiri apapun yang terjadi. Berbeda, Alena beda pula Cakra yang terus mengingat Alena. 

Cakra tidak fokus bekerja karena mengingat Alena. Cakra mengusap wajahnya dengan kasar. Entah kenapa dia harus berada di posisi yang tidak baik, kenapa harus wanita itu pikirnya. 

Cakra Bramantyo Sastrawinata adalah seorang pengusaha kaya raya. Ayahnya yang bernama Rosario Sastrawinata keturunan Jerman dan Jawa juga seorang pengusaha hebat. Cakra mewarisi bisnis Ayahnya, tapi dia juga memiliki usaha sendiri. Selain itu, tanpa diketahui ayahnya dan orang banyak, Cakra seorang mafia yang dikenal kejam dan dijuluki bertangan iblis.

Drt! Drt!

Cakra yang melamun tersentak mendengar ponselnya berdering, bergegas dirinya meraih ponsel dan menjawabnya dengan suara datar.

"Hmmm, ada apa?" tanya Cakra.

"Barang sudah di dermaga sebelah utara, apa bos akan ke sana?" tanya balik seseorang dari ujung telepon.

"Baik, aku akan kesana, lakukan dengan rapi jangan ada masalah. Ingat, aku mau barang itu dikirim segera," jawab Cakra dengan tegas. Panggilan berakhir, Cakra meletakkan kembali ponselnya. 

Tok! Tok!

"Masuk!" teriak Cakra.

Pintu terbuka dan terlihat wajah asistennya dengan beberapa map di tangannya. Arvin menyerahkan kepada bosnya dan menunggu bosnya menandatangani kontrak kerja kliennya.

"Cari tahu OB yang tadi sekarang juga dan awasi gerak geriknya. Jangan sampai dia pergi dari kantor ini." Arvin meminta kepada Arvin untuk mencari tahu siapa Alena.

"Baik, akan saya lakukan," jawab Arvin. Sebenarnya Arvin penasaran ada apa antara bosnya dan si OB itu. Tapi, Arvin terlalu takut ikut campur jika terlalu banyak bertanya bosnya ini akan memecatnya.

Selesai kerja, Cakra bergegas pulang, dia ingin bertemu dengan daddynya di salah satu Resto. Cakra berjalan keluar menuju lift bersama dengan Arvin, saat di depan ruang OB Cakra melirik ke arah ruangan tersebut.

"Sudah kamu cari tahu apa yang saya minta tadi?" tanya Cakra kepada asistennya. "Sudah, saya akan kirimkan kepada Anda melalui email Anda, Pak Cakra," jawab Arvin singkat.

Cakra menganggukkan kepala, Arvin menekan tombol satu, saat pintu lift terbuka Cakra dan Arvin segera masuk. Lima menit pintu terbuka di basement khusus CEO. Cakra melangkahkan kaki menuju mobil, Arvin yang ingin membukakan pintu mobil dicegah oleh Cakra.

"Kamu pulang saja, biar saya yang bawa mobilnya besok jemput saya. Saya akan temui Daddy sendirian," pinta Cakra kepada asistennya untuk pulang.

"Baiklah, besok saya jemput di rumah," jawab Arvin. Cakra segera masuk ke dalam mobil untuk bertemu dengan daddynya di tempat yang sudah dijanjikan.

****

Waktu berlalu dengan cepat, sejak kejadian malam panas dengan Cakra, Alena tidak lagi ditugaskan untuk membersihkan di ruangan Cakra. Alena akhirnya mengikuti saran dari sahabatnya itu, dia memohon kepada ketua OB, Pak Paimin untuk menukar tempat kerja dengan yang lainnya dan akhirnya disetujui oleh Pak Paimin.

"Ale, kenapa wajahmu pucat, apa kamu sakit? Jika sakit kamu istirahat saja. Jangan kerjakan pekerjaanmu, biar aku saja yang mengerjakannya," ucap Inez yang khawatir melihat wajah Alena pucat pasi.

"Aku tidak sakit, Nez. Aku baik kok, mungkin aku kurang tidur saja. Beberapa hari ini aku sulit tidur, kamu tenang saja ya," jawab Alena mengatakan jika dia baik.

"Ya sudah, kalau kamu baik. Sekarang, kamu istirahat saja di pantry. Kalau sudah enakkan balik lagi ke sini, nanti jika ada yang tanya kamu di mana, aku akan jawab kamu ke kamar mandi atau beli makanan," ujar Inez meminta Alena untuk kembali ke pantry.

Alena menganggukkan kepala pelan. Dia pun kembali ke pantry, saat berada di pantry, Alena mencium aroma mie kemasan, sontak saja Alena merasakan mual dan ingin muntah, dia bergegas ke kamar mandi terdekat untuk memuntahkan semua isi perutnya.

“A… ada apa denganku," ucap Alena yang memuntahkan isi perutnya hingga dia lemas. 

Setelah tenang, Alena membasuh mulutnya dengan air. Alena menatap cermin di toilet dan mulai mengingat kapan dia datang bulan. Dirinya baru sadar kalau dia sudah telat datang bulan. 

'Tidak mungkin, aku tidak hamil, aku pasti salah. Aku harus cek ke rumah sakit, aku harus pastikan benar atau tidak aku hamil. Jika benar, aku harus bagaimana, bukannya dia tidak suka dan dia sudah menghinaku. Apa aku pergi saja dari sini!?" gumam Alena dengan raut wajah yang bingung juga sedih, bola matanya bergerak ke sana kemari apa yang harus dikatakan jika benar dia hamil kepada bosnya, apa dia mau menerima anak yang dia kandung. 

Tanpa menunggu lama, Alena bergegas ke rumah sakit, dia ingin memastikan benar atau tidaknya dia hamil. Dengan menggunakan motor maticnya, Alena melaju menuju rumah sakit terdekat dengan kantornya. 

Jantung berdegup kencang, dia yakin dirinya tidak hamil, pasti masuk angin tidak ada yang lain. Alena berusaha menetralisir ketakutannya, dia berpikiran positif dengan semua yang terjadi. 

Sesampainya di rumah sakit, Alena memarkirkan motor, setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju lobby rumah sakit. Alena segera mendaftarkan dirinya setelah itu, Alena menunggu namanya dipanggil oleh suster yang bertugas di poli kandungan.

"Nona Alena Shella Putri." Suster memanggil nama Alena.

Alena segera berdiri dan berjalan masuk ke ruang poli kandungan. Alena keringat dingin dan gugup, dokter yang melihat Alena masuk dengan raut wajah yang seperti itu hanya tersenyum kecil.

"Silahkan duduk, Nona Alena. Ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter tersebut kepada Alena.

"Saya tadi muntah dan juga terlambat datang bulan, apa saya hamil dokter?" tanya Alena tanpa basa basi. Dokter tersenyum mendengar pertanyaan Alena. Dokter yang usianya masih muda mengerti dengan sikap Alena yang gugup

"Baiklah, kita ke ranjang itu ya, di cek dulu, baru bisa kita pastikan apakah Ibu Alena hamil atau tidak, mari ikut saya ke sana!" ajak dokter kepada Alena.

Alena menganggukkan kepala dan mengikuti dokter muda tersebut. Alena naik perlahan dibantu oleh suster. Baju Alena dibuka tepat di bagian perut. Gel dingin dioleskan suster dan alat khusus untuk mengecek kandungan disiapkan. Dokter mulai memeriksa perut Alena.

"Wah, dugaan Anda benar, lihat itu ada tiga kantung janin di dalam sana, selamat ya, sebentar lagi Anda akan menjadi Ibu dari bayi kembar tiga. Pasti ayahnya akan senang karena Anda hamil kembar tiga," ucap Dokter tersebut mengatakan dia hamil. Air mata Alena jatuh mendengar jawaban dari Dokter, terlebih lagi mendengar ayah anaknya senang jika dia hamil bayi kembar tiga. 

"Saya hamil, Dok? Kembar tiga? Dokter tidak salah?" tanya Alena dengan suara pelan dan bergetar juga raut wajahnya sendu saat mengetahui dirinya hamil. Dokter yang masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Alena menjawabnya dengan menganggukkan kepala. 

Alena sedih dirinya hamil diluar nikah dan tidak tahu harus berbuat apa dengan kehamilannya. Ia pun hanya menyandarkan kepalanya di dinding, air matanya kembali menggenang di pelupuknya.

Di tempat lain, Cakra mulai memerintahkan kepada anak buahnya untuk terus mengikuti gerak gerik Alena, dia mulai tidak tenang dengan apa yang terjadi. Arvin yang penasaran memberanikan diri untuk bertanya kepada Cakra. 

"Bos, data OB sudah saya kirim melalui email, maaf kalau saya lancang bos? Apa bos suka dengan dia. Maaf sebelumnya, kalau saya tidak sopan. Menurut saya untuk sementara waktu bos jangan memikirkan dia terlebih dahulu, karena bos harus segera ke Italia, klan Minamoto sedang menyerang markas kita, lebih baik bos fokus jika tidak fokus bahaya, dari info yang saya dapatkan banyak barang kita yang hilang," ucap Arvin mencoba membuat Cakra fokus dengan klannya yang ada di Italia dari pada fokus dengan Alena.

"Pergilah, lanjutkan pekerjaanmu, nanti aku akan urus semuanya," jawab Cakra meminta kepada asistennya untuk pergi. Arvin pun pasrah dan pergi  meninggalkan bosnya, dia bingung kenapa akhir-akhir ini bosnya berubah dan memikirkan wanita OB itu ada apa sebenarnya antara keduanya. 

Cakra memijat keningnya, masalah terus datang silih berganti. Daddynya meminta dia menikah dengan pilihan Daddynya. Dan dia menolaknya, Cakra beralasan jika dia sudah ada kekasih. Bukannya menyerah, Daddynya malah meminta dia untuk membawa kekasihnya itu. 

Drt! Drt!

Cakra yang melamun, tersentak mendengar suara ponselnya. Cakra segera mengambil ponselnya dan saat melihat id nama penelpon Cakra tersenyum tipis dan menjawab panggilan telepon tersebut. 

"Ada apa?" tanya Cakra dengan suara berat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Totok Sugianto
wah seru cerita nya
goodnovel comment avatar
Arla
nah lo tanggung jabab cakra kesel deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 151. Epilog

    Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 150. Pemakaman

    Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 149. Separuh Jiwaku Pergi

    Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 148. Kepergian Alena

    "Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 147. Operasi

    Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 146. Aku Tidak Judi Mommy

    Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status