Beranda / Romansa / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 2. Berapa Hargamu

Share

Bab 2. Berapa Hargamu

Penulis: ZeeHyung
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-06 17:35:50

"Anda merebutnya dari saya. Merebut apa yang saya jaga selama ini. Apa Anda lupa?" tanya Alena dengan tatapan nanar.

Cakra terdiam mendengar perkataan Alena, dia tidak mungkin melakukan itu. Ingatannya masih campur aduk. Antara percaya dan tidak jika dia sudah melakukan hal itu kepada karyawannya.

Brakkk!

Cakra memukul pintu dengan kencang hingga membuat Alena terlonjak mendengar pukulan yang cukup keras. Alena meremas pakaian Cakra dengan erat dan itu bisa dilihat oleh Cakra. Pakaiannya yang dia kenakan tadi malam berada di tangan Alena.

"Pembohong! Dasar wanita murahan, pasti kamu yang mengambil kesempatan di saat saya tidak sadar!" teriak Cakra dengan kuat dan keluar dari ruangan tersebut.

Cakra berjalan cepat dan kembali ke ruang kerjanya. Dia membuka pintu ruang kerja dengan kasar. Cakra menghempaskan bokongnya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Cakra masih memikirkan ucapan dari Alena mengatakan jika dia merebut kesucian gadis itu.

'Dia bohong, aku yakin. Ini pasti salah!?' batin Cakra dengan wajah yang kebingungan.

Arvin yang mengikuti Cakra ikut masuk ke dalam ruangan, dia masih diam tidak berani mengatakan atau menanyakan apa yang terjadi. Tapi, tiba-tiba, dia mulai teringat apa yang dikatakan oleh Tuan besar yang tidak lain Ayah Cakra kepadanya.

"Maaf, Pak Cakra, saya lancang mengganggu Anda. Saya mendapatkan telepon dari Ayah Anda. Dia meminta Anda untuk ke Resto biasa. Ada acara keluarga," ucap Arvin dengan hati-hati.

"Katakan saya sibuk. Saya tidak mau bertemu dengan siapapun untuk saat ini." Cakra menolak permintaan daddynya untuk bertemu .

"T-tapi, ini penting. Jika tidak saya akan dipecat, itu katanya," jawab Arvin dengan suara lirih.

Ancaman dari bos besar membuat dirinya ciut. Cakra mendengus kesal karena perkataan Arvin. Daddynya kalau sudah memerintah pasti main pecat termasuk asistennya yang berkali-kali dipecat oleh daddynya karena ulahnya.

Cakra menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Arvin minta, dia tidak bisa membebankan anak buahnya itu. Daddynya kalau sudah marah semua orang dipecat. Melihat bosnya menganggukkan kepala, Arvin menundukkan kepala bergegas menjalankan perintah dari Cakra.

"Baik, Pak. Akan saya sampaikan ke Tuan besar," jawab Arvin yang bergegas keluar.

Arvin, mengirimkan pesan ke Tuan besar mengatakan jika bosnya setuju untuk bertemu. . Sedangkan, Cakra masih melamun dan mengingat apa yang terjadi tadi malam. Raut wajah Cakra terlihat lebih datar dari sebelumnya seperti menahan beban yang sulit dia katakan.

****

"Bukan inginku menyerahkan diriku ke dia. Aku masih punya harga diri," ucap Alena saat dia ketakutan melihat amarah dari Cakra tadi.

Teman-teman Alena yang masih berdiri di luar segera masuk ke dalam. Mereka penasaran kenapa CEO masuk ke ruangan mereka. Teman Alena mendengar suara orang menangis, dengan cepat mereka masuk ke dalam dan terkejut karena melihat Alena menangis. Keduanya mendekati Alena, mereka penasaran kenapa Alena menangis apa ini ada hubungannya dengan bos mereka tadi.

"Ale, kamu kenapa? Pak Cakra kesini mau apa? Apa dia yang membuatmu menangis?" tanya teman Alena bernama Inez.

"Benar, Ale, si bos dingin itu ke sini dengan raut wajah yang menyeramkan, dia tadi ketemu denganmu ya, mau apa dia? Apa dia marah ke kamu karena tadi malam kamu tidak membersihkan ruangannya sampai bersih jadi kamu dimarahi dia. Benarkah yang aku katakan itu? Kalau benar yang aku katakan, dia sangat keterlaluan, bisa-bisanya marah pada wanita. Kalau tidak bersih, dia bisa sampaikan ke ketua, tidak harus datang dan marah-marah. Kamu baik-baik saja, Ale?" tanya Merry dengan raut wajah yang kesal

Inez dan Merry merasa kasihan melihat mata Alena yang bengkak. Mereka menyangka jika Alena dipukul oleh bos arogannya itu.

"Ale, kamu jangan ke ruangan itu lagi. Nanti, kalau asisten bosnya meminta dibuatkan kopi jangan mau, biar Randi saja yang buatkan. Kamu sabar ya," ucap Inez menyarankan Alena untuk tidak ke ruangan tersebut.

Kedua sahabat Alena memeluknya. Mereka tahu, jika Alena tertekan karena dirinya membuat kesalahan dan dia dimarahi langsung oleh bosnya itu.

"Sudah, aku tidak apa-apa, kita kerja yuk. Nanti kita bisa dipecat, aku baik-baik saja. Lagipula, tugasku sudah ditunjuk di sana jadi mau tidak mau aku harus ke sana. Kalian jangan khawatir ya," jawab Alena meyakinkan keduanya jika dia baik-baik saja walaupun hatinya saat ini campur aduk.

Inez dan Merry pun menganggukkan kepala. Kedua sahabat Alena segera keluar dari ruang dan menuju ke tempat kerja masing-masing. Sedangkan, Alena masih di ruangan OB, dia menunggu apakah bos Cakra atau asisten CEO itu memesan minuman atau tidak.

Kringg! Kringg!

Mendengar suara telepon berdering, Alena segera menjawabnya. "Pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alena dengan sopan.

"Buatkan saya kopi, tidak pakai gula," jawab Cakra singkat. Cakra langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Alena. Alena menghela nafas panjang, panggilan telepon ditutup sepihak oleh Cakra.

Tut! Tut!

Alena menggelengkan kepala dengan kelakuan dari bosnya ini. Belum lagi dia katakan halo sudah main tutup. Alena pun pasrah dan bergegas membuat kopi untuk Cakra.

"Selesai, aku harus segera mengantarkan minuman ini. Kamu bisa Alena, jangan takut." Alena menyemangati dirinya untuk tidak takut bertemu dengan Cakra. Alena segera keluar dan membawa kopi ke ruangan Cakra. Saat tiba di depan ruangan Cakra, sekretaris Cakra melihat Alena. OB yang paling cantik di kantor Diamonds. Alena berjalan pelan, di tangannya terlihat dia membawa nampan berisi minuman.

Tok! Tok!

Alena mengetuk tiga kali pintu ruangan Cakra. Cakra yang memeriksa laporan keuangan segera berteriak dan mempersilahkan Alena masuk.

"Masuk!" teriak Cakra.

Mendengar suara Cakra, Alena perlahan pintu terbuka, nampan yang dipegang oleh Alena gemetar, dia gugup saat berhadapan dengan Cakra. Alena berjalan pelan mendekati meja kerja Cakra.

"I~ini minumannya, Pak" ucap Alena dengan suara gemetar. .

Alena meletakkan gelas di meja dengan tangan gemetar. Aroma parfum Cakra membuat Alena terlena. Entah kenapa wangi parfum Cakra membuat dirinya tenang. Cakra yang merasa ada seseorang di depannya dan tidak beranjak pergi langsung berdehem.

"Ehmmm! Keluar jika sudah selesai." Cakra mengusir Alena untuk keluar dari ruangannya.

Alena tersentak dan bergegas keluar. Saat Alena hendak membuka pintu, suara Cakra kembali terdengar di telinganya.

“Berapapun harganya, akan saya bayar! Tapi, jangan kamu katakan ke orang-orang jika kita pernah tidur bersama. Itu semua kesalahan kecil dan bisa dilupakan dengan sejumlah uang, kan!?”

Perkataan tajam Cakra menghujam telak di hatinya. Alena terdiam di depan pintu, dia masih tidak percaya dengan apa yang Cakra katakan kepadanya.

"A… apa, maksud Anda berkata seperti itu, Pak Cakra yang terhormat?" tanya Alena yang meremas celana kerjanya dengan erat sesaat mendengar perkataan dari Cakra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Totok Sugianto
kasihan si alena sudah di lecehkan dan di hina lagi
goodnovel comment avatar
Arla
sabar ya ale
goodnovel comment avatar
Natalia Luis Naikofi
Alena klo kau sadar lbih baik prgi jauh jngn jdi prmpuan murahan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 151. Epilog

    Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 150. Pemakaman

    Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 149. Separuh Jiwaku Pergi

    Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 148. Kepergian Alena

    "Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 147. Operasi

    Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 146. Aku Tidak Judi Mommy

    Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status