Share

Bab 2

Author: Ilaks
Keesokan paginya, aku terbangun dalam rasa sakit yang luar biasa. Sel kanker terasa seperti nyala api yang membakar seluruh tubuhku, tapi obat penghilang rasa sakit membantuku tetap terlihat tenang di permukaan.

Aku memaksakan diri bangun dari tempat tidur. Masih banyak hal yang harus kulakukan hari ini.

Saat menuruni tangga, aku mendengar suara tawa Clarisa dari ruang tamu. Dia sedang duduk di pangkuan Anna, mereka sedang membaca buku bergambar bersama.

"Ibu Anna, putri ini cantik sekali!" seru Clarisa dengan antusias sambil menunjuk halaman buku.

"Iya, secantik Clarisa," jawab Anna lembut, lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih.

Saat melihatku, Clarisa hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap bukunya, seolah aku hanyalah orang asing yang tidak berarti.

"Selamat pagi, Clarisa." Aku mencoba mendekat.

"Pagi," jawabnya asal, lalu menarik tangan Anna. "Ibu Anna, ayo kita ke taman lihat kupu-kupu?"

"Tunggu sebentar, Sayang," ujar Anna dengan nada seolah peduli sambil memandangku. "Ibumu sepertinya ingin berbicara denganmu."

"Aku nggak mau dengar." Clarisa mencibir, "Ibu selalu sibuk, nggak pernah main sama aku."

Dadaku terasa seperti disayat. Benar, selama ini aku memang terlalu fokus pada perusahaan dan jarang meluangkan waktu untuknya. Sementara Anna, dia selalu punya waktu untuk menemani Clarisa.

"Nggak apa-apa, kalian pergilah bermain." Aku tersenyum dengan susah payah.

Melihat punggung mereka yang pergi sambil bergandengan tangan, aku harus berpegangan pada dinding agar tetap bisa berdiri. Bukan hanya karena sakit di tubuhku, tapi karena rasa nyeri di hatiku.

Di ruang makan, Tommy sedang membaca berita keuangan. Saat melihatku masuk, dia hanya melirik sekilas.

"Kamu kelihatan pucat," katanya dengan kening berkerut, "jangan terlalu memaksakan diri."

"Aku baik-baik saja." Aku duduk. "Aku ingin bicara denganmu."

"Apa?" Dia meletakkan Eypadnya dengan nada tidak sabar.

"Soal perjanjian pranikah kita." Aku mengeluarkan dokumen yang sudah kusiapkan. "Aku ingin melakukan beberapa perubahan."

Tommy menerima dokumen itu dan membacanya. "Sofie, kamu ingin melepaskan seluruh hak atas pembagian harta?"

"Ya," jawabku tenang, "kalau... kalau terjadi sesuatu padaku, aku ingin semua hartaku menjadi milikmu, termasuk dana perwalian yang ditinggalkan orang tuaku."

"Aku juga ingin memberikan seluruh koleksi seni milikku kepada Anna," lanjutku.

"Apa?" Tommy menatapku dengan tatapan terkejut. "Bahkan lukisan asli Monet milik ibumu juga ingin kamu berikan padanya?"

"Dia menyukai seni. Selain itu, dia lebih cocok mengelolanya dibanding aku," ujarku, "anggap saja ini hadiah pernikahan lebih awal."

Udara tiba-tiba menjadi dingin.

Tommy menatapku dingin. "Sofie, sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan?"

"Aku nggak sedang merencanakan apa pun," ujarku tenang, "aku hanya lelah dan ingin melepaskan semuanya."

"Kamu sudah tahu?" Ekspresi Tommy berubah drastis.

"Rekaman CCTV hotel, tagihan kartu kredit, dan Clarisa yang memanggilnya Ibu Anna." Aku tersenyum pahit. "Tommy, kamu benar-benar mengira aku nggak tahu apa-apa?"

Dia terdiam.

"Aku nggak menyalahkanmu," lanjutku, "aku juga salah, aku terlalu sering berdebat soal urusan perusahaan dan selalu keras kepala. Sementara Anna, lembut, perhatian, dan nggak pernah membantahmu. Dia lebih cocok untukmu."

"Sofie!"

"Sore ini aku akan ke kantor, untuk mengumumkan penyerahan sahamku kepada Anna," ujarku sambil berdiri, "dengan begitu, dia akan secara resmi masuk ke dalam jajaran dewan direksi."

"Kamu sudah gila!" Tommy mendadak berdiri. "Itu saham senilai empat triliun!"

"Aku nggak gila." Pandangan mataku jatuh ke arah taman, ke arah sosok Anna dan Clarisa yang sedang bermain. "Aku hanya ingin kalian semua hidup dengan baik."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 12

    Sore harinya, seorang wanita muda datang ke makam."Kamu siapa?" tanya Clarisa, sedikit bingung."Namaku Erin Woods aku penderita kanker pankreas," jawab wanita itu dengan mata memerah. "Lima tahun lalu, aku diselamatkan oleh Yayasan Sofie. Hari ini aku datang untuk mengucapkan terima kasih.""Dia pasti bisa mendengarnya," ucap Clarisa lembut.Erin meletakkan buket bunga di depan nisan, lalu membungkuk dalam-dalam. "Bu Sofie, terima kasih. Karena Anda, saya masih hidup sampai hari ini dan bisa melihat anak saya tumbuh besar."Pemandangan seperti itu bukan yang pertama bagi Clarisa. Setiap orang yang pernah ditolong yayasan itu akan selalu mengingat nama Sofie Barnes.Ibunya mengorbankan nyawanya, bukan hanya untuk meninggalkan penyesalan bagi keluarga, tapi juga demi memberi harapan hidup bagi ribuan orang.Langit mulai gelap, Clarisa akhirnya berdiri dan bersiap pulang."Ibu," katanya menatap batu nisan untuk terakhir kalinya, "dulu Ibu pernah bertanya, apakah kami akan mengingatmu."

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 11

    Dua puluh tahun kemudian.Clarisa berdiri di depan jendela besar galeri seni, memandang jalanan Neoyark yang ramai. Dia tidak hanya mewarisi kecantikan ibunya, tapi juga bakat alami dalam dunia bisnis. Di usia 25 tahun, Clarisa sudah menjadi bintang baru yang tengah bersinar di dunia seni."Clarisa, waktunya wawancara," ujar asistennya mengingatkan.Hari ini adalah wawancara eksklusif bersama majalah TAME, dengan tema, Mewarisi Warisan Ibu, Kekaisaran Seni Putri Sofie Barnes."Clarisa, banyak orang bilang kamu sangat mirip dengan ibumu." Sang jurnalis bertanya, "Apa pendapatmu soal itu?"Clarisa terdiam sejenak sebelum menjawab pelan, "Aku nggak akan pernah bisa menjadi seperti dia.""Kenapa begitu?""Karena dia menggunakan 29 tahun hidupnya untuk mengajarkan semua orang arti cinta sejati. Sementara aku butuh 18 tahun, hanya untuk mengerti apa itu penyesalan."Sang jurnalis, yang jelas mengetahui sejarah kelam keluarga ini, tidak melanjutkan pertanyaannya.Setelah wawancara berakhir, C

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 10

    Satu bulan kemudian.Tommy masih rutin mengunjungi makam Sofie setiap hari. Dia selalu membawa Clarisa, meskipun gadis kecil itu selalu enggan."Ayah, kenapa kita harus ke sini sih?" tanya Clarisa sambil menendang batu kerikil kecil."Karena di sinilah orang yang mencintaimu berbaring""Tapi dia nggak pernah main sama aku." Clarisa manyun. "Ibu Anna bilang, orang yang benar-benar menyayangiku akan selalu menemaniku."Hati Tommy hancur sekali lagi. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anak berusia lima tahun itu, bahwa orang yang selalu menemaninya itu adalah pembohong, sementara orang yang tidak pernah bermain dengannya justru mencintainya dengan segenap hidupnya.Anna telah divonis penjara seumur hidup. Di pengadilan, dia masih bersikeras bahwa semuanya adalah jebakan dari Sofie. Namun, bukti-bukti yang ada terlalu kuat, tidak seorang pun yang memercayainya.Orang tua Sofie menjual rumah mereka dan pindah ke Florinda. Mereka berkata, setiap sudut kota Neoyark hanya menginga

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 9

    Setelah Anna dibawa pergi, Kediaman Keluarga Barnes tenggelam dalam keheningan yang mencekam.Tommy duduk di samping jenazah Sofie, dia seperti kehilangan jiwanya. Ponselnya berdering tanpa henti, anggota dewan direksi, rekan bisnis, dan wartawan semua menanyakan apa yang telah terjadi. Namun, tidak satu pun panggilan dia jawab."Tuan," ujar Gabby dengan suara pelan, "Petugas dari rumah duka sudah datang."Tommy langsung menoleh dengan terkejut. "Nggak! Jangan bawa dia pergi!"Namun, dia tahu, itu tidak bisa dihindari. Sofie telah pergi untuk selamanya.Di lantai bawah, kedua orang tua Sofie masih memeriksa tumpukan bukti. Setiap dokumen, setiap rekaman, seakan mengiris hati mereka."Tanggal ini..." Sang ibu menunjuk pada sebuah hasil pemeriksaan medis, suaranya bergetar. "Natal tahun lalu, Sofie sudah didiagnosis kanker.""Tapi dia nggak mengatakannya sama sekali." Suara sang ayah terdengar jauh lebih tua dan lelah.Gabby mendekat dan menjelaskan, "Hari itu Anna mendadak jatuh sakit.

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 8

    Tommy membaca surat itu dengan tangan yang makin gemetar. Surat itu mencatat detail kondisi kesehatan Sofie, keputusan yang dia ambil, serta perjalanan batin yang dia alami selama tiga hari terakhir.Ibu Sofie langsung hancur begitu membaca separuh surat. "Putriku... Anakku yang malang..."Saat itu juga, Gabby menyalakan televisi dan menyambungkan diska lepas. "Ini adalah sesuatu yang nyonya minta untuk diputar hari ini."Rekaman CCTV memperlihatkan dengan jelas kejadian tiga hari lalu di rumah sakit. Tommy tanpa ragu memberikan kesempatan pengobatan kepada Anna, bahkan tanpa bertanya pendapat Sofie sekali pun.Kemudian, terdengar rekaman suara, percakapan antara Anna dan kekasih gelapnya, Logan Walsh. Setiap kata yang terucap bagaikan pisau yang menyayat hati semua orang di ruangan itu."Rencananya berjalan lancar. Sofie akan mati sebentar lagi.""Aku sudah bertahun-tahun berpura-pura sakit dan dia sama sekali nggak curiga..."Suasana di ruang tamu menjadi hening seperti kuburan."Ngg

  • Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna   Bab 7

    Di dalam mobil, ibu Sofie terus-menerus mencoba menelepon putrinya."Masih nggak aktif." Dia memandang suaminya dengan cemas. "Sofie nggak pernah selama ini nggak mengangkat telepon.""Jangan panik dulu, aku coba hubungi Tommy," kata ayah Sofie sambil menyetir.Nada sambung terdengar cukup lama sebelum akhirnya diangkat."Ayah Mertua?" Suara Tommy terdengar aneh, berat dan lelah."Tommy, apa Sofie ada di tempatmu?" tanya ayah Sofie dengan penuh kegelisahan, "teleponnya nggak aktif, kami juga nggak bisa menemukannya. Kata pengacara, dia telah memindahkan semua harta miliknya ke Anna. Kami khawatir jangan-jangan dia..."Ada keheningan di ujung telepon selama beberapa detik."Ayah Mertua, Ibu Mertua, kalian... kalian sekarang di mana?""Kami sedang dalam perjalanan ke rumahmu," jawab ibu Sofie sambil merebut ponsel, "Tommy, apa Sofie ada di sana? Bagaimana keadaannya?""Kalian... sebaiknya cepat datang ke sini," ujar Tommy dengan suara makin lirih."Apa yang sebenarnya terjadi?" Hati ibu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status